Magelang, 12 Agustus 2025 – Di tengah persaingan mutu pendidikan yang semakin ketat, peran kepala sekolah dan budaya kerja di lingkungan sekolah menjadi sorotan penting. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Hariyanti, mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Magelang, mengungkap bahwa kepemimpinan kepala sekolah, motivasi berprestasi guru, dan budaya organisasi yang kuat terbukti berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi para guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Unggulan di Kecamatan Kepil, Kabupaten Wonosobo.
Dalam dunia pendidikan, guru bukan hanya pengajar di kelas, tetapi juga bagian dari sebuah organisasi yang memerlukan komitmen tinggi untuk mencapai visi dan misi bersama. Namun, masih banyak sekolah yang menghadapi tantangan seperti rendahnya motivasi guru, lemahnya budaya kerja, dan kurangnya keterikatan pada organisasi. Kondisi ini mendorong Nur Hariyanti untuk melakukan penelitian mendalam di dua MI unggulan—MI Ma’arif Bendosari dan MI Muhammadiyah Beran—yang selama ini dikenal memiliki standar akademik dan moral tinggi.
Ia menyoroti tiga faktor kunci yang diyakini memengaruhi komitmen guru: gaya kepemimpinan kepala sekolah, motivasi berprestasi, dan budaya organisasi. “Ketiganya ibarat tiga kaki penopang. Bila salah satunya rapuh, komitmen organisasi akan goyah,” tulis Nur dalam pendahuluan tesisnya. Penelitian ini dirancang untuk:
- Membuktikan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap komitmen organisasi guru.
- Membuktikan pengaruh motivasi berprestasi terhadap komitmen organisasi.
- Membuktikan pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen organisasi.
- Menguji pengaruh ketiga faktor tersebut secara simultan terhadap komitmen organisasi.
Dengan tujuan tersebut, penelitian ini tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga diharapkan memberi masukan praktis bagi dunia pendidikan, khususnya sekolah-sekolah berbasis agama yang ingin meningkatkan kualitas SDM-nya.
Menggunakan pendekatan kuantitatif, Nur mengambil seluruh guru dari kedua MI tersebut sebagai responden—total 67 orang. Data dianalisis menggunakan regresi berganda, sedangkan pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t. Pendekatan ini memungkinkan peneliti melihat seberapa kuat pengaruh masing-masing variabel secara terpisah maupun bersamaan.
Hasil pengolahan data menunjukkan ketiga hipotesis utama diterima:
-
Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap komitmen organisasi. Semakin baik gaya kepemimpinan yang diterapkan, semakin tinggi tingkat komitmen guru terhadap sekolah. Kepala sekolah yang inspiratif, komunikatif, dan mampu menjadi teladan terbukti membuat guru lebih terikat secara emosional dan profesional.
-
Motivasi berprestasi memiliki pengaruh positif. Guru yang memiliki dorongan kuat untuk mencapai target dan menunjukkan kinerja optimal ternyata juga lebih loyal dan berkomitmen terhadap sekolah.
-
Budaya organisasi yang sehat memperkuat komitmen. Nilai-nilai, norma, dan kebiasaan positif yang dijalankan bersama di sekolah berperan besar membentuk keterikatan guru pada organisasinya.
Penelitian ini menggarisbawahi bahwa komitmen guru bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan hasil dari kepemimpinan yang mengayomi, lingkungan kerja yang mendukung, serta motivasi pribadi yang tinggi.
Temuan ini memiliki implikasi penting bagi pengelola sekolah, terutama di daerah pedesaan atau semi-urban seperti Kepil. Pertama, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai pemimpin transformasional yang tak hanya mengatur tetapi juga menginspirasi. Kedua, perlu ada sistem yang mendorong motivasi berprestasi, misalnya melalui penghargaan, pelatihan, atau kesempatan pengembangan diri. Ketiga, membangun budaya organisasi positif bukan sekadar jargon, tetapi perlu diwujudkan dalam rutinitas sehari-hari, mulai dari disiplin kerja hingga kebersamaan antar guru.
Bagi praktisi pendidikan, penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa peningkatan kualitas guru harus dilihat dari tiga dimensi utama tersebut. Bagi dunia akademik, temuan ini memperkaya kajian tentang manajemen pendidikan Islam, terutama pada tingkat pendidikan dasar.
Di tengah tuntutan zaman yang mengharuskan sekolah beradaptasi dan berinovasi, keberhasilan sebuah lembaga pendidikan tetap bertumpu pada manusia di dalamnya. Kepemimpinan kepala sekolah, motivasi berprestasi guru, dan budaya organisasi yang positif terbukti menjadi fondasi kokoh yang mampu menjaga dan meningkatkan komitmen guru terhadap sekolah. Nur Hariyanti menegaskan, “Jika tiga unsur ini berjalan seiring, maka mutu pendidikan tidak hanya terjaga, tetapi akan terus berkembang.”
Penelitian ini menjadi pengingat bahwa pendidikan yang bermutu dimulai dari komitmen orang-orang yang menggerakkannya. Dan komitmen itu, seperti dibuktikan di MI unggulan Kepil, bisa dibangun melalui kepemimpinan yang tepat, motivasi yang tinggi, dan budaya sekolah yang sehat. (ed. Sulistya NG)
Sumber : repositori UNIMMA