Promosi Kesehatan Bantu Turunkan Stres Pasien Diabetes di Klinik
13 August 2025

mimin

Magelang, 13 Agustus 2025 – Sebuah penelitian terbaru dari Universitas Muhammadiyah Magelang mengungkap bahwa promosi kesehatan dengan fokus pada manajemen stres dapat memberikan pengaruh positif terhadap pasien diabetes melitus (DM). Studi ini dilakukan oleh Rini Listyowati, mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, dengan tujuan menguji apakah edukasi manajemen stres dapat menurunkan tingkat stres pasien DM yang menjalani perawatan di klinik.

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang membutuhkan perawatan jangka panjang dan perubahan gaya hidup signifikan. Kondisi ini sering memicu stres pada penderitanya, mulai dari rasa jenuh menjalani terapi, takut komplikasi, hingga frustrasi karena kadar gula darah tak kunjung stabil. Stres yang berkepanjangan bukan hanya memperburuk kondisi mental, tetapi juga dapat memengaruhi kadar gula darah melalui peningkatan hormon kortisol yang menurunkan sensitivitas insulin.

Melihat fakta tersebut, Rini merancang penelitian dengan pendekatan pre–post one group design pada 30 pasien DM, yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi mendapatkan sesi promosi kesehatan tentang manajemen stres selama 30 menit, meliputi pengenalan stres, strategi coping, serta latihan relaksasi. Tingkat stres pasien diukur menggunakan Perceived Stress Scale (PSS-10) sebelum dan sesudah intervensi.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan mencolok pada kelompok intervensi. Sebelum edukasi, terdapat 4 pasien (26,7%) yang mengalami stres berat, 9 pasien (60%) stres sedang, dan hanya 2 pasien (13,3%) yang berada pada tingkat stres ringan. Setelah intervensi, angka stres berat turun drastis menjadi 0%, stres sedang dialami 11 pasien (73,3%), dan stres ringan meningkat menjadi 4 pasien (26,7%).

Sementara itu, pada kelompok kontrol—yang tidak menerima intervensi—tingkat stres pasien nyaris tidak berubah. Sebagian besar tetap berada pada kategori stres sedang (53,3%), dengan persentase stres berat dan ringan yang sama seperti sebelum penelitian.

Analisis statistik menggunakan independent t-test mengonfirmasi bahwa promosi kesehatan manajemen stres berpengaruh signifikan terhadap penurunan tingkat stres pada pasien DM (p < 0,05). Temuan ini memperkuat teori bahwa intervensi non-farmakologis seperti edukasi, dukungan emosional, dan pelatihan teknik relaksasi mampu membantu pasien mengelola tekanan psikologis akibat penyakit kronis.

Penelitian ini memiliki implikasi penting bagi layanan kesehatan. Rini merekomendasikan agar klinik dan rumah sakit memasukkan program promosi kesehatan manajemen stres sebagai bagian dari penanganan rutin pasien DM. “Upaya ini tidak hanya membantu pasien merasa lebih tenang, tetapi juga berpotensi meningkatkan kepatuhan mereka dalam menjalani pengobatan,” ungkapnya.

Selain itu, penelitian ini memberi masukan bagi institusi pendidikan keperawatan untuk memperkaya materi ajar terkait intervensi psikososial dalam perawatan penyakit kronis. Edukasi manajemen stres dapat menjadi bekal bagi perawat dalam memberikan asuhan yang holistik—menyentuh aspek fisik sekaligus mental pasien.

Meskipun penelitian ini menunjukkan hasil positif, Rini mengakui adanya keterbatasan, seperti ukuran sampel yang relatif kecil dan waktu intervensi yang singkat. Ia menyarankan penelitian lanjutan dengan cakupan responden lebih luas dan durasi program yang lebih panjang, sehingga manfaatnya dapat terukur secara lebih komprehensif.

Kesimpulannya, promosi kesehatan yang terstruktur dan fokus pada manajemen stres terbukti efektif menurunkan tingkat stres pasien DM. Pendekatan ini menjadi langkah preventif sekaligus rehabilitatif yang murah, aman, dan mudah diterapkan di berbagai fasilitas kesehatan, khususnya pada pasien penyakit kronis yang rentan mengalami tekanan psikologis. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut