Magelang, 13 Agustus 2025 – Di tengah geliat perekonomian daerah, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Magelang menunjukkan perkembangan pesat. Jumlah unit usaha yang meningkat dari tahun ke tahun menjadi bukti peran strategisnya dalam penciptaan lapangan kerja dan penggerak ekonomi lokal. Namun, di balik pertumbuhan tersebut, terselip tantangan mendasar: bagaimana memastikan kinerja UMKM terus meningkat melalui pengelolaan keuangan yang profesional dan terstandar.
Inilah yang menjadi fokus penelitian Agil Bima Aditiya Lavida dari Universitas Muhammadiyah Magelang, yang mengupas pengaruh literasi keuangan, inklusi keuangan, dan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja UMKM, dengan penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) sebagai variabel perantara. Studi ini mengambil sampel pelaku UMKM di Kota Magelang, yang dikenal sebagai daerah dengan kepadatan UMKM tinggi di Jawa Tengah meski memiliki luas wilayah terkecil di wilayah Kedu.
Potensi Besar, Tantangan Nyata
Kota Magelang, dengan posisi strategis di jalur penghubung kota-kota besar di Jawa Tengah dan DIY, memiliki potensi pengembangan UMKM yang besar. Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan mencatat lonjakan jumlah UMKM pasca 2020, seiring dengan naiknya omzet dan aset rata-rata pelaku usaha. Meski demikian, sebagian besar pelaku UMKM belum menerapkan SAK EMKM, standar pelaporan keuangan yang dikembangkan Ikatan Akuntan Indonesia khusus untuk usaha kecil.
Padahal, penerapan standar ini diyakini mampu meningkatkan kualitas laporan keuangan, mempermudah akses pembiayaan, dan pada akhirnya mendongkrak kinerja usaha. Faktor internal seperti pemahaman keuangan (literasi), kemudahan akses ke layanan keuangan (inklusi), serta penggunaan teknologi dalam sistem informasi akuntansi menjadi kunci pendorong keberhasilan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh tiga faktor utama—literasi keuangan, inklusi keuangan, dan sistem informasi akuntansi—terhadap kinerja UMKM, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui penerapan SAK EMKM. Dengan kata lain, studi ini ingin melihat apakah pemahaman finansial, akses layanan keuangan, dan pemanfaatan teknologi dapat mendorong pelaku UMKM membuat laporan keuangan yang lebih baik, dan apakah hal tersebut benar-benar berdampak pada peningkatan omzet, aset, dan laba usaha.
Data dari Pelaku UMKM
Menggunakan pendekatan kuantitatif, penelitian ini melibatkan UMKM di Kota Magelang yang telah beroperasi minimal dua tahun dan memanfaatkan pembayaran digital atau penjualan online. Data dikumpulkan melalui kuesioner berskala Likert, kemudian dianalisis menggunakan metode Structural Equation Modeling – Partial Least Squares (SEM-PLS).
Hasil penelitian mengungkap fakta yang menarik. Literasi keuangan terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja UMKM, artinya semakin tinggi pengetahuan pelaku usaha tentang pengelolaan keuangan, semakin baik pula performa bisnis mereka. Literasi keuangan juga mempengaruhi penerapan SAK EMKM, meski pengaruhnya tidak signifikan.
Sebaliknya, inklusi keuangan—kemudahan akses layanan perbankan dan pembiayaan—memiliki pengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM, namun tidak berdampak langsung pada kinerja UMKM. Ini mengindikasikan bahwa akses ke layanan keuangan saja tidak otomatis meningkatkan omzet atau keuntungan, tanpa dibarengi pengelolaan keuangan yang baik.
Sistem informasi akuntansi menunjukkan pengaruh positif terhadap penerapan SAK EMKM, tetapi tidak memiliki efek langsung signifikan terhadap kinerja usaha. Hal ini mempertegas bahwa teknologi akuntansi akan bermanfaat optimal jika dipadukan dengan pemahaman dan disiplin pencatatan sesuai standar.
Menariknya, penerapan SAK EMKM sendiri tidak mampu menjadi “jembatan” yang memediasi pengaruh literasi, inklusi, dan sistem informasi akuntansi terhadap kinerja UMKM. Dengan kata lain, meskipun laporan keuangan disusun sesuai standar, dampaknya terhadap kinerja usaha tidak selalu otomatis terasa tanpa adanya faktor pendukung lain seperti strategi bisnis, pemasaran, atau inovasi produk.
Fokus pada Literasi dan Integrasi Teknologi
Temuan ini memberikan pesan penting bagi pembuat kebijakan dan pelaku UMKM. Upaya peningkatan kinerja usaha sebaiknya tidak hanya fokus pada penyediaan akses modal atau teknologi, tetapi juga pada peningkatan literasi keuangan pelaku usaha. Program pelatihan akuntansi berbasis SAK EMKM, pendampingan penggunaan aplikasi pembukuan, serta edukasi strategi keuangan jangka panjang dapat menjadi kunci.
Pemerintah daerah dan lembaga keuangan dapat bersinergi untuk menyediakan layanan inklusif yang tidak hanya mudah diakses, tetapi juga disertai edukasi penggunaan. Demikian pula, integrasi sistem informasi akuntansi ke dalam operasional UMKM perlu diiringi bimbingan teknis agar data yang dihasilkan benar-benar dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan bisnis yang tepat.
Sinergi Faktor Keuangan untuk UMKM Berdaya Saing
Studi ini menegaskan bahwa kinerja UMKM tidak hanya ditentukan oleh modal dan peluang pasar, tetapi juga oleh sejauh mana pelaku usaha mampu memahami, mengelola, dan memanfaatkan informasi keuangan. Literasi keuangan muncul sebagai faktor yang paling konsisten mendorong kinerja, sementara inklusi keuangan dan sistem informasi akuntansi membutuhkan dukungan implementasi yang lebih kuat agar memberikan dampak nyata.
Dengan strategi terpadu—menggabungkan edukasi finansial, akses layanan keuangan yang berkualitas, dan teknologi akuntansi yang efektif—UMKM di Kota Magelang memiliki peluang besar untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang menjadi pemain tangguh dalam perekonomian regional dan nasional. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA