Magelang – Di balik tangisan lembut seorang bayi baru lahir, ada tantangan besar yang tak selalu terlihat. Bagi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), ancaman terbesar bukan hanya kekurangan berat badan, tetapi juga ketidakmampuan tubuh mereka menjaga suhu tetap stabil. Kondisi ini dikenal sebagai hipotermia, dan bisa menjadi pintu masuk berbagai komplikasi serius hingga kematian.
Sebuah penelitian yang dilakukan Farhan Fatkhi Musyaffa, mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, mengungkapkan solusi sederhana namun efektif: Kangaroo Mother Care (KMC). Metode ini memanfaatkan sentuhan kulit-ke-kulit antara bayi dan ibu untuk menghangatkan tubuh bayi, layaknya kantong hangat seekor kanguru.
Farhan mengkaji topik ini melalui studi literature review, menganalisis empat artikel ilmiah terbitan 2020–2023 dari database Science Direct, DOAJ, dan GARUDA. Semua artikel yang dipilih memiliki desain penelitian quasy experimental dan membahas pengaruh KMC terhadap kestabilan suhu tubuh bayi BBLR.
Penelitian ini bertujuan menilai seberapa besar pengaruh KMC terhadap kestabilan suhu bayi BBLR, sekaligus memetakan faktor-faktor yang memengaruhinya. Farhan memfokuskan tinjauan pada empat hal: karakteristik bayi yang menjadi responden, durasi pemberian KMC, perubahan suhu sebelum dan sesudah tindakan, serta hubungan durasi KMC dengan stabilitas suhu.
Menurutnya, di Indonesia angka kematian bayi masih tinggi, dengan BBLR menjadi penyebab utama. Data Badan Pusat Statistik 2021 mencatat prevalensi BBLR nasional mencapai 10,2%, dengan variasi angka di tiap provinsi. Di Jawa Tengah, Kabupaten Magelang sendiri memiliki angka 3,31% kasus BBLR. “Padahal, metode KMC ini bisa dilakukan tanpa alat mahal seperti inkubator, bahkan di rumah sekalipun,” ujar Farhan dalam tulisannya.
Sentuhan yang Mengubah Suhu
Hasil kajian menunjukkan KMC bukan sekadar metode alternatif, melainkan intervensi yang benar-benar efektif. Dari empat studi yang dianalisis:
-
Mayoritas responden bayi berjenis kelamin perempuan (59%), berusia 3–10 hari, dengan berat lahir terbanyak di kisaran 1.800–2.100 gram.
-
KMC meningkatkan suhu tubuh secara signifikan. Di RS Mitra Medika Medan, misalnya, sebelum KMC sebagian besar bayi berada pada kategori hipotermia sedang, namun setelah KMC 95–100% bayi mencapai suhu normal.
-
Penelitian di RSUD Morowali menunjukkan nilai p<0,001 pada uji statistik, yang berarti ada perubahan signifikan suhu tubuh bayi sesaat setelah KMC.
-
Studi di RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi mencatat hasil serupa, dengan nilai p=0,000, menguatkan bukti bahwa KMC berpengaruh besar.
-
Durasi pemberian KMC juga memegang peran penting. Semakin lama bayi berada dalam dekapan ibu, semakin stabil pula suhu tubuhnya.
Farhan menegaskan, manfaat KMC tak berhenti pada kestabilan suhu. Kontak kulit-ke-kulit membantu menstabilkan detak jantung dan pernapasan bayi, mengurangi tangisan, meningkatkan produksi ASI, hingga memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.
“Bayi BBLR yang lahir di rumah sakit dengan keterbatasan fasilitas seringkali berisiko tinggi mengalami hipotermia. KMC memberi kesempatan bayi untuk beradaptasi dengan dunia luar dengan cara yang alami, aman, dan murah,” tulis Farhan.
Selain manfaat fisiologis, KMC juga memudahkan pemberian ASI eksklusif karena bayi secara naluriah mencari puting ibunya saat berada di dada. Hal ini sejalan dengan rekomendasi WHO, yang mendorong KMC sebagai standar perawatan bayi BBLR di negara berkembang.
Pesan untuk Tenaga Kesehatan dan Masyarakat
Bagi tenaga kesehatan, temuan ini menjadi dorongan untuk menjadikan KMC sebagai bagian dari protokol perawatan bayi BBLR, bukan sekadar pilihan tambahan. Farhan menyarankan pelatihan intensif bagi bidan, perawat, dan dokter untuk memastikan KMC dilakukan dengan benar, mulai dari posisi bayi, durasi, hingga pemantauan tanda vital.
Sementara bagi masyarakat, khususnya orang tua, KMC adalah bentuk kasih sayang yang sekaligus menyelamatkan nyawa. Metode ini bisa dilakukan kapan saja, di rumah maupun fasilitas kesehatan, tanpa memerlukan biaya besar.
Hangat yang Menyelamatkan
Dari seluruh literatur yang dianalisis, kesimpulannya jelas: KMC efektif menjaga kestabilan suhu tubuh bayi BBLR. Faktor seperti usia bayi, berat lahir, jenis kelamin, dan durasi pelaksanaan KMC memengaruhi hasil, namun secara umum metode ini membawa dampak positif signifikan.
Dengan begitu, pesan yang ingin disampaikan Farhan sederhana namun mendalam: dekap ibu adalah inkubator alami terbaik bagi bayi berat lahir rendah. Dalam situasi ke terbatasan fasilitas, sentuhan hangat ini bukan hanya bentuk cinta, tetapi juga intervensi medis yang terbukti menyelamatkan hidup. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA