Terapi Tulis Ekspresif Bantu Pasien Gangguan Jiwa Kendalikan Halusinasi
12 August 2025

mimin

Magelang, 12 Agustus 2025 – Rumah Sakit Jiwa Dr. Soerojo Magelang menjadi lokasi penerapan inovasi perawatan pasien gangguan jiwa dengan gejala halusinasi pendengaran. Penelitian yang dilakukan oleh Wulan Intansari, mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, menguji efektivitas expressive writing therapy sebagai metode pendukung manajemen halusinasi.

Gangguan jiwa, khususnya skizofrenia, masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan 7 dari 1.000 penduduk mengalami gangguan jiwa berat. Salah satu gejala yang umum terjadi adalah halusinasi, di mana pasien merasakan stimulus palsu berupa suara, bayangan, atau sensasi lain yang tidak nyata. Kondisi ini berisiko memicu tindakan berbahaya, seperti melukai diri sendiri maupun orang lain.

Penatalaksanaan halusinasi umumnya dilakukan dengan dua pendekatan: farmakologis (pemberian obat antipsikotik) dan nonfarmakologis melalui asuhan keperawatan. Salah satu metode nonfarmakologis yang diteliti Wulan adalah manajemen halusinasi yang dipadukan dengan teknik expressive writing therapy. Terapi ini mendorong pasien menuangkan isi pikiran dan perasaan ke dalam tulisan, sehingga membantu mengurangi beban emosional dan mengalihkan fokus dari stimulus halusinasi.

Penelitian ini bertujuan menggambarkan proses asuhan keperawatan pasien halusinasi mulai dari pengkajian, penegakan diagnosis, perencanaan intervensi, pelaksanaan, hingga evaluasi. Fokus utamanya adalah penerapan teknik journaling atau menulis ekspresif sebagai strategi distraksi untuk mengendalikan halusinasi.

Penelitian berbentuk studi kasus ini melibatkan dua pasien dengan halusinasi pendengaran, dirawat di Bangsal Sadewa RSJ Dr. Soerojo Magelang. Selama dua minggu, masing-masing pasien menjalani enam kali sesi intervensi. Prosesnya mencakup pengkajian gejala, pelatihan menghardik halusinasi, penerapan expressive writing therapy, pembuatan jadwal aktivitas harian, serta latihan berkomunikasi dengan orang lain.

Gambaran Pasien
Pasien pertama, Tn. S (43 tahun), memiliki riwayat keluarga dengan skizofrenia dan pernah dirawat dua kali di RSJ. Ia mendengar suara laki-laki memberi perintah, muncul sekali sehari, terutama saat magrib atau tengah malam. Pasien kedua, Sdr. E (31 tahun), tidak memiliki riwayat keluarga serupa, namun mendengar suara dari Al-Quran yang memintanya melakukan atau menghindari aktivitas tertentu, muncul hingga tiga kali sehari.

Pelaksanaan Terapi
Pada awal intervensi, kedua pasien diajarkan teknik menghardik halusinasi, yaitu menolak atau mengabaikan perintah dari suara halusinatif. Selanjutnya, mereka mengikuti empat tahap expressive writing therapy:

  1. Initial Writing – Menulis bebas isi pikiran tanpa arahan.
  2. Writing Experience – Menulis pengalaman traumatis atau isi halusinasi.
  3. Feedback – Membaca ulang dan mendiskusikan tulisan bersama terapis.
  4. Application – Memasukkan kegiatan menulis dalam jadwal harian.

Tn. S mampu mengikuti terapi, meski menunjukkan kecenderungan enggan menulis di sesi akhir dan meminta bantuan perawat untuk membuat jadwal. Sebaliknya, Sdr. E yang memiliki minat tinggi pada menulis, mengikuti semua sesi dengan antusias dan menyusun jadwal aktivitas secara mandiri.

Hasil Penelitian
Evaluasi menunjukkan penurunan frekuensi dan intensitas halusinasi pada kedua pasien. Skor skala AHRS (Auditory Hallucination Rating Scale) menurun signifikan, menandakan perbaikan pada aspek konsentrasi, orientasi, dan kemampuan mengontrol halusinasi. Pasien melaporkan halusinasi lebih jarang muncul, dan bila muncul, mereka mampu menerapkan teknik yang diajarkan.

Tn. S menunjukkan peningkatan kemampuan bersosialisasi, memulai percakapan, dan melaksanakan aktivitas terjadwal tanpa banyak arahan. Sdr. E juga mengalami penurunan gejala, meski masih membutuhkan bimbingan dalam beberapa aktivitas sosial.

Penerapan expressive writing therapy dalam manajemen halusinasi terbukti efektif membantu pasien mengalihkan fokus dari stimulus palsu, mengungkapkan beban emosional, serta meningkatkan kontrol diri. Metode ini dapat menjadi inovasi pendukung dalam keperawatan jiwa, khususnya di fasilitas layanan kesehatan mental.

Selain memberikan manfaat langsung bagi pasien, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi rumah sakit dan praktisi keperawatan untuk mengembangkan pendekatan kreatif dan humanis dalam menangani gangguan persepsi sensori. (ed. Sulistya NG)

Sumber : repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut