Magelang, 2 September 2025– Di tengah maraknya isu intoleransi dan gesekan sosial bernuansa agama, peran guru di sekolah dasar semakin krusial. Hal ini yang menjadi titik perhatian Muhammad Bahrul Ulum, mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang. Dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Guru PAI dalam Membangun Moderasi Beragama di SDN Geblog, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung”, Ulum menelusuri bagaimana guru agama Islam membangun sikap moderat sejak dini.
Tema Penelitian
Tema utama penelitian ini adalah moderasi beragama di sekolah dasar. Ulum menilai, pendidikan agama tidak sekadar soal ibadah, tetapi juga bagaimana nilai-nilai toleransi, persatuan, dan cinta tanah air ditanamkan sejak usia dini. Melalui guru Pendidikan Agama Islam (PAI), siswa diharapkan mampu tumbuh menjadi pribadi yang seimbang, tidak terjebak pada ekstremitas, dan siap hidup berdampingan dalam keberagaman.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru PAI dalam menanamkan nilai moderasi beragama kepada siswa SDN Geblog. Selain itu, Ulum juga ingin mengidentifikasi prinsip-prinsip moderasi beragama yang diterapkan di sekolah, serta faktor pendukung dan penghambat yang memengaruhi praktik moderasi tersebut. Dengan begitu, hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan pendidikan agama yang lebih humanis dan inklusif.
Hasil Penelitian
Dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi, Ulum menemukan bahwa guru PAI di SDN Geblog memainkan empat peran penting:
- Conservator – Guru menjadi teladan yang menjaga nilai moderasi dalam keseharian, sehingga siswa dapat meniru langsung sikap moderat dari perilaku gurunya.
- Innovator – Guru melibatkan semua unsur sekolah, baik muslim maupun non-muslim, dalam kegiatan bersama, sebagai bentuk nyata kerukunan.
- Transmiter – Guru menyampaikan nilai moderasi melalui pembelajaran, membimbing siswa agar memahami arti toleransi, anti kekerasan, dan pentingnya persaudaraan.
- Transformator – Guru menanamkan nilai moderasi tidak hanya lewat kata-kata, melainkan lewat tindakan, sehingga siswa melihat contoh langsung dalam praktik kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penelitian ini mengidentifikasi prinsip-prinsip moderasi yang diajarkan, antara lain:
-
Adil (Adl): semua siswa diberi hak yang sama tanpa diskriminasi dalam berteman dan bermain.
-
Seimbang (Tawazun): siswa dilatih menghormati keyakinan orang lain.
-
Sederhana (I’tidal): siswa dibekali ilmu agama secara proporsional agar tidak berlebihan.
-
Persatuan dan Persaudaraan (Ukhuah): siswa diajak saling membantu dan menumbuhkan solidaritas di sekolah.
Adapun faktor pendukung penerapan moderasi beragama di SDN Geblog antara lain kompetensi guru PAI yang mumpuni serta lingkungan sekolah yang kondusif. Namun, Ulum juga mencatat adanya hambatan berupa minimnya pengulangan pembelajaran di rumah serta pengaruh luar sekolah, terutama dari media sosial, yang terkadang membawa pesan intoleran.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitiannya, Muhammad Bahrul Ulum menyimpulkan bahwa guru PAI memiliki peran strategis dalam menanamkan sikap moderasi beragama sejak dini. Meski ada hambatan, penerapan prinsip-prinsip moderasi mampu membuat siswa lebih toleran, cinta damai, dan menghargai keberagaman.
Penelitian ini menjadi pengingat bahwa pendidikan agama di sekolah dasar bukan hanya urusan akademik, tetapi juga bagian penting dalam membangun generasi bangsa yang moderat dan berkarakter kebangsaan kuat. (ed; Adella)
sumber: repository UNIMMA