Magelang, 22 Agustus 2025 – Dalam dunia pelayanan kesehatan yang serba cepat, peran perawat menjadi garda terdepan dalam menentukan kualitas layanan yang diterima pasien. Namun, di balik dinamika kerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD), supervisi kepala ruang kerap menjadi faktor yang menentukan apakah kinerja perawat bisa optimal atau justru melemah. Hal inilah yang menjadi perhatian utama penelitian yang dilakukan oleh Susilo Rahadiyanto, seorang peneliti yang menyoroti langsung praktik supervisi kepala ruang di RSUD Temanggung.
Tujuan penelitian ini sederhana namun sangat penting: menggali bagaimana supervisi yang dilakukan kepala ruang berdampak pada kinerja perawat di IGD. IGD dipilih karena menjadi ruang rawan, penuh tekanan, dan membutuhkan kecepatan pengambilan keputusan. Dalam situasi tersebut, supervisi bukan hanya sekadar tugas administratif, melainkan juga bentuk pendampingan yang bisa menjaga mutu layanan tetap tinggi.
Melalui pendekatan kualitatif deskriptif, Susilo Rahadiyanto melakukan wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen terkait pelaksanaan supervisi. Ia menggali pengalaman perawat sekaligus sudut pandang kepala ruang dalam melaksanakan fungsi supervisinya. Dari data yang dihimpun, muncullah temuan menarik yang menggambarkan wajah nyata supervisi di lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa supervisi kepala ruang di IGD RSUD Temanggung sudah berjalan dengan cukup baik, terutama dalam hal monitoring kinerja perawat. Kepala ruang secara rutin melakukan pengawasan langsung, baik melalui evaluasi kerja maupun diskusi informal. Namun, penelitian ini juga menemukan adanya beberapa keterbatasan. Salah satunya adalah bahwa supervisi masih belum menyentuh aspek pembinaan yang mendalam, seperti pemberian motivasi berkelanjutan, coaching, atau mentoring yang lebih sistematis.
Para perawat yang diwawancarai mengakui bahwa kehadiran kepala ruang dalam mengawasi dan mengevaluasi tugas memberikan rasa aman serta meningkatkan tanggung jawab mereka. Supervisi yang baik terbukti mampu menjaga kedisiplinan, mendorong semangat kerja, bahkan berkontribusi pada peningkatan mutu pelayanan pasien. Namun, di sisi lain, perawat juga berharap supervisi tidak hanya fokus pada penilaian kinerja, tetapi juga pada pemberdayaan kompetensi mereka.
Temuan lain yang cukup menarik adalah adanya pengaruh hubungan interpersonal. Ketika supervisi dilakukan dengan pendekatan humanis dan komunikasi yang terbuka, perawat merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk bekerja lebih baik. Sebaliknya, supervisi yang terkesan hanya mengawasi tanpa memberikan solusi seringkali dianggap sebagai beban.
Penelitian ini menekankan bahwa supervisi yang efektif harus mencakup tiga hal utama: pengawasan, pembinaan, dan evaluasi. Tanpa ketiganya, supervisi hanya akan menjadi rutinitas administratif yang kurang berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan. Dalam konteks IGD yang penuh tekanan, ketiga aspek tersebut menjadi sangat penting agar perawat bisa tetap bekerja dengan baik meskipun dalam kondisi penuh tantangan.
Kesimpulan dari penelitian ini jelas: supervisi kepala ruang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja perawat IGD. Supervisi yang dilakukan secara konsisten dan dengan pendekatan yang tepat dapat meningkatkan kinerja, menjaga mutu pelayanan, dan pada akhirnya memberikan kepuasan bagi pasien. Namun, masih ada ruang perbaikan, terutama dalam aspek pembinaan dan motivasi jangka panjang.
Melalui penelitian ini, Susilo Rahadiyanto memberikan pesan kuat kepada pihak manajemen rumah sakit bahwa supervisi bukan hanya soal menilai, tetapi juga memberdayakan. Kepala ruang memiliki peran strategis sebagai pemimpin kecil di unitnya, yang mampu menjaga semangat kerja sekaligus membentuk budaya pelayanan yang berkualitas.
Penelitian ini juga menjadi pengingat bahwa investasi pada supervisi yang baik sama artinya dengan investasi pada mutu pelayanan kesehatan itu sendiri. Jika supervisi kepala ruang semakin diperkuat, maka harapannya IGD RSUD Temanggung, bahkan rumah sakit lain, bisa menghadirkan layanan yang lebih profesional, responsif, dan berorientasi pada kebutuhan pasien. (ed. Sulistya NG)
sumber: repositori UNIMMA