Magelang, 21 Agustus 2025 – Trauma kepala masih menjadi salah satu masalah serius di dunia kesehatan, terutama di Indonesia. Tingginya angka kecelakaan lalu lintas dan berbagai insiden lain membuat kasus ini kerap berakhir fatal. Melihat kenyataan tersebut, Joko Purwanto dan tim peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang melakukan penelitian yang bertujuan menilai keakuratan Revised Trauma Score (RTS) sebagai alat prediksi mortalitas pada pasien trauma kepala.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa trauma kepala merupakan penyebab kematian utama pada usia produktif, baik di negara berkembang maupun maju. Ketepatan dalam melakukan penanganan dini sangat ditentukan oleh kemampuan tenaga medis memprediksi kondisi pasien sejak awal masuk rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem penilaian sederhana yang mampu memberikan gambaran prognosis pasien secara cepat. RTS dipilih karena merupakan salah satu sistem skoring fisiologis yang cukup populer, praktis, dan mudah diterapkan di lapangan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menilai seberapa besar akurasi RTS dalam memprediksi mortalitas pasien trauma kepala. RTS sendiri dihitung berdasarkan tiga parameter utama, yaitu Glasgow Coma Scale (GCS), tekanan darah sistolik, dan laju pernapasan. Skor ini nantinya akan mengarahkan dokter pada perkiraan tingkat keparahan trauma dan kemungkinan hidup pasien.
Dalam penelitian yang bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional ini, Joko Purwanto melibatkan pasien trauma kepala yang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUP Dr. Kariadi Semarang selama periode penelitian. Data pasien kemudian dicatat dan dihitung nilai RTS-nya, lalu hasilnya dibandingkan dengan kondisi akhir pasien, apakah selamat atau meninggal.
Hasil penelitian menunjukkan temuan yang menarik. Nilai RTS terbukti memiliki korelasi kuat dengan angka mortalitas pasien trauma kepala. Semakin rendah nilai RTS pasien, semakin tinggi kemungkinan pasien tersebut meninggal dunia. Secara statistik, RTS terbukti signifikan dalam memprediksi hasil akhir pasien. Dari analisis receiver operating characteristic (ROC), RTS menunjukkan tingkat akurasi yang cukup tinggi, sehingga dapat diandalkan sebagai alat skrining cepat di IGD.
Dengan kata lain, penelitian ini menegaskan bahwa RTS bukan hanya sekadar angka di atas kertas, tetapi benar-benar memiliki nilai klinis dalam membantu tenaga medis mengambil keputusan cepat. Misalnya, pasien dengan RTS rendah dapat segera diprioritaskan untuk mendapat tindakan resusitasi intensif, sementara pasien dengan RTS tinggi dapat diarahkan pada penanganan yang lebih terkontrol.
Keunggulan RTS adalah sifatnya yang sederhana dan tidak membutuhkan peralatan canggih. Dokter maupun tenaga medis cukup melakukan pemeriksaan dasar—kesadaran, tekanan darah, dan pernapasan—untuk bisa menghitung skor. Hal ini tentu sangat membantu, terutama di rumah sakit daerah yang mungkin memiliki keterbatasan fasilitas.
Penelitian Joko Purwanto ini memberikan pesan penting bagi dunia medis: kecepatan dan ketepatan dalam penanganan trauma kepala bisa ditentukan oleh penilaian yang sederhana namun efektif. RTS terbukti dapat menjadi alat bantu yang handal dalam memprediksi kemungkinan hidup atau meninggalnya pasien, sehingga bisa dijadikan pedoman dalam menyusun prioritas tindakan di IGD.
Kesimpulan dari penelitian ini jelas: RTS adalah metode yang akurat, cepat, dan aplikatif dalam memprediksi mortalitas pada pasien trauma kepala. Temuan ini diharapkan bisa mendorong rumah sakit dan tenaga medis untuk lebih memaksimalkan penggunaan RTS dalam praktik sehari-hari. Dengan begitu, angka kematian akibat trauma kepala dapat ditekan, dan lebih banyak nyawa bisa terselamatkan. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA