MAGELANG, 06 Agustus 2025 – Gangguan pada sistem pompa finish water pump (FWP) di instalasi pengolahan air PDAM sering kali menjadi momok dalam kelancaran distribusi air bersih ke masyarakat. Pompa sentrifugal yang digunakan untuk mendistribusikan air dari sumber ke reservoir merupakan komponen vital dalam proses kerja PDAM. Namun, kerusakan yang berulang dan tidak terprediksi menyebabkan tingginya downtime dan kerugian produksi yang signifikan.
Menjawab permasalahan tersebut, Ayub Answary, mahasiswa Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Magelang, mengangkat pendekatan preventif melalui Model Age Replacement sebagai solusi. Metode ini bertujuan menentukan interval waktu optimal penggantian komponen berdasarkan umur pakai, guna mencegah kerusakan fatal yang tak terduga. Dalam penelitian ini, ia fokus pada pompa FWP yang menjadi tulang punggung sistem distribusi air.
Menelusuri Masalah: Mengapa Pompa Rusak Terus-Menerus?
Dalam konteks industri air, khususnya PDAM, kerusakan pompa sering kali terjadi karena ketiadaan jadwal perawatan yang tepat dan terukur. Kebanyakan tindakan pemeliharaan dilakukan berdasarkan manual book pabrikan, tanpa mempertimbangkan kondisi nyata di lapangan. Inilah celah yang coba ditutup oleh metode Age Replacement—menggantikan komponen sebelum rusak, dengan interval waktu yang dihitung secara presisi berdasarkan data historis.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pendekatan statistik dan klasifikasi kerusakan, komponen-komponen pompa yang rentan terhadap kegagalan dapat dipetakan secara akurat. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi komponen kritis antara lain analisis Pareto dan ABC classification, yang mengelompokkan komponen berdasarkan dampak dan frekuensi kerusakannya terhadap keseluruhan sistem.
Gland Packing: Komponen Kecil, Biaya Besar
Hasil analisis menunjukkan bahwa komponen gland packing menjadi penyumbang terbesar kerusakan, dengan biaya tertinggi dan dampak langsung terhadap terhentinya operasi pompa. Komponen ini menyumbang lebih dari 60% total biaya kerusakan dari seluruh komponen yang dianalisis. Alarm darurat akan berbunyi dan pompa akan berhenti jika gland packing mengalami kegagalan.
Melalui uji distribusi kerusakan menggunakan empat pendekatan statistik (normal, lognormal, eksponensial, dan weibull), ditemukan bahwa distribusi lognormal paling sesuai dengan karakteristik kerusakan gland packing. Dari sinilah kemudian dihitung bahwa interval penggantian optimal adalah setiap 23 hari.
Salah satu temuan paling menarik dari penelitian ini adalah efisiensi biaya yang dihasilkan dari model age replacement. Sebelumnya, perawatan dengan sistem biasa menghasilkan biaya hingga Rp158.175.000 per siklus. Namun, dengan pendekatan model age replacement yang merekomendasikan penggantian gland packing setiap 23 hari, biaya tersebut bisa ditekan menjadi Rp115.200.000. Artinya, terdapat penghematan sekitar Rp42.975.000.
Tidak hanya itu, model ini juga mengurangi potensi downtime, meningkatkan keandalan sistem, serta memperpanjang usia operasional pompa secara keseluruhan. Dengan kata lain, PDAM tidak hanya menghemat anggaran, tetapi juga menjaga kestabilan layanan distribusi air kepada masyarakat.
Mengapa Ini Penting bagi PDAM dan Industri Lainnya
Penelitian Ayub ini tidak hanya penting bagi PDAM, namun juga menjadi contoh implementasi nyata penerapan teknik prediktif dalam dunia industri. Dengan data yang cukup dan analisis yang tepat, perusahaan bisa berpindah dari sistem reaktif (memperbaiki setelah rusak) ke sistem proaktif (mengganti sebelum rusak), yang terbukti jauh lebih efisien.
Model age replacement juga dapat diterapkan di berbagai jenis industri, terutama yang sangat bergantung pada keandalan mesin, seperti manufaktur, pengolahan makanan, hingga industri kimia.
Penelitian ini menjadi angin segar bagi dunia teknik pemeliharaan mesin, khususnya di sektor pelayanan publik seperti PDAM. Model Age Replacement terbukti dapat memberikan efisiensi biaya, mengurangi downtime, dan memperpanjang masa pakai komponen. Dengan perencanaan perawatan yang berbasis data dan analisis matematis, perusahaan dapat bertransformasi menjadi lebih tangguh, efisien, dan siap menghadapi tantangan produksi masa depan. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA