Magelang, 3 September 2025 – Angka penderita hipertensi di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Tidak hanya soal tekanan darah tinggi, banyak pasien juga mengeluhkan gejala lain seperti sakit kepala, tegang di leher, pandangan kabur, hingga mual. Kondisi ini jika tidak ditangani dengan tepat bisa memicu masalah serius, mulai dari pecahnya pembuluh darah otak hingga risiko kelumpuhan.
Melihat persoalan tersebut, Alpayana Cecylia Jisarah, mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, tergerak meneliti alternatif penanganan non-farmakologis yang lebih sederhana dan minim efek samping. Ia memilih fokus pada terapi akupresur, sebuah teknik pemijatan di titik-titik tertentu pada tubuh yang dipercaya dapat merangsang saraf dan memberi efek relaksasi.
Dalam skripsinya berjudul “Efektivitas Terapi Akupresur Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Kepala dengan Hipertensi di Puskesmas Magelang Selatan”, Alpayana meneliti sejauh mana pijatan tradisional ini mampu mengurangi keluhan sakit kepala yang kerap dialami penderita hipertensi.
Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui pengaruh terapi akupresur terhadap tingkat nyeri kepala pada pasien hipertensi. Secara khusus, penelitian ingin:
- Mengidentifikasi karakteristik responden.
- Mengukur tingkat nyeri sebelum terapi, baik pada kelompok kontrol maupun kelompok intervensi.
- Menilai tingkat nyeri setelah terapi diberikan.
- Mengetahui perbedaan nyata antara kedua kelompok tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Magelang Selatan pada November–Desember 2021. Dengan menggunakan desain quasi-eksperimen tipe two group pre-test and post-test, Alpayana membandingkan dua kelompok responden: kelompok kontrol yang tidak mendapat perlakuan, serta kelompok intervensi yang diberi akupresur.
Sebanyak 23 responden dipilih secara acak sesuai kriteria yang ditentukan. Tingkat nyeri diukur menggunakan Numeric Rating Scale (NRS), skala penilaian yang umum dipakai untuk mengetahui intensitas sakit kepala. Terapi akupresur dilakukan selama tujuh hari berturut-turut, dengan pemijatan sekitar 15–20 menit di titik-titik khusus seperti Zusanli, Taichong, Fungchi, Jianjing, Hegu, dan Baihul.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan fakta menarik. Sebelum perlakuan, tidak ada perbedaan signifikan tingkat nyeri antara kelompok kontrol dan intervensi. Namun, setelah terapi diberikan, kelompok intervensi mengalami penurunan nyeri yang signifikan, sementara kelompok kontrol tidak menunjukkan perubahan berarti.
Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon menghasilkan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05), yang berarti hipotesis diterima: akupresur terbukti efektif menurunkan nyeri kepala pada penderita hipertensi. Rata-rata skor nyeri pada kelompok intervensi turun dari 3,78 sebelum perlakuan menjadi 1,87 setelah terapi.
Selain itu, mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perempuan berusia 20–35 tahun, berpendidikan SMA, dan bekerja sebagai buruh.
Implikasi dan Manfaat
Alpayana menegaskan bahwa terapi akupresur bisa menjadi alternatif non-farmakologis yang murah, praktis, dan dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat maupun pasien. Teknik ini tidak hanya membantu mengurangi keluhan nyeri kepala, tetapi juga sejalan dengan praktik keperawatan mandiri yang diakui dalam Nursing Intervention Classification.
“Dengan hasil ini, perawat di layanan kesehatan bisa memberikan pilihan tambahan kepada pasien hipertensi, tidak hanya mengandalkan obat-obatan farmakologis,” tulisnya dalam saran penelitian.
Penelitian ini juga membuka ruang bagi penelitian selanjutnya, khususnya untuk mengkaji faktor lain yang mempengaruhi nyeri kepala seperti aktivitas fisik atau kondisi psikologis pasien sebelum serangan sakit kepala muncul.
Penutup
Penelitian yang digagas oleh Alpayana Cecylia Jisarah ini menegaskan bahwa sentuhan sederhana di titik tubuh tertentu mampu menghadirkan manfaat besar bagi penderita hipertensi. Dalam dunia medis modern, temuan ini menjadi pengingat bahwa kearifan lokal dan terapi tradisional tetap memiliki ruang penting dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dengan demikian, akupresur bukan hanya sebatas pijatan biasa, melainkan jembatan antara ilmu kesehatan modern dan teknik penyembuhan tradisional yang terbukti memberi efek nyata: menurunkan nyeri kepala akibat hipertensi. (ed : noviyanti)
sumber : repository UNIMMA