Teknologi Virtual Reality, Terobosan Baru Redakan Nyeri Pasien Luka Bakar
11 August 2025

mimin

Magelang, 11 Agustus 2025 – Luka bakar bukan hanya meninggalkan bekas pada kulit, tetapi juga menyisakan rasa nyeri luar biasa yang kerap membuat pasien takut menjalani perawatan. Proses penggantian balutan, salah satu tahapan penting penyembuhan, sering kali menjadi momen paling menegangkan karena rasa sakit yang ditimbulkannya. Di tengah tantangan ini, teknologi Virtual Reality (VR) muncul sebagai secercah harapan baru.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Indah Saputri Dewi, mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, menyoroti efektivitas VR sebagai metode manajemen nyeri non-farmakologis pada pasien luka bakar. Penelitian ini menggunakan pendekatan literature review dengan metode PRISMA, menganalisis 10 artikel ilmiah yang diterbitkan antara 2015 hingga 2023 dari basis data Science Direct, PubMed, dan Google Scholar. Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, radiasi, listrik, gesekan, hingga bahan kimia. Data WHO menunjukkan bahwa luka bakar menyebabkan sekitar 180.000 kematian setiap tahun di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Di Indonesia, prevalensinya mencapai 1,3%, dengan kasus terbanyak terjadi di rumah.

Selain ancaman fisik, luka bakar juga membawa beban psikologis berat. Rasa nyeri yang hebat selama perawatan, khususnya saat pergantian balutan, dapat memicu stres, kecemasan, bahkan depresi. Jika nyeri tidak terkontrol, proses penyembuhan menjadi lambat, risiko komplikasi meningkat, dan lama rawat inap bertambah.

Metode pengendalian nyeri biasanya terbagi dua: farmakologis dan non-farmakologis. Penggunaan obat pereda nyeri memang efektif, namun berisiko menimbulkan ketergantungan, efek samping, serta beban biaya tinggi. Di sinilah metode non-farmakologis, khususnya teknik distraksi seperti Virtual Reality, mendapat perhatian.

Virtual Reality: Mengalihkan Nyeri, Menghadirkan Dunia Baru
Virtual Reality adalah teknologi yang menciptakan lingkungan tiga dimensi interaktif dengan bantuan kacamata khusus dan perangkat audio. Pasien dibawa masuk ke dunia maya yang penuh pemandangan menarik, suara alami, dan elemen interaktif, sehingga perhatian mereka teralihkan dari rasa nyeri yang dirasakan.

Berbeda dengan terapi musik atau latihan pernapasan yang sudah umum, VR menggabungkan rangsangan visual dan auditori yang imersif. Misalnya, pasien dapat menjelajahi lanskap bersalju, berinteraksi dengan objek seperti manusia salju dan penguin, atau sekadar menikmati pemandangan alam yang menenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengetahui karakteristik penerapan VR sebagai teknik distraksi dalam manajemen nyeri pada pasien luka bakar.
  2. Menganalisis dan menyimpulkan efektivitas VR berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan.

Fokusnya adalah pada pasien luka bakar derajat ringan hingga sedang, mulai dari bayi hingga orang dewasa, khususnya saat menjalani pergantian balutan. Dari ratusan artikel yang disaring, peneliti memilih 10 studi yang memenuhi kriteria inklusi. Seluruh penelitian tersebut mengkaji penggunaan VR pada pasien luka bakar dengan pengukuran nyeri sebelum, selama, dan sesudah terapi. Skala penilaian yang digunakan bervariasi, mulai dari Numeric Rating Scale (NRS) hingga Visual Analog Scale (VAS).

Hasil analisis menunjukkan konsistensi temuan: VR efektif menurunkan intensitas nyeri dan meningkatkan kenyamanan pasien selama prosedur pergantian balutan. Efektivitas ini berlaku pada berbagai kelompok usia, termasuk anak-anak yang biasanya sulit diajak kooperatif. Beberapa studi bahkan mencatat penurunan signifikan dalam skor nyeri hanya dalam beberapa menit setelah pasien mulai menggunakan VR. Selain itu, pasien melaporkan rasa cemas yang berkurang, suasana hati yang lebih baik, dan pengalaman perawatan yang lebih positif.

Menariknya, manfaat VR tidak berhenti pada pengendalian nyeri. Lingkungan virtual yang menyenangkan juga mendorong motivasi pasien untuk mengikuti terapi dan proses rehabilitasi. Pengalaman yang “menyenangkan” ini membantu mengurangi trauma psikologis, membuat pasien lebih siap menghadapi sesi perawatan berikutnya. Meski menjanjikan, penerapan VR masih memiliki kendala. Tidak semua rumah sakit memiliki perangkat yang memadai, dan ada pasien yang mengalami efek samping seperti pusing atau ketegangan mata. Durasi penggunaan juga perlu dibatasi untuk menghindari ketidaknyamanan fisik.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa VR adalah metode distraksi non-farmakologis yang efektif, aman, dan potensial untuk mengurangi nyeri pada pasien luka bakar. Teknologi ini dapat menjadi pelengkap terapi farmakologis, sekaligus mengurangi risiko ketergantungan obat.

Dengan hasil positif dari berbagai penelitian, penulis merekomendasikan agar tenaga kesehatan mempertimbangkan penggunaan VR sebagai bagian dari manajemen nyeri, khususnya di unit perawatan luka bakar. Selain memberi manfaat klinis, teknologi ini juga mampu membawa senyum di tengah rasa sakit, menghadirkan dunia baru yang membantu pasien berjuang menuju kesembuhan. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut