Magelang, 04 September 2025 – Dunia kerja modern menuntut perusahaan mampu menjaga keseimbangan antara kepemimpinan yang kuat, motivasi tinggi, dan kedisiplinan pegawai. Namun, benarkah semua faktor itu berpengaruh langsung terhadap kinerja karyawan? Pertanyaan inilah yang coba dijawab oleh Vivi Puspandini, mahasiswi Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Magelang.
Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Kerja, dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan”, Vivi melakukan studi kasus di CV. Anugerah Maju Pratama, sebuah perusahaan di Magelang. Riset ini lahir dari keprihatinan atas fenomena dunia kerja saat ini: persaingan semakin ketat, sementara faktor manusia kerap kali menjadi penentu keberhasilan atau justru kelemahan perusahaan.
Tujuan Penelitian
Vivi merumuskan empat sasaran utama. Pertama, menguji apakah gaya kepemimpinan transformasional, motivasi kerja, dan disiplin kerja secara bersama-sama memengaruhi kinerja karyawan. Kedua, melihat apakah gaya kepemimpinan transformasional sendiri berpengaruh nyata. Ketiga, menilai sejauh mana motivasi kerja menentukan hasil kerja. Dan keempat, menelaah pengaruh disiplin kerja terhadap performa pegawai.
Penelitian ini melibatkan seluruh 70 karyawan CV. Anugerah Maju Pratama sebagai responden, menggunakan metode sampel jenuh. Data dikumpulkan melalui kuesioner, lalu diolah dengan analisis regresi linear berganda menggunakan software SPSS versi 26.
Hasil Penelitian yang Mengejutkan
Hasil yang diperoleh tak sepenuhnya sesuai dengan dugaan awal. Secara simultan, kombinasi kepemimpinan transformasional, motivasi kerja, dan disiplin kerja terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Artinya, bila ketiga unsur itu berjalan beriringan, performa pegawai akan meningkat.
Namun, jika dilihat secara parsial, hasilnya justru cukup mengejutkan. Gaya kepemimpinan transformasional, yang selama ini sering dipuji sebagai gaya kepemimpinan ideal karena mendorong perubahan dan memberi inspirasi, ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di perusahaan ini. Nilai signifikansi yang didapat mencapai 0,553, jauh di atas batas 0,05. Temuan ini menunjukkan bahwa peran pemimpin di perusahaan tersebut belum cukup kuat memberi dorongan nyata bagi peningkatan produktivitas bawahan.
Berbeda dengan itu, motivasi kerja justru menjadi faktor paling menentukan. Dengan nilai signifikansi 0,041, motivasi terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Semakin tinggi dorongan dari dalam diri pegawai untuk mencapai tujuan, semakin baik pula hasil kerja yang mereka capai.
Sementara itu, disiplin kerja menghasilkan kejutan lain. Alih-alih berpengaruh positif, variabel ini malah menunjukkan hasil negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja. Dengan signifikansi 0,505, dapat diartikan bahwa kedisiplinan yang diterapkan di perusahaan belum mampu mendorong produktivitas secara optimal. Dalam beberapa kasus, justru aturan yang terlalu kaku bisa menghambat kreativitas serta inisiatif pekerja.
Makna dan Kontribusi
Temuan penelitian ini memberikan pesan penting bagi manajemen perusahaan. Pertama, motivasi kerja perlu mendapat perhatian khusus. Perusahaan sebaiknya lebih sering memberikan penghargaan, peluang pengembangan diri, serta suasana kerja yang mendukung semangat karyawan. Kedua, gaya kepemimpinan yang diterapkan perlu dievaluasi agar lebih relevan dan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh bawahan. Seorang pemimpin yang inspiratif tidak cukup hanya memberi arahan, tetapi juga harus mampu memberi teladan nyata.
Adapun terkait disiplin, perusahaan perlu meninjau ulang pendekatan yang digunakan. Disiplin tetap penting, namun harus dikemas dengan cara yang mendorong kepatuhan secara sadar, bukan karena tekanan. Peraturan yang terlalu kaku bisa berbalik arah dan menurunkan efektivitas kerja.
Kesimpulan
Penelitian Vivi Puspandini memperlihatkan bahwa dalam dunia kerja nyata, teori tidak selalu sejalan dengan praktik. Kepemimpinan transformasional yang selama ini dianggap kunci, ternyata tidak otomatis menjamin peningkatan kinerja. Justru motivasi kerja dari dalam diri karyawanlah yang terbukti paling berperan.
Riset ini menegaskan kembali bahwa manusia adalah aset utama perusahaan. Memahami kebutuhan psikologis dan motivasional karyawan sama pentingnya dengan menerapkan sistem kepemimpinan dan aturan kerja.
Lewat temuannya, Vivi berharap CV. Anugerah Maju Pratama dan perusahaan lain dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi, agar sumber daya manusia yang dimiliki tidak hanya patuh, tetapi juga bersemangat, termotivasi, dan akhirnya mampu mengantarkan perusahaan ke arah yang lebih maju.(ed : fatikakh)
Sumber : repositori UNIMMA