Magelang, 07 Agustus 2025 – Di tengah perubahan kurikulum pendidikan yang semakin dinamis, seorang mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Magelang menawarkan sebuah pendekatan baru dalam dunia pendidikan dasar. Lintang Ayu Kusuma Dewi, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, mengeksplorasi potensi model pembelajaran kooperatif tipe Team Quiz berbantuan media ZETA (Puzzle Peta) sebagai solusi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat.
Studi ini difokuskan pada mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial), yang kini menjadi paduan antara pelajaran IPA dan IPS dalam kurikulum Merdeka. Penelitian dilakukan di kelas IVB SD Islam Al Iman, Kota Magelang, dengan melibatkan 19 siswa. Lintang menemukan bahwa banyak siswa merasa kesulitan memahami materi IPAS, khususnya bagian yang berkaitan dengan budaya Indonesia. Tak hanya itu, siswa cenderung pasif, kurang percaya diri, dan enggan menyuarakan pendapatnya baik secara lisan maupun tulisan.
Kondisi tersebut mendorong Lintang untuk menghadirkan inovasi dalam pembelajaran melalui kombinasi metode Team Quiz dan media ZETA. Team Quiz adalah model pembelajaran aktif yang dirancang untuk meningkatkan interaksi siswa melalui kompetisi akademik antar kelompok. Setiap kelompok tidak hanya belajar, tetapi juga bertugas menyiapkan kuis dan saling menguji antar kelompok. Model ini terbukti menciptakan suasana belajar yang kompetitif namun menyenangkan, menumbuhkan kepercayaan diri, dan mengasah keterampilan berpikir kritis siswa.
Untuk menguatkan metode ini, Lintang menambahkan media pembelajaran ZETA, sebuah puzzle peta interaktif. Media ini dirancang untuk mengajak siswa menyusun potongan-potongan peta Indonesia yang telah dipadukan dengan informasi kebudayaan dari berbagai daerah. Puzzle ini tidak hanya mengasah keterampilan kognitif, tetapi juga memantik diskusi antar siswa, mendorong mereka untuk berpendapat secara lisan tentang budaya yang mereka pelajari.
Penelitian menggunakan desain One Group Pretest-Posttest dan dianalisis dengan uji statistik Paired Sample T-Test. Hasilnya mencengangkan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai kemampuan mengemukakan pendapat siswa sebelum dan sesudah perlakuan diterapkan. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,001 – jauh di bawah batas signifikansi standar 0,05. Ini berarti penerapan model Team Quiz dengan bantuan media puzzle peta memberikan dampak positif yang kuat dalam mendorong siswa lebih berani, percaya diri, dan aktif dalam menyampaikan pendapatnya.
Dari sisi pedagogi, penelitian ini menegaskan pentingnya penggunaan metode pembelajaran aktif dan media yang kontekstual dalam membentuk suasana kelas yang partisipatif. IPAS yang sebelumnya dianggap membosankan dan hanya berorientasi pada hafalan, diubah menjadi mata pelajaran yang menantang sekaligus menyenangkan. Kegiatan belajar menjadi lebih dinamis, dan siswa menunjukkan peningkatan dalam hal keberanian berbicara, kelancaran mengemukakan gagasan, serta keterkaitan pendapat mereka dengan materi yang diajarkan.
Tak hanya guru dan siswa yang diuntungkan, hasil penelitian ini juga menjadi inspirasi bagi sekolah dasar lain di Indonesia yang tengah berupaya menerapkan Kurikulum Merdeka secara optimal. Kepala SD Islam Al Iman, Noor Fatimah, M.Pd., dalam tanggapannya terhadap penelitian ini, menyatakan bahwa pendekatan seperti yang dilakukan oleh Lintang patut dipertimbangkan secara luas karena terbukti meningkatkan mutu pembelajaran.
Lebih jauh, Lintang dalam penutup penelitiannya berharap metode ini tidak hanya digunakan di sekolahnya meneliti, tetapi juga dapat dijadikan referensi pembelajaran aktif di berbagai sekolah dasar lainnya. Ia juga menyarankan agar guru-guru berani mengeksplorasi model-model pembelajaran yang menekankan partisipasi siswa, karena pendidikan bukan sekadar soal menyampaikan materi, melainkan bagaimana membentuk karakter dan keterampilan hidup siswa sejak dini.
Dengan segala potensi yang ditawarkan, penelitian ini menjadi bukti bahwa pendekatan kreatif dalam pendidikan mampu menjawab tantangan zaman, terutama dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kritis dan berani menyuarakan pikirannya. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA