Magelang, 22 Agustus 2025 – Bagi banyak ibu hamil, proses persalinan merupakan momen yang ditunggu dengan penuh harap dan doa. Namun kenyataan tidak selalu berjalan sesuai rencana. Dalam kondisi tertentu, persalinan harus ditempuh melalui operasi Sectio Caesarea (SC), yaitu prosedur pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan rahim. Di balik tindakan medis yang menyelamatkan ini, tersimpan beban psikologis yang tak kalah berat: kecemasan pra operasi.
Fenomena inilah yang diteliti oleh Ida Rini, mahasiswi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang. Dalam skripsinya yang disusun pada tahun 2024, Ida menyoroti bagaimana terapi doa mampu menjadi salah satu jalan keluar untuk meredakan kecemasan para ibu sebelum menjalani operasi caesar. Penelitian ini dilakukan dalam bentuk literature review—tinjauan dari berbagai penelitian sebelumnya—untuk menemukan pola dan bukti ilmiah mengenai pengaruh doa terhadap kondisi psikologis pasien.
Menurut data World Health Organization (WHO), angka operasi caesar di dunia berkisar 10–15 persen dari total persalinan. Di Indonesia, angkanya bahkan menunjukkan tren meningkat dari tahun ke tahun. Di balik statistik tersebut, ada kenyataan lain yang perlu diperhatikan: rasa takut dan cemas yang dialami ibu sebelum operasi. Tak sedikit dari mereka yang mengaku khawatir akan nyawanya sendiri, kondisi bayinya, maupun efek samping dari pembiusan.
Kecemasan pra operasi tidak boleh dianggap sepele. Kondisi ini bisa memicu gangguan fisiologis seperti peningkatan denyut jantung, tekanan darah, hingga gangguan pernapasan. Akibatnya, proses operasi dapat terganggu, bahkan menimbulkan komplikasi pasca operasi.
Selama ini, penanganan kecemasan kerap dilakukan dengan obat penenang. Namun, pendekatan non-farmakologis seperti bimbingan spiritual diyakini mampu memberi efek menenangkan tanpa efek samping. Doa menjadi salah satu cara sederhana, mudah, dan sesuai dengan kebutuhan spiritual pasien.
Ida Rini melalui studinya ingin menjawab satu pertanyaan penting: Apakah doa benar-benar berpengaruh terhadap penurunan kecemasan pada pasien pra operasi caesar?
Secara khusus, penelitian ini menelaah:
- Karakteristik responden dari berbagai studi yang ada.
- Tingkat kecemasan pasien sebelum diberikan intervensi doa.
- Tingkat kecemasan setelah intervensi.
- Analisis apakah terdapat perbedaan signifikan akibat pemberian terapi doa.
Dari pencarian literatur, Ida mengidentifikasi lima jurnal utama yang relevan. Semua jurnal itu menggunakan metode berbeda, mulai dari quasi-eksperimen hingga pre-eksperimen dengan pretest-posttest design. Walau demikian, hasilnya mengarah pada kesimpulan yang sama: doa secara signifikan menurunkan tingkat kecemasan pasien pra operasi caesar.
Intervensi yang diteliti meliputi dzikir, sholawat, hingga murottal Al-Qur’an. Misalnya, penelitian Suyanto (2021) menunjukkan bahwa pemberian sholawat nariyah berhasil menurunkan tingkat kecemasan dari kategori sedang menjadi ringan dengan nilai p-value 0,000—yang berarti ada perbedaan signifikan. Penelitian lain oleh Azzaroh (2019) juga memperlihatkan bahwa pasien yang mendengarkan murottal mengalami penurunan skor kecemasan dari rata-rata 24,73 (sedang) menjadi 19,87 (ringan).
Hasil serupa juga terlihat pada terapi dzikir. Nopriani Yora (2023) membuktikan bahwa dzikir mampu menurunkan skor kecemasan hampir setengahnya. Bahkan penelitian Octavia (2022) menemukan bahwa setelah melakukan dzikir, lebih dari 90 persen pasien tidak lagi mengalami kecemasan.
Temuan-temuan ini mempertegas bahwa doa bukan hanya ibadah, melainkan juga terapi psikologis yang efektif. Ia bekerja dengan menimbulkan rasa tenang, meningkatkan endorfin, serta membantu pasien lebih siap menghadapi operasi.
Lewat kajian pustaka yang sistematis, Ida Rini menyimpulkan adanya pengaruh signifikan antara doa dengan penurunan kecemasan pada pasien pra operasi caesar. Artinya, intervensi sederhana berupa doa, dzikir, atau lantunan ayat suci bisa dijadikan bagian dari perawatan keperawatan.
Penelitian ini membuka ruang lebih luas bagi tenaga kesehatan untuk memberikan pendampingan spiritual di rumah sakit. Bagi para perawat, doa bisa menjadi bagian dari asuhan keperawatan yang holistik, yang tidak hanya menyehatkan fisik, tetapi juga menenangkan jiwa.
Dengan temuan ini, Ida berharap praktik keperawatan di rumah sakit bisa lebih humanis—menyatukan keilmuan medis dengan sentuhan spiritual. Karena dalam momen genting di ruang operasi, doa bukan sekadar ritual, melainkan juga obat penenang yang nyata. (ed. Sulistya NG)
sumber: repositori UNIMMA