Magelang, 03 September 2025– Di tengah semakin menipisnya cadangan minyak bumi, kebutuhan akan energi alternatif kian mendesak. Dua mahasiswa Program Studi D3 Mesin Otomotif Universitas Muhammadiyah Magelang, Renaldi Saefulloh dan Faisal Ahmad, hadir dengan sebuah penelitian yang berfokus pada upaya mencari solusi ramah lingkungan. Melalui karya tugas akhir berjudul “Pengembangan Ethanol sebagai Kosolvent Campuran Bahan Bakar Diesel-Methanol”, keduanya menguji bagaimana etanol dapat berfungsi sebagai penyatu antara biosolar dan methanol—dua jenis bahan bakar yang pada kondisi normal sulit bercampur.
Latar Belakang Masalah
Krisis energi fosil bukan sekadar isu global, tetapi juga dirasakan nyata di Indonesia. Produksi minyak bumi dalam negeri cenderung menurun, sementara konsumsi bahan bakar terus meningkat seiring pertumbuhan industri dan transportasi. Kondisi ini menimbulkan berbagai persoalan: polusi udara, pemanasan global, hingga ancaman ketahanan energi nasional.
Salah satu jawaban yang sering disebut adalah pemanfaatan energi terbarukan. Biosolar, methanol, dan ethanol termasuk dalam kategori tersebut. Namun, penggunaan biosolar dan methanol masih menghadapi kendala teknis. Keduanya memiliki sifat berbeda—biosolar bersifat non-polar, sementara methanol polar—sehingga ketika dicampur, keduanya mudah terpisah atau mengalami sparasi.
Di sinilah muncul ide penting dari Renaldi dan Faisal: dapatkah ethanol berfungsi sebagai kosolvent atau penyatu, sehingga campuran biosolar dan methanol menjadi stabil dan homogen?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sederhana namun strategis:
-
Menentukan komposisi ethanol yang tepat agar campuran solar dan methanol tidak lagi terpisah.
-
Memberikan alternatif solusi dalam pemanfaatan bahan bakar terbarukan yang lebih ramah lingkungan dan efisien.
Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam program energy mix nasional menuju 2025, yang menargetkan peningkatan pemakaian energi baru dan terbarukan.
Metode Penelitian
Eksperimen dilakukan di Bengkel Otomotif dan Laboratorium Universitas Muhammadiyah Magelang. Prosesnya dimulai dengan mencampurkan biosolar (jenis B30) dan methanol dalam berbagai komposisi, dari B10 hingga B90. Campuran tersebut kemudian ditetesi ethanol secara bertahap, masing-masing 0,2 ml per tetes, lalu dikocok hingga menyatu dan dibiarkan selama satu jam untuk diamati kestabilannya.
Hasil pengamatan direkam melalui foto, dan setiap tahap homogenisasi dihitung hingga diperoleh takaran ethanol minimum yang mampu membuat campuran stabil.
Hasil Penelitian
Temuan penelitian menunjukkan bahwa semakin besar kadar biosolar, semakin banyak ethanol yang dibutuhkan untuk menghasilkan campuran homogen. Sebaliknya, semakin besar kadar methanol, semakin sedikit ethanol yang diperlukan.
Misalnya, pada campuran B10 (10% biosolar, 90% methanol), homogenisasi tercapai setelah penambahan 1,2 ml ethanol. Namun pada B90 (90% biosolar, 10% methanol), dibutuhkan hingga 6,4 ml ethanol agar campuran bisa stabil.
Penjelasannya, ekor (tail) dari molekul ethanol yang bergugus hidrokarbon mampu berinteraksi dengan biosolar yang non-polar, sementara kepala (head) yang bergugus hidroksil (OH) dapat menarik molekul methanol yang polar. Dengan mekanisme ini, ethanol bekerja sebagai jembatan yang menyatukan dua zat berbeda sifat, sehingga campuran tidak lagi terpisah.
Kesimpulan dan Implikasi
Penelitian Renaldi Saefulloh dan Faisal Ahmad membuktikan bahwa ethanol efektif sebagai kosolvent dalam campuran biosolar-methanol. Dengan penambahan dalam jumlah yang tepat, campuran bahan bakar alternatif ini dapat menjadi homogen dan lebih layak digunakan.
Namun, keduanya menekankan bahwa penelitian ini masih bersifat dasar. Uji lanjutan, khususnya pada mesin diesel secara langsung, perlu dilakukan untuk mengetahui performa sebenarnya, termasuk efisiensi konsumsi bahan bakar dan tingkat emisi gas buang.
Meski begitu, temuan ini menjadi langkah penting menuju pemanfaatan energi bersih. Jika dikembangkan lebih lanjut, bukan tidak mungkin Indonesia bisa lebih mandiri dalam penyediaan energi alternatif, sekaligus berkontribusi pada pengurangan polusi global.
Penutup
Di tengah keresahan akan krisis energi, karya dua mahasiswa muda dari Magelang ini memberi secercah harapan. Lewat eksperimen sederhana namun penuh makna, Renaldi Saefulloh dan Faisal Ahmad membuktikan bahwa energi masa depan bisa lahir dari kreativitas, ketekunan, dan semangat mencari solusi. Ethanol, yang selama ini dikenal hanya sebagai produk turunan nabati, ternyata mampu berperan lebih besar: menyatukan bahan bakar, mengurangi ketergantungan pada fosil, dan menjaga bumi tetap lestari. (ed-AIS)
Sumber: repository UNIMMA