Beban Kerja Perawat Pengaruhi Kualitas Discharge Planning di RSUD Merah Putih Magelang
12 August 2025

mimin

Magelang, 12 Agustus 2025 – Discharge planning, atau perencanaan pemulangan pasien, merupakan tahapan penting dalam layanan kesehatan yang menentukan kelancaran perawatan pasien setelah keluar dari rumah sakit. Penelitian terbaru di RSUD Merah Putih Kabupaten Magelang mengungkapkan bahwa beban kerja perawat memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap.

Penelitian yang dilakukan oleh Aniska Handayani ini dilatarbelakangi oleh temuan bahwa pelaksanaan discharge planning di RSUD Merah Putih belum optimal. Beberapa pasien yang mengalami Infeksi Daerah Operasi (IDO) mengaku tidak mendapat penjelasan memadai mengenai perawatan luka di rumah setelah operasi. Data rumah sakit menunjukkan tingginya angka hunian tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/BOR) – bahkan ada ruangan yang melebihi 100% – yang berimbas pada tingginya beban kerja perawat.

Beban kerja yang dimaksud mencakup seluruh aktivitas yang dilakukan perawat selama bertugas, baik fisik maupun mental. Mulai dari tugas-tugas teknis seperti memberikan obat dan merawat luka, hingga tanggung jawab administratif dan komunikasi dengan pasien serta keluarga. Penelitian ini memfokuskan diri pada bagaimana beban kerja tersebut mempengaruhi kemampuan perawat menjalankan discharge planning secara menyeluruh, mulai dari pengkajian kebutuhan pasien, edukasi tentang perawatan di rumah, hingga penyiapan obat dan rujukan.

Menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasi dan pendekatan cross sectional, penelitian ini melibatkan 74 perawat dan 74 pasien di tujuh ruangan rawat inap RSUD Merah Putih. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan proportionate stratified random sampling, memastikan perwakilan dari setiap ruang perawatan. Beban kerja diukur menggunakan kuesioner terstandar dari Nursalam (2017), sedangkan pelaksanaan discharge planning dinilai berdasarkan instrumen yang diadaptasi dari Potter & Perry (2005) dan telah divalidasi sebelumnya.

Hasil analisis menggunakan uji statistik Spearman Rank menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara beban kerja perawat dan pelaksanaan discharge planning, dengan nilai ρ = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,479. Angka ini menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan hubungan yang cukup. Artinya, semakin ringan beban kerja perawat, semakin baik kualitas discharge planning yang mereka lakukan. Sebaliknya, beban kerja yang berat berpotensi menurunkan kualitas proses tersebut.

Penelitian ini juga menemukan bahwa sebagian besar discharge planning baru dilakukan saat pasien akan pulang, bukan sejak awal perawatan seperti yang direkomendasikan. Padahal, discharge planning yang dimulai sejak pasien masuk rumah sakit terbukti mampu menurunkan angka kekambuhan, mengurangi perawatan ulang yang tidak perlu, dan meningkatkan pemahaman pasien terhadap kebutuhan pasca-rawat.

Dalam konteks RSUD Merah Putih, tingginya BOR dan keterbatasan jumlah perawat dibandingkan standar Kementerian Kesehatan menjadi tantangan utama. Kondisi ini menuntut perawat bekerja lebih cepat dan menangani banyak pasien sekaligus, sehingga waktu untuk memberikan edukasi dan koordinasi discharge planning menjadi terbatas.

Aniska menegaskan, keberhasilan discharge planning tidak hanya bergantung pada keterampilan individu perawat, tetapi juga pada dukungan manajemen rumah sakit dalam mengatur beban kerja. Dengan beban kerja yang lebih seimbang, perawat memiliki kesempatan lebih besar untuk menjalankan proses discharge planning secara komprehensif: mengkaji kondisi pasien, memberikan edukasi kesehatan, memastikan ketersediaan obat dan alat perawatan, serta melakukan koordinasi dengan fasilitas kesehatan lanjutan.

“Manajemen rumah sakit perlu mempertimbangkan penataan jadwal dan rasio perawat-pasien agar pelaksanaan discharge planning dapat optimal,” tulis Aniska dalam kesimpulannya. Ia juga merekomendasikan agar perawat menjadikan discharge planning sebagai bagian rutin dan terintegrasi dari asuhan keperawatan, dimulai sejak hari pertama pasien dirawat.

Penelitian ini memberikan kontribusi penting bagi pengembangan manajemen keperawatan di Indonesia, khususnya dalam meningkatkan mutu layanan dan keselamatan pasien. Dengan memahami keterkaitan antara beban kerja dan kualitas discharge planning, rumah sakit dapat mengambil langkah strategis untuk mengurangi risiko komplikasi pasca-rawat dan meningkatkan kepuasan pasien.

Jika temuan ini diterapkan, RSUD Merah Putih berpotensi menjadi contoh praktik terbaik dalam manajemen discharge planning berbasis pengelolaan beban kerja, yang pada akhirnya mendukung peningkatan mutu layanan kesehatan di tingkat daerah. (ed. Sulistya NG)

Sumber : repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut