Pola Asuh Orang Tua dan Ancaman Stunting: Pelajaran dari Temanggung
15 August 2025

mimin

Magelang, 15 Agustus 2025—Stunting, atau kondisi tubuh pendek akibat kekurangan gizi kronis, masih menjadi masalah kesehatan serius di Indonesia. Data dari Puskesmas Temanggung menunjukkan bahwa pada Oktober 2023 terdapat 282 balita stunting, meningkat dibanding Januari yang berjumlah 262 anak. Lonjakan ini memicu perhatian dunia kesehatan, termasuk kalangan akademisi.

Salah satunya adalah Safira Nafi’ah, mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, yang melakukan penelitian untuk mengungkap hubungan antara pola asuh orang tua dan kejadian stunting pada balita usia 2–4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Temanggung.

Penelitian ini dilatarbelakangi fakta bahwa stunting bukan hanya disebabkan oleh faktor ekonomi dan gizi semata, tetapi juga erat kaitannya dengan perilaku pengasuhan orang tua. Pola asuh yang baik mencakup pemenuhan kebutuhan gizi sesuai usia, pendampingan anak saat makan, memastikan kebersihan makanan, hingga memberikan variasi menu untuk mencegah kebosanan. Sebaliknya, pola asuh yang longgar dan kurang peduli terhadap kebiasaan makan anak dapat memperparah risiko stunting.

Safira menggunakan metode penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional, yakni mengukur variabel pola asuh (independen) dan status stunting (dependen) secara bersamaan. Sampel penelitian berjumlah 40 orang tua balita usia 2–4 tahun yang terdaftar di Puskesmas Temanggung, dipilih secara acak dari empat kelurahan: Jurang, Tlogorejo, Manding, dan Joho. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mengidentifikasi tiga jenis pola asuh—demokratis, otoriter, dan permisif—serta hasil pengukuran tinggi badan balita untuk menentukan status gizi berdasarkan standar WHO.

Hasil penelitian menunjukkan gambaran yang memprihatinkan. Mayoritas orang tua (82,5%) menerapkan pola asuh permisif, di mana anak dibiarkan memiliki kebebasan penuh, termasuk dalam memilih makanan. Pada kelompok ini, 97% anak mengalami stunting. Pola asuh otoriter hanya ditemukan pada 5% responden, semuanya dengan anak stunting. Sementara itu, pola asuh demokratis—yang dianggap ideal—ditemukan pada 12,5% responden, dan seluruh anak dalam kelompok ini tidak mengalami stunting.

Analisis statistik menggunakan uji Chi-square menghasilkan nilai p = 0,000, jauh di bawah batas signifikansi 0,05. Artinya, terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dan kejadian stunting. Temuan ini memperkuat pandangan bahwa meskipun faktor ekonomi dan akses kesehatan penting, cara orang tua mengasuh dan memberi makan anak memegang peranan besar dalam mencegah masalah gizi.

Lebih jauh, penelitian ini juga mencatat profil responden: sebagian besar berusia 22–30 tahun (62,5%), berpendidikan SMA (67,5%), dan bekerja (82,5%). Tingkat pendidikan dan kesibukan orang tua diduga turut mempengaruhi pola asuh, terutama dalam hal pendampingan anak saat makan. Peneliti mengaitkan temuan ini dengan literatur yang menyebutkan bahwa orang tua dengan pengetahuan gizi rendah cenderung kurang memperhatikan variasi dan kualitas makanan anak, sehingga risiko stunting meningkat.

Temuan Safira menjadi alarm bagi para orang tua di Temanggung, khususnya yang masih mempraktikkan pola asuh permisif. Kebiasaan membiarkan anak tidak makan sayur, mengonsumsi makanan cepat saji tanpa batas, atau makan tanpa pendampingan orang tua, berpotensi merusak kualitas tumbuh kembang mereka.

Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, hasil ini menegaskan perlunya intervensi yang lebih spesifik dan terarah. Tenaga kesehatan di Puskesmas dan kader posyandu dapat memanfaatkan data ini untuk menyusun program penyuluhan yang tidak hanya fokus pada pemenuhan gizi, tetapi juga membentuk pola asuh yang sehat. Edukasi tentang pentingnya keterlibatan orang tua dalam kebiasaan makan anak harus menjadi prioritas, terutama bagi keluarga dengan anak balita.

Penelitian ini memberikan pesan jelas: pencegahan stunting tidak cukup hanya dengan meningkatkan asupan gizi, tetapi juga memerlukan perubahan perilaku pengasuhan. Pola asuh demokratis, dengan keseimbangan antara kebebasan dan batasan, serta perhatian pada kualitas makanan, terbukti memberikan hasil terbaik dalam mencegah stunting.

Safira menutup penelitiannya dengan harapan agar hasil temuannya dapat menjadi acuan bagi masyarakat, tenaga kesehatan, dan pembuat kebijakan. Upaya bersama dalam membentuk pola asuh yang tepat dapat menjadi langkah strategis untuk menekan angka stunting di Temanggung dan daerah lainnya.

Jika pola asuh yang tepat dapat diterapkan secara luas, bukan tidak mungkin generasi mendatang akan tumbuh lebih sehat, cerdas, dan siap bersaing di masa depan—bebas dari ancaman stunting yang selama ini membayangi. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut

  • VIPBET88 menjadi situs judi bola online terpercaya yang menawarkan kenyamanan bermain via mobile serta layanan resmi untuk setiap member.
  • VIPBET88 menjadi pilihan tepat situs SBOBET88 online terpercaya dengan keamanan tinggi, layanan profesional, dan bonus eksklusif setiap hari.
  • VIPBET88 adalah link terbaru dari situs judi bola online resmi dari provider sbobet88 yang merupakan agen taruhan bola terbaik tahun 2025 memiliki ratusan pilihan game judi bola yang dapat dimainkan.
  • VIPBET88 merupakan pusat judi bola online resmi Sbobet88 dengan akses link terbaru, fitur modern, dan layanan profesional sepanjang waktu.