TKK Santa Maria Bangkitkan Kreativitas Anak Lewat Media Loose Part
11 August 2025

mimin

Magelang. 11 Agustus 2025 – Kreativitas anak-anak di TKK Santa Maria, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, sempat mengalami penurunan yang mengkhawatirkan. Dari 20 siswa kelompok B, 16 di antaranya terlihat kesulitan berkreasi secara mandiri dan cenderung meniru contoh dari guru. Situasi ini mendorong pihak sekolah mencari terobosan agar anak-anak kembali aktif, imajinatif, dan percaya diri dalam menghasilkan karya.

Salah satu langkah yang diambil adalah menggunakan media “loose part”—benda-benda lepas yang dapat diutak-atik, dipadukan, dan dibentuk sesuai imajinasi anak. Konsep ini memungkinkan anak menciptakan sesuatu tanpa batasan bentuk atau fungsi, memanfaatkan bahan-bahan sederhana seperti batu, ranting, kain, tutup botol, hingga kardus bekas. Penelitian yang dilakukan oleh Intan Dadari ini bertujuan membuktikan bahwa metode tersebut dapat secara signifikan meningkatkan kreativitas anak usia 5–6 tahun.

“Loose part itu seperti ‘permainan bebas’ yang mendorong anak berpikir, merancang, dan membuat sesuatu dengan caranya sendiri,” jelas Intan. Berbeda dengan mainan jadi pabrik yang fungsinya terbatas, loose part memberi kebebasan penuh bagi anak untuk mengubah dan memodifikasi benda sesuai keinginan.

Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Observasi dilakukan langsung pada kegiatan belajar anak, dengan fokus pada empat indikator kreativitas: kelancaran ide, keluwesan berpikir, keaslian karya, dan elaborasi (kemampuan memperinci).

Pada siklus pertama, guru mulai memperkenalkan loose part sebagai bagian dari kegiatan inti pembelajaran. Anak-anak diberi kesempatan mengeksplorasi berbagai bahan dan diarahkan untuk menciptakan karya sesuai tema harian. Hasilnya, kreativitas rata-rata anak mencapai 41%. Walau ada kemajuan dibanding sebelum intervensi, beberapa anak masih terlihat ragu dan membutuhkan arahan guru secara intensif.

Refleksi dari siklus pertama mendorong perbaikan strategi pada siklus kedua. Guru memperkaya jenis loose part, memperbaiki tata letak agar lebih mengundang minat, serta memberikan stimulus berupa pertanyaan terbuka yang memancing anak bercerita tentang karyanya. Selain itu, guru memberi ruang lebih luas bagi anak untuk memilih bahan dan menentukan sendiri proyeknya, tanpa meniru contoh siap pakai.

Perubahan pendekatan ini terbukti efektif. Pada siklus kedua, kreativitas rata-rata anak melonjak menjadi 83,1%—peningkatan signifikan sebesar 42,1% dari siklus pertama. Anak-anak mulai berani mencoba kombinasi bahan yang unik, menyampaikan ide mereka dengan percaya diri, dan menghasilkan karya yang beragam, mulai dari bangunan mini, hiasan, hingga permainan hasil rancangan sendiri.

Keberhasilan ini memperlihatkan bahwa loose part tidak sekadar alat bermain, tetapi juga sarana belajar yang mendukung enam aspek perkembangan anak usia dini—kognitif, sosial-emosional, fisik motorik, bahasa, seni, dan nilai moral. Selain memicu daya cipta, kegiatan ini juga melatih kerjasama, kemampuan memecahkan masalah, dan ketekunan.

Penelitian Intan menyarankan agar guru lebih kreatif memilih kegiatan yang sesuai minat anak serta memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar. “Tidak perlu mahal, yang penting menantang anak untuk berpikir dan mencoba,” tegasnya. Pendampingan guru tetap penting, namun perannya lebih sebagai fasilitator yang memberi ruang anak untuk bereksplorasi.

Pihak sekolah mengakui, penerapan loose part telah membawa suasana belajar yang lebih hidup. Anak-anak terlihat lebih antusias datang ke sekolah dan sering menceritakan hasil karyanya kepada orang tua. Hal ini menjadi bukti bahwa pembelajaran berbasis eksplorasi bebas dapat menjadi solusi praktis untuk membangkitkan kembali kreativitas yang sempat meredup.

Dengan hasil positif ini, diharapkan metode loose part dapat diadopsi lebih luas, tidak hanya di TKK Santa Maria, tetapi juga di lembaga PAUD lainnya. Kreativitas, seperti yang diingatkan peneliti, adalah bekal penting yang tak kalah nilai dibanding kemampuan baca-tulis-hitung. “Jika kita membiarkan anak berkreasi sejak dini, kita sedang menanam bibit inovator masa depan,” tutup Intan. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut