Magelang, 22 Agustus 2025 – Jogjakarta kembali menjadi saksi tumbuh suburnya komunitas hobi yang unik. Bukan sekadar klub biasa, melainkan komunitas penggemar berat serial animasi Jepang Love Live! yang menamakan diri mereka Love Live Nakama Jogjakarta (LLNJ). Fenomena ini menarik perhatian seorang peneliti muda, Dimas Akbar Ramadhan dari Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang menjadikannya sebagai objek kajian dalam skripsi berjudul “Fanatisme Komunitas Love Live Nakama Jogjakarta.”
Dimas memulai penelitiannya dengan satu pertanyaan besar: bagaimana bentuk fanatisme yang ditunjukkan anggota komunitas LLNJ dalam keseharian mereka? Pertanyaan ini lahir dari rasa ingin tahu terhadap fenomena fandom di Indonesia, terutama di kalangan anak muda perkotaan yang semakin terbuka pada budaya populer Jepang.
Metode yang digunakan Dimas adalah penelitian kualitatif deskriptif. Ia mengumpulkan data melalui wawancara, observasi langsung, serta analisis media sosial komunitas. Dengan cara ini, Dimas berusaha menangkap realitas yang dijalani para anggota LLNJ, bukan hanya dari luar, tetapi dari perspektif mereka sendiri.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa fanatisme di dalam komunitas LLNJ hadir dalam berbagai bentuk yang menarik. Salah satu bentuk yang paling menonjol adalah koleksi merchandise. Banyak anggota rela mengeluarkan uang dalam jumlah besar demi mendapatkan barang-barang resmi Love Live!, mulai dari poster, action figure, hingga kartu edisi terbatas. Koleksi ini bukan hanya simbol kebanggaan, melainkan juga bentuk keterikatan emosional dengan karakter idola mereka.
Selain itu, aktivitas menonton bersama (nobar) menjadi agenda rutin yang memperkuat rasa kebersamaan. Nobar bukan sekadar menonton animasi, tetapi menjadi ruang untuk berbagi antusiasme, berdiskusi tentang jalan cerita, hingga berdebat seru mengenai karakter favorit. Melalui aktivitas ini, tercipta ikatan persaudaraan yang erat di antara anggota.
Yang tak kalah menarik, komunitas LLNJ juga aktif dalam cosplay. Beberapa anggota dengan penuh dedikasi menirukan kostum dan gaya karakter Love Live! di berbagai acara. Menurut penelitian Dimas, cosplay bukan hanya hobi hiburan, melainkan ekspresi identitas dan kebanggaan sebagai bagian dari fandom.
Fanatisme juga terlihat dari interaksi intensif melalui media sosial. Grup WhatsApp dan media sosial LLNJ menjadi sarana diskusi, berbagi informasi, serta merencanakan kegiatan. Di dunia digital, fanatisme mereka terus berdenyut tanpa batas ruang dan waktu.
Meski fanatisme sering dianggap berkonotasi negatif, penelitian ini justru menemukan sisi positif yang menarik. Fanatisme di komunitas LLNJ mampu menumbuhkan solidaritas, kerja sama, dan rasa kekeluargaan. Anggota merasa memiliki “rumah kedua” di mana mereka bisa diterima apa adanya. Lebih dari sekadar hobi, komunitas ini menjadi ruang aktualisasi diri dan tempat melepas penat dari kesibukan sehari-hari.
Dimas dalam kesimpulannya menyebut bahwa fanatisme komunitas ini bukanlah bentuk “kecanduan buta,” melainkan lebih kepada identitas sosial. Para penggemar Love Live! menjadikan komunitas sebagai wadah untuk membangun jaringan pertemanan, memperluas relasi, bahkan mengasah kemampuan kreatif melalui cosplay dan event.
Penelitian ini membuka mata bahwa fenomena fandom di Indonesia layak mendapat perhatian akademik. Bukan hanya sekadar hiburan, melainkan fenomena sosial budaya yang membentuk cara anak muda berinteraksi, berekspresi, dan membangun solidaritas.
Dengan penelitian ini, Dimas Akbar Ramadhan berhasil menggambarkan LLNJ bukan hanya sebagai komunitas penggemar animasi Jepang, tetapi juga sebagai ruang sosial yang hidup dan bermakna. Fanatisme, dalam hal ini, justru menjadi energi yang memperkuat ikatan antaranggota dan menghadirkan warna baru dalam kehidupan sosial di Jogjakarta. (ed. Sulistya NG)
sumber: repositori UNIMMA