Magelang, 05 Agustus 2025 — Kabupaten Temanggung dikenal luas sebagai salah satu penghasil kopi terbaik di Indonesia. Di balik popularitasnya, tersembunyi tantangan besar dalam pengolahan kopi yang belum banyak disorot: inefisiensi energi dan dampak lingkungan dari proses pasca panen, terutama proses roasting dan grinding. Hal inilah yang mendorong Denny Febri Alfian, mahasiswa Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Magelang, melakukan penelitian mendalam dengan pendekatan Life Cycle Assessment (LCA) dan Life Cycle Cost (LCC) untuk meningkatkan efisiensi proses di Pengolahan Kopi Ngropoh, Kranggan, Temanggung.
Penelitian ini menyoroti ketidakefisienan penggunaan energi dan belum optimalnya biaya operasional dalam layanan roasting dan grinding kopi di Ngropoh. Mesin roasting berkapasitas 3 kg, misalnya, sering digunakan untuk mengolah kopi dalam jumlah di bawah kapasitas maksimalnya, menyebabkan pemborosan listrik sebesar 0,19 hingga 0,286 KWh per proses. Selain itu, sistem tarif yang seragam tanpa mempertimbangkan kapasitas pemrosesan juga berkontribusi pada kerugian usaha dalam jangka panjang.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis secara menyeluruh efisiensi proses roasting dan grinding melalui pendekatan LCA, serta menentukan besaran biaya aktual menggunakan LCC, sehingga dapat dihasilkan strategi perbaikan yang realistis dan aplikatif.
Denny membagi penelitiannya dalam tiga fase besar: studi pendahuluan, analisis LCA dan LCC, serta perumusan strategi perbaikan. Data diperoleh melalui observasi langsung di lapangan dan wawancara dengan pengelola jasa pengolahan kopi. Penelitian dilakukan pada Agustus 2022, melibatkan unit usaha BUMDes yang menaungi lima desa, termasuk Ngropoh, Purwosari, Pendowo, Kramat, dan Sanggrahan.
Salah satu hasil paling menarik dalam penelitian ini adalah perhitungan efisiensi aktual dari mesin yang digunakan. Mesin roasting hanya memiliki efisiensi sebesar 59,8%, sementara mesin grinding sedikit lebih baik di angka 79,2%. Angka ini masih jauh dari ideal (100%), menandakan adanya peluang besar untuk perbaikan sistem operasional.
Dalam tahap analisis LCA, Denny menggunakan perangkat lunak OpenLCA yang memungkinkan pengukuran dampak lingkungan secara detail dari setiap tahapan proses, mulai dari transportasi bahan baku, proses roasting, grinding, hingga penyimpanan. Fokus utama dampak yang diukur mencakup: global warming potential (GWP), human toxicity, dan photochemical oxidation—tiga faktor utama yang merepresentasikan jejak karbon dan dampak terhadap kesehatan manusia.
Dari analisis LCIA (Life Cycle Impact Assessment), ditemukan bahwa proses grinding menyumbang dampak lingkungan terbesar, yaitu 60% dari total emisi karbon, disusul oleh proses roasting sebesar 29%, dan transportasi 11%. Sementara itu, human toxicity dan photochemical oxidation juga paling tinggi berasal dari proses grinding. Total emisi CO2 yang dihasilkan dalam satu siklus produksi tercatat sebesar 59,85 kg CO2 eq.
Dari sisi biaya, melalui pendekatan LCC, penelitian ini mengkalkulasi biaya operasional dan pemeliharaan secara detail, meliputi biaya listrik, bahan bakar LPG dan bensin, gaji operator, hingga biaya perawatan mesin. Salah satu temuan penting adalah bahwa harga jasa per kilogram belum sepenuhnya mencerminkan biaya aktual. Misalnya, saat menggunakan kapasitas maksimal, biaya per kilogram bisa ditekan, namun saat mesin digunakan di bawah kapasitas, harga tetap sama dan menyebabkan ketidakefisienan biaya.
Sebagai solusi, Denny mengusulkan dua hal utama. Pertama, penerapan skema tarif diferensiasi berdasarkan jumlah pemrosesan kopi. Dengan membedakan harga jasa berdasarkan kapasitas penggunaan mesin, efisiensi bisa ditingkatkan tanpa harus mengubah peralatan. Kedua, pemanfaatan limbah kulit tanduk kopi sebagai bahan bakar alternatif atau bahan baku pupuk untuk mengurangi dampak lingkungan dan menambah sumber pendapatan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan ilmiah berbasis data dapat memberikan kontribusi signifikan pada sektor industri kecil dan menengah, khususnya dalam meningkatkan efisiensi energi dan keberlanjutan lingkungan. Unit pengolahan kopi seperti di Ngropoh bisa menjadi contoh bagaimana teknologi dan metode analisis seperti LCA dan LCC bisa diadopsi untuk kemajuan ekonomi berbasis desa.
Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapkan pelaku usaha pengolahan kopi maupun pemerintah desa dapat lebih menyadari pentingnya pengelolaan sumber daya yang efisien dan ramah lingkungan, sekaligus meninjau ulang struktur biaya produksi agar lebih adil dan menguntungkan semua pihak. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA