Magelang, 12 Agustus 2025 – Di tengah tantangan sektor pertanian yang semakin kompleks, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Windusari kini meluncurkan sebuah terobosan penting: sistem layanan pengaduan masyarakat berbasis web. Inovasi ini lahir dari penelitian yang dilakukan oleh Adi Hermawan, mahasiswa Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Magelang, yang bertujuan menjawab persoalan rendahnya partisipasi petani dalam menyampaikan keluhan maupun konsultasi, terutama karena keterbatasan akses dan waktu.
Selama ini, proses pengaduan di BPP Windusari dilakukan secara manual. Petani harus datang langsung ke kantor, yang jaraknya bagi sebagian bisa memakan waktu 20 hingga 35 menit. Dengan jumlah penyuluh hanya delapan orang untuk melayani 15.810 petani di 20 kelurahan, pelayanan pun kerap terkendala. Petani muda juga sering enggan mengajukan aduan karena menganggap prosesnya kurang praktis. Akibatnya, informasi dan solusi tidak tersebar merata di kalangan petani.
Tujuan utama penelitian ini adalah merancang sistem informasi layanan pengaduan yang efisien, efektif, dan dapat diakses kapan saja serta di mana saja. Dengan mengadopsi metode Extreme Programming (XP), pengembangan sistem dilakukan secara fleksibel dan responsif terhadap masukan pengguna, sehingga hasil akhirnya benar-benar sesuai kebutuhan lapangan.
Sistem yang dibangun memungkinkan petani membuat akun, mengajukan laporan pengaduan lengkap dengan kategori, lokasi, tanggal, dan foto kejadian, lalu memantau status aduan mereka. Status akan berubah dari “Belum Diproses” menjadi “Proses” setelah ada tanggapan petugas, dan “Selesai” jika solusi telah diberikan. Tak hanya itu, petani juga dapat melihat pengaduan lain yang sudah pernah diajukan, sehingga bila masalahnya sama, mereka tak perlu membuat aduan baru.
Bagi petugas BPP, dashboard menampilkan data aduan secara rinci, dilengkapi grafik kategori permasalahan yang memudahkan identifikasi tren. Petugas dapat memberi tanggapan, memperbarui status aduan, serta mengelola data masyarakat dan laporan. Kepala BPP pun dapat memantau statistik aduan untuk pengambilan keputusan strategis.
Pengujian sistem menggunakan metode Blackbox Testing menunjukkan hasil yang memuaskan: semua fitur inti—registrasi, login, pengaduan, dan tanggapan—berfungsi sesuai harapan tanpa error. Petani yang mencoba sistem ini mengaku lebih mudah berkonsultasi, sementara petugas terbantu dalam memprioritaskan penanganan aduan.
Penelitian ini juga menghasilkan sejumlah perbaikan setelah uji coba awal, di antaranya penambahan kategori permasalahan, penyertaan nomor kontak dan alamat desa pengadu, serta penyederhanaan fitur bagi kepala BPP. Semua perubahan dilakukan berdasarkan masukan langsung dari pengguna, sesuai prinsip Extreme Programming.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ini bukan hanya mempercepat proses pengaduan, tetapi juga memperbaiki kualitas pelayanan publik di sektor pertanian. Petani tak lagi terhambat jarak atau waktu, dan penyuluh dapat bekerja lebih efektif. Lebih jauh, sistem ini juga berpotensi menjadi model bagi daerah lain dalam memodernisasi layanan pengaduan masyarakat.
Adi Hermawan menyarankan agar ke depan sistem ini dilengkapi fitur notifikasi otomatis, baik bagi pengguna maupun petugas, agar setiap aduan bisa segera ditindaklanjuti. Dengan dukungan teknologi dan komitmen pelayanan, diharapkan hubungan antara petani dan instansi pemerintah semakin erat, dan produktivitas pertanian di Kecamatan Windusari semakin meningkat.
Dengan kemudahan akses yang ditawarkan, inovasi ini diharapkan menjadi langkah maju dalam mendigitalisasi layanan publik pertanian, menjembatani komunikasi antara petani dan penyuluh, serta memastikan setiap suara petani didengar dan ditindaklanjuti secara cepat dan tepat. (ed. Sulistya NG)
Sumber : repositori UNIMMA