Manajemen Pembelajaran Loose Parts: Strategi Baru PAUD Non-Formal Wonosobo Tingkatkan Kemampuan Linguistik Anak
5 August 2025

mimin

Magelang, 05 Agustus 2025 – Di tengah tuntutan pendidikan abad 21 yang menekankan pentingnya berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif sejak usia dini, seorang peneliti muda dari Universitas Muhammadiyah Magelang, Fuad Khoirul Afif, hadir membawa angin segar. Lewat risetnya, ia menggagas pentingnya manajemen pembelajaran dengan media loose parts sebagai strategi efektif dalam meningkatkan kemampuan linguistik anak-anak usia 5-6 tahun di lembaga PAUD non-formal se-Kecamatan Wonosobo.

Penelitian ini berangkat dari kekhawatiran atas rendahnya pemahaman sebagian pendidik PAUD terhadap standar pencapaian perkembangan anak, khususnya dalam aspek linguistik. Masalah ini diperparah oleh belum dikenalnya metode loose parts secara menyeluruh sebagai media pembelajaran alternatif yang mampu menstimulasi kemampuan berbahasa dan berpikir anak.

Dalam konteks PAUD, kemampuan linguistik anak usia 5-6 tahun sangat krusial. Di usia ini, anak seharusnya sudah mampu memahami perintah, mengulang kalimat kompleks, memahami aturan permainan, hingga menikmati kegiatan membaca. Melalui serangkaian observasi, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan di empat lembaga PAUD non-formal—Shafiya Smart School, TPA Tri Putra, KB Bintang Kecil, dan Pos PAUD Qiroati—peneliti mengungkapkan bahwa media loose parts ternyata memiliki potensi besar dalam merangsang kemampuan tersebut.

Media loose parts sendiri merujuk pada benda-benda bebas dan terbuka seperti batu, kayu, kerang, tutup botol, atau barang daur ulang yang dapat digunakan anak untuk bermain secara eksploratif dan kreatif. Ketika anak dibiarkan merakit, menyusun, atau mengubah bentuk dari benda-benda ini, ternyata terjadi stimulasi otak yang tidak hanya mendorong kreativitas tetapi juga kemampuan verbal. Anak belajar menamai, menceritakan, dan berinteraksi, baik dengan benda maupun teman bermainnya.

Dalam salah satu temuan menariknya, peneliti mengungkap bahwa hanya satu dari empat lembaga yang sudah menerapkan manajemen pembelajaran berbasis loose parts secara terstruktur dan berkesinambungan. Di lembaga ini, proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dilakukan secara konsisten, dan hasilnya sangat memuaskan: anak-anak menunjukkan perkembangan signifikan dalam berbahasa.

Namun, perjalanan implementasi metode ini tidak tanpa hambatan. Beragam kendala ditemukan, mulai dari keterbatasan dana, kurangnya pemahaman guru, hingga minimnya pelatihan tentang media alternatif ini. Beberapa lembaga bahkan menganggap metode ini hanya sebagai kegiatan tambahan, bukan bagian dari strategi pendidikan yang terukur.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti merekomendasikan penguatan dukungan kebijakan, khususnya dalam alokasi dana dari Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP). Dengan adanya anggaran yang mendukung, lembaga PAUD non-formal dapat mengadakan pelatihan, membeli bahan-bahan edukatif berbasis loose parts, dan menyusun program pembelajaran yang terintegrasi.

Lebih jauh, penelitian ini menyiratkan bahwa inovasi dalam dunia pendidikan anak usia dini tidak selalu harus mahal. Kadang, barang-barang sederhana di sekitar kita bisa menjadi alat pembelajaran yang luar biasa, asalkan didukung oleh manajemen pembelajaran yang baik dan guru yang peka terhadap perkembangan anak.

Fuad berharap, temuannya ini bisa menjadi pijakan awal bagi lembaga-lembaga PAUD lainnya di seluruh Indonesia untuk mulai mengadopsi pendekatan serupa. Dengan mengelola media pembelajaran secara tepat, anak-anak tidak hanya akan tumbuh cerdas secara kognitif, tetapi juga komunikatif dan adaptif dalam menghadapi tantangan masa depan. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut