Magelang, 22 Agustus 2025 – Dunia pendidikan terus bergerak mencari metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berbagai bidang seni dan keterampilan. Salah satu penelitian terbaru menyoroti efektivitas Contextual Teaching and Learning (CTL) yang dipadukan dengan media konkret dalam pembelajaran seni rupa, khususnya keterampilan menggambar dekoratif.
Penelitian ini dilakukan oleh Rivaldo Chairul Yudha Pratama dengan fokus pada siswa kelas IV di SDN Medaeng 1 Sidoarjo. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji apakah penerapan model pembelajaran CTL berbantuan media konkret benar-benar mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menggambar dekoratif dibandingkan dengan metode konvensional yang selama ini digunakan di sekolah.
Selama ini, keterampilan menggambar dekoratif kerap dianggap sulit oleh sebagian siswa. Banyak siswa yang merasa kesulitan mengekspresikan ide mereka dalam bentuk gambar, apalagi jika hanya dibekali penjelasan abstrak dari guru. Hal ini membuat proses pembelajaran menjadi kurang menarik dan hasil karya siswa tidak maksimal.
Di sisi lain, model pembelajaran CTL menawarkan pendekatan yang lebih kontekstual dengan mengaitkan materi pelajaran pada kehidupan nyata siswa. CTL mendorong siswa untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, serta menghubungkan pengalaman belajar dengan dunia sehari-hari. Ditambah dengan penggunaan media konkret—seperti benda nyata yang bisa dilihat dan disentuh—pembelajaran seni diyakini dapat menjadi lebih hidup dan bermakna.
Rivaldodo Yudha merancang penelitian ini dengan dua tujuan utama. Pertama, untuk mengetahui apakah ada pengaruh signifikan penggunaan model CTL berbantuan media konkret terhadap keterampilan menggambar dekoratif siswa. Kedua, untuk menguji seberapa besar peningkatan keterampilan tersebut jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Dengan kata lain, penelitian ini tidak hanya ingin membuktikan efektivitas CTL, tetapi juga memberikan alternatif solusi bagi guru seni budaya di sekolah dasar agar pembelajaran menjadi lebih interaktif dan hasil karya siswa lebih berkualitas.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasi experiment) dengan melibatkan dua kelompok siswa. Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan model CTL berbantuan media konkret, sementara kelompok kontrol tetap menggunakan metode konvensional. Instrumen penelitian berupa tes keterampilan menggambar dekoratif yang dinilai berdasarkan aspek bentuk, kerapian, kesesuaian tema, dan estetika.
Hasil penelitian menunjukkan temuan yang sangat menarik. Rata-rata nilai siswa pada kelompok eksperimen mencapai 81,75, sedangkan kelompok kontrol hanya memperoleh rata-rata 69,75. Angka ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara dua kelompok tersebut.
Selain nilai rata-rata yang lebih tinggi, kualitas karya siswa dalam kelompok eksperimen juga dinilai lebih baik. Mereka mampu menghasilkan gambar yang lebih variatif, kreatif, serta menunjukkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap konsep dekoratif. Siswa juga tampak lebih bersemangat dan percaya diri selama proses pembelajaran berlangsung.
Uji hipotesis yang dilakukan peneliti menguatkan hasil ini: penerapan model CTL berbantuan media konkret berpengaruh positif secara signifikan terhadap peningkatan keterampilan menggambar dekoratif siswa.
Temuan ini memberi pesan penting bagi dunia pendidikan, khususnya guru seni rupa di sekolah dasar. Model CTL berbantuan media konkret terbukti tidak hanya meningkatkan keterampilan teknis siswa, tetapi juga membantu mereka mengembangkan kreativitas, imajinasi, dan keterlibatan aktif dalam proses belajar.
Guru yang selama ini hanya mengandalkan metode konvensional dapat mulai mempertimbangkan penerapan pendekatan kontekstual ini. Dengan menghadirkan benda nyata sebagai media belajar, siswa lebih mudah memahami konsep seni dekoratif dan lebih berani mengekspresikan ide mereka.
Penelitian Rivaldodo Yudha menjadi bukti nyata bahwa inovasi dalam metode pembelajaran bisa membawa perubahan signifikan. Penerapan model CTL berbantuan media konkret tidak sekadar meningkatkan nilai akademik, tetapi juga membangun pengalaman belajar yang lebih menyenangkan, bermakna, dan berkesan bagi siswa.
Jika diterapkan secara konsisten, pendekatan ini berpotensi menjadi salah satu solusi efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan seni rupa di sekolah dasar, sekaligus mendorong lahirnya generasi muda yang kreatif dan percaya diri dalam berkarya. (ed. Sulistya NG)
sumber: repositori UNIMMA