Madu, Solusi Alami untuk Atasi Diare Anak Tanpa Dehidrasi
6 August 2025

mimin

Magelang, 06 Agustus 2025 – Di tengah berbagai pilihan pengobatan medis modern untuk menangani diare pada anak, seorang mahasiswa keperawatan dari Universitas Muhammadiyah Magelang, Dinda Novi Anggraini, mengangkat kembali khasiat tradisional yang mulai dilupakan: madu. Melalui karya tulis ilmiahnya, Dinda membuktikan bahwa pemberian madu murni pada anak-anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi mampu menurunkan frekuensi buang air besar secara signifikan.

Penelitian ini muncul dari kekhawatiran akan tingginya angka kejadian diare pada balita di Indonesia. Diare merupakan penyebab kematian kedua terbanyak pada anak-anak di bawah usia lima tahun, terutama karena komplikasi dehidrasi. Meski berbagai obat seperti oralit, zink, hingga antibiotik kerap digunakan, terapi komplementer berbasis bahan alami masih jarang mendapat sorotan. Madu, yang kaya antioksidan dan bersifat antibakteri, menjadi alternatif yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

Dinda merancang penelitian berbasis studi kasus deskriptif dengan melibatkan dua anak usia 5-7 tahun yang mengalami diare akut tanpa tanda-tanda dehidrasi. Terapi madu dilakukan selama lima hari, dengan dosis 5 cc madu dicampur 10 cc air hangat, diberikan tiga kali sehari. Selain pemberian madu, tetap dilakukan asuhan keperawatan sesuai standar, termasuk edukasi gizi, pemantauan tanda-tanda dehidrasi, dan observasi frekuensi serta konsistensi buang air besar.

Hasilnya cukup mencengangkan. Setelah lima hari terapi madu, terjadi penurunan frekuensi buang air besar dari lebih dari tiga kali sehari menjadi hanya satu hingga dua kali. Konsistensi feses pun membaik dari cair menjadi lebih padat. Efek ini diyakini berasal dari kandungan madu yang tidak hanya memberikan energi cepat serap, tapi juga memperbaiki mikroflora usus dan mempercepat pemulihan mukosa yang rusak akibat infeksi.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengevaluasi efektivitas madu sebagai terapi pendamping untuk mengurangi frekuensi diare tanpa dehidrasi pada anak. Tujuan khusus lainnya adalah mengidentifikasi proses asuhan keperawatan yang komprehensif, mulai dari pengkajian, perumusan diagnosis, intervensi, implementasi, hingga evaluasi.

Madu sendiri bukan bahan asing dalam dunia medis. Sejak zaman dahulu, madu dikenal mampu melawan lebih dari 60 spesies bakteri, virus, dan jamur. Dalam konteks diare, madu bekerja dengan dua cara: membunuh bakteri penyebab diare serta membantu penyerapan cairan dan elektrolit di usus karena kandungan fruktosa dan glukosa alaminya. Ini menjadikan madu tidak hanya sekadar bahan pemanis alami, tetapi juga memiliki efek farmakologis yang nyata.

Penelitian Dinda juga memberikan manfaat praktis bagi keluarga, tenaga kesehatan, dan institusi seperti puskesmas. Bagi masyarakat, penelitian ini memperkenalkan kembali metode alami dan aman dalam menangani diare. Untuk tenaga medis, terutama perawat anak, ini menjadi peluang untuk menerapkan pendekatan holistik yang memadukan terapi modern dengan kearifan lokal. Sementara itu, bagi institusi pelayanan kesehatan, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam pengembangan SOP penanganan diare non-dehidrasi menggunakan bahan alami.

Tak hanya berfokus pada pemberian madu, Dinda juga menyusun asuhan keperawatan lengkap untuk menangani dampak diare, mulai dari risiko dehidrasi, gangguan nutrisi, hingga gangguan integritas kulit akibat iritasi. Intervensi mencakup edukasi keluarga tentang pola makan sehat, pentingnya hidrasi, serta pemantauan frekuensi BAB dan tanda vital anak.

Meskipun dilakukan dalam skala kecil, hasil studi kasus ini memberikan bukti kuat akan efektivitas terapi madu. Bahkan, penelitian lain yang dikutip Dinda menunjukkan hasil serupa, seperti studi di RS Bina Husada Cibinong dan Puskesmas Bangkalan, yang juga mencatat penurunan signifikan frekuensi diare dan perbaikan kondisi pasien anak setelah terapi madu.

Penelitian ini menjadi pengingat bahwa solusi kesehatan tidak selalu harus mahal atau berasal dari luar negeri. Seringkali, alam telah menyediakan bahan-bahan bermanfaat yang hanya perlu diteliti lebih dalam dan digunakan dengan bijak. Dengan dokumentasi ilmiah yang kuat, madu kini tidak hanya dikenal sebagai pemanis alami, tetapi juga sebagai agen penyembuh alami yang patut dipertimbangkan dalam protokol penanganan diare anak tanpa dehidrasi. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut