Magelang, 14 Agustus 2025 – Pendidikan agama yang diterapkan dalam lingkungan keluarga terbukti memiliki peran besar dalam membentuk kedisiplinan beragama mahasiswa. Hal ini terungkap dalam sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Ghuron Muhajalin, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Muhammadiyah Magelang, yang mengkaji pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan beragama mahasiswa PAI di kampus tersebut.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena yang menarik. Secara umum, mahasiswa PAI telah mendapatkan pembelajaran agama Islam secara formal di bangku kuliah dan umumnya berasal dari keluarga dengan latar belakang religius yang baik. Namun, kenyataannya masih terdapat mahasiswa yang kurang disiplin dalam menjalankan ajaran agama, baik dalam ibadah maupun perilaku sehari-hari. Kondisi ini mendorong peneliti untuk mencari tahu sejauh mana peran pendidikan agama yang diberikan di rumah memengaruhi sikap kedisiplinan beragama mahasiswa.
Ghuron Muhajalin menegaskan bahwa pendidikan agama dalam keluarga adalah pondasi awal yang membentuk karakter keagamaan seorang anak. Di dalamnya, orang tua berperan sebagai pendidik utama yang menanamkan nilai akidah, membimbing dalam ibadah, serta menanamkan akhlak mulia. Pendidikan ini mencakup pengenalan tauhid, pengajaran rukun Islam, pembiasaan ibadah seperti shalat dan puasa, serta pembentukan etika dan sikap saling menghargai.
Mengukur Pengaruh Secara Kuantitatif
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Dari total 231 mahasiswa PAI Universitas Muhammadiyah Magelang, diambil sampel sebanyak 60 mahasiswa menggunakan teknik probability sampling dengan kriteria mahasiswa aktif. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa dan orang tua, mencakup berbagai indikator pendidikan agama dalam keluarga dan kedisiplinan beragama.
Instrumen penelitian diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan uji statistik. Hasilnya, seluruh item pertanyaan pada variabel pendidikan agama keluarga dinyatakan valid, sementara pada variabel kedisiplinan beragama terdapat 15 item yang valid dari total 17. Nilai reliabilitasnya pun tinggi, menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat diandalkan untuk mengukur fenomena yang diteliti.
Kualitas Pendidikan Agama di Rumah Sangat Tinggi
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pendidikan agama dalam keluarga mahasiswa PAI berada pada kategori sangat tinggi. Sebanyak 85% responden mengaku mendapatkan pendidikan agama yang sangat baik di rumah, sedangkan sisanya 15% berada pada kategori tinggi. Tidak ada responden yang berada di kategori sedang, rendah, atau sangat rendah.
Sementara itu, tingkat kedisiplinan beragama mahasiswa PAI juga relatif tinggi. Sebanyak 43,3% responden masuk kategori sangat tinggi dalam hal kedisiplinan beragama, dan 53,3% berada di kategori tinggi. Hanya 3,3% yang berada di kategori sedang, tanpa ada yang tergolong rendah atau sangat rendah.
Kedisiplinan yang diukur mencakup konsistensi dalam menjalankan shalat tepat waktu, berpuasa, membaca Al-Qur’an, berdzikir, menghormati orang tua, bersikap toleran terhadap perbedaan, serta menolong sesama.
Ada Pengaruh Positif yang Signifikan
Uji regresi linear sederhana menunjukkan bahwa pendidikan agama dalam keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kedisiplinan beragama mahasiswa. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,000, lebih kecil dari ambang batas 0,05, sehingga hipotesis alternatif diterima. Nilai koefisien regresi sebesar 0,679 mengindikasikan bahwa semakin tinggi pendidikan agama di rumah, semakin tinggi pula kedisiplinan beragama mahasiswa.
Menariknya, kontribusi pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap kedisiplinan beragama mahasiswa tercatat sebesar 48%, sedangkan 52% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut bisa saja meliputi lingkungan pertemanan, budaya kampus, pengalaman organisasi, hingga media yang dikonsumsi mahasiswa.
Menguatkan Peran Keluarga
Temuan ini memberikan pesan kuat bahwa keluarga memiliki peran strategis dalam pembentukan kedisiplinan beragama. Orang tua bukan hanya menjadi pengasuh, tetapi juga pendidik utama yang menanamkan nilai-nilai Islam sejak dini. Dalam konteks mahasiswa yang sudah dewasa, pengaruh pendidikan di rumah tetap terasa, bahkan mampu memengaruhi perilaku mereka di lingkungan akademik dan sosial.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pihak kampus, orang tua, dan masyarakat luas untuk memperkuat peran pendidikan agama di keluarga. Kampus dapat memanfaatkan hasil ini untuk mengembangkan program pembinaan mahasiswa yang melibatkan sinergi antara pendidikan formal di perguruan tinggi dan pendidikan informal di rumah.
“Pendidikan agama yang diberikan orang tua bukan hanya membentuk pemahaman, tetapi juga membentuk kebiasaan yang melekat. Kedisiplinan beragama adalah hasil dari proses pembiasaan yang konsisten,” ungkap Ghuron Muhajalin dalam laporannya.
Dengan kata lain, pendidikan agama di rumah adalah investasi jangka panjang yang hasilnya terlihat tidak hanya pada masa kanak-kanak, tetapi juga saat anak memasuki usia dewasa dan menghadapi dunia perkuliahan. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA