Waspadai BBLR: Ketika Berat Lahir Menjadi Alarm Awal Kesehatan Bayi
6 August 2025

mimin

Magelang, 06 Agustus 2025 – Berat badan lahir rendah (BBLR) masih menjadi salah satu tantangan serius dalam dunia kesehatan ibu dan anak di Indonesia. Menurut data yang dikaji dalam penelitian terbaru oleh Laili Azizah dari Universitas Muhammadiyah Magelang, satu dari sepuluh bayi di Indonesia lahir dengan berat di bawah 2.500 gram, sebuah kondisi yang meningkatkan risiko kematian dan kesakitan pada masa neonatal.

Penelitian Laili yang berbentuk studi literatur review ini memotret berbagai faktor yang berkaitan erat dengan kejadian BBLR. Dengan menggunakan pendekatan sistematis berdasarkan pedoman PRISMA, Laili menelusuri ribuan artikel dari tahun 2019 hingga 2024 dan menyeleksi lima artikel utama yang relevan untuk dianalisis lebih dalam.

Mengapa BBLR Begitu Mengkhawatirkan?

BBLR tidak sekadar angka di alat timbang bayi. Kondisi ini berisiko tinggi menyebabkan berbagai komplikasi seperti gangguan pernapasan, gangguan saraf, dan imaturitas organ bayi. Tak hanya itu, dampak jangka panjang seperti retardasi mental, defisiensi perkembangan, hingga hambatan belajar juga menjadi ancaman nyata.

WHO bahkan menempatkan BBLR sebagai indikator penting dalam pengukuran keberhasilan pembangunan kesehatan suatu negara. Di tengah upaya mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs), penurunan angka BBLR menjadi sorotan utama dalam menjamin kualitas hidup sejak usia paling dini.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang secara signifikan berkontribusi terhadap kelahiran bayi dengan berat badan rendah. Studi ini menggunakan metode literature review dengan menyaring artikel menggunakan framework PICOS dan melakukan evaluasi kritis (critical appraisal) untuk menjaga validitas hasil.

Artikel-artikel yang terpilih mengangkat berbagai variabel risiko yang berasal dari ibu, kondisi kehamilan, dan aspek sosial-ekonomi yang ternyata memainkan peranan penting dalam kejadian BBLR.

Temuan Penting: Faktor yang Paling Mempengaruhi

Dari hasil sintesis literatur, Laili mengelompokkan temuan menjadi tiga faktor utama:

1. Faktor Ibu: Faktor dominan dalam kejadian BBLR berasal dari kondisi ibu, meliputi:

  • Riwayat penyakit seperti preeklamsia dan anemia. Preeklamsia mengganggu suplai oksigen ke janin, sedangkan anemia menurunkan kemampuan tubuh ibu untuk mengalirkan nutrisi yang cukup ke bayi.
  • Usia ibu di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun menunjukkan peningkatan risiko signifikan. Ibu muda biasanya belum matang secara reproduktif, sedangkan ibu usia lanjut cenderung memiliki komplikasi kehamilan.
  • Paritas atau jumlah kehamilan sebelumnya juga berperan. Baik primipara (kehamilan pertama) maupun grandemultipara (kehamilan keempat atau lebih) sama-sama menunjukkan risiko BBLR lebih tinggi.
  • Umur kehamilan yang kurang dari 37 minggu (prematur) atau lebih dari 42 minggu memiliki kecenderungan tinggi pada BBLR.

2. Faktor ANC (Antenatal Care): Kurangnya kunjungan ANC berisiko membuat ibu tidak terpantau dengan baik selama kehamilan. Ibu yang tidak rutin melakukan pemeriksaan kehamilan cenderung tidak menyadari perubahan penting yang bisa menjadi indikasi awal risiko BBLR.

3. Faktor Jarak Kehamilan: Kehamilan dengan jarak kurang dari dua tahun dari kehamilan sebelumnya menunjukkan risiko tinggi melahirkan bayi dengan berat rendah. Hal ini berkaitan dengan belum pulihnya kondisi tubuh ibu dari kehamilan sebelumnya.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kejadian BBLR tidak hanya dipengaruhi oleh satu aspek tunggal, melainkan merupakan hasil interaksi kompleks antara kondisi biologis ibu, pola layanan kesehatan yang diterima, dan faktor sosial ekonomi.

Laili menyarankan perlunya peningkatan edukasi bagi ibu hamil mengenai pentingnya ANC dan perencanaan kehamilan yang matang. Selain itu, tenaga kesehatan diharapkan lebih proaktif dalam memberikan penyuluhan serta pemantauan khusus kepada ibu hamil berisiko tinggi.

Penelitian ini menjadi pengingat penting bahwa masalah berat badan lahir rendah bukan sekadar urusan medis, tapi juga menyangkut kebijakan publik, sistem kesehatan, dan kesadaran kolektif masyarakat. Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi, mengenali dan menanggulangi faktor risiko BBLR adalah langkah awal yang sangat krusial. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut