Magelang, 16 Septemebr 2025 – Sampah masih menjadi persoalan pelik di berbagai daerah di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup (2020) mencatat timbunan sampah mencapai 33 juta ton, namun hanya 15 juta ton yang tertangani. Jika tidak dikelola dengan baik, tumpukan sampah dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan, lingkungan, hingga perekonomian.
Berangkat dari kegelisahan tersebut, Afif Hanifudin, mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Magelang, melakukan penelitian bertajuk “Penerapan Forward Chaining untuk Penentuan Teknologi Terbaik Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik.”
Tujuan Penelitian: Cari Teknologi Pengolahan yang Tepat
Afif menjelaskan, penelitian ini bertujuan menerapkan metode kecerdasan buatan forward chaining dalam sistem pakar untuk menentukan teknologi pengolahan sampah terbaik. Fokusnya adalah pada dua jenis sampah: organik (sisa makanan, sayuran, buah, daun) dan anorganik (plastik, kaca, logam). Teknologi pengolahan yang diuji antara lain composting, biogasification, reuse, recycle, dan remanufacture.
Tujuan akhirnya adalah membantu masyarakat, pemerintah, dan pengelola sampah menemukan solusi yang lebih tepat guna, efisien, dan ramah lingkungan.
Metode: Sistem Pakar Berbasis Prolog
Penelitian ini memanfaatkan forward chaining, metode penalaran dalam artificial intelligence yang menarik kesimpulan dari fakta-fakta menuju solusi akhir. Afif merancang sistem pakar berbasis bahasa pemrograman Prolog, di mana pengguna dapat memasukkan data karakteristik sampah.
Contohnya, sampah organik dengan kadar air 0–49 persen, kandungan nitrogen 0,4–6,9 persen, dan karbon organik 9,8–32 persen akan direkomendasikan untuk diolah dengan composting. Sementara sampah dengan kadar air lebih tinggi (60–100 persen) lebih cocok diolah melalui biogasification.
Untuk sampah anorganik, sistem dapat membedakan apakah lebih tepat dikelola dengan cara reuse, recycle, atau remanufacture, berdasarkan kondisi produk, kebutuhan pemrosesan, kualitas output, hingga ada tidaknya garansi pada hasil pengolahan.
Hasil: Akurat Menentukan Teknologi
Hasil pengujian sistem menunjukkan bahwa metode forward chaining berhasil memberikan rekomendasi teknologi pengolahan sampah yang sesuai dengan karakteristik input data.
Pada sampah organik, sistem menghasilkan 21 skenario pengolahan, dengan 9 rekomendasi composting dan 12 biogasification. Sementara untuk sampah anorganik, terdapat 20 skenario pengolahan, meliputi 1 rekomendasi reuse, 16 recycle, dan 3 remanufacture.
Sistem ini juga dilengkapi decision tree dan mesin inferensi yang memudahkan penelusuran, sehingga hasil akhir dapat dipahami dengan jelas oleh pengguna.
Dampak: Membantu Masyarakat dan Pemerintah
Afif menekankan bahwa sistem pakar yang dikembangkannya tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu teknis, tetapi juga sebagai decision support system (DSS). Dengan sistem ini, pengelola sampah bisa menentukan teknologi terbaik sesuai kondisi sampah, tanpa perlu bergantung sepenuhnya pada pakar lapangan.
Lebih jauh, sistem ini bisa menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun strategi pengelolaan sampah yang lebih terarah, mengurangi ketergantungan pada TPA, serta mendorong pemanfaatan sampah sebagai sumber daya baru.
Penutup
Penelitian Afif Hanifudin memberikan gambaran bahwa kecerdasan buatan dapat diintegrasikan ke dalam pengelolaan lingkungan. Dengan pendekatan forward chaining, persoalan kompleks seperti sampah bisa ditangani lebih sistematis, terukur, dan berkelanjutan.
“Pengelolaan sampah harus dilakukan dengan teknologi tepat guna, karena kesalahan memilih teknologi dapat berdampak pada seluruh sistem,” tulis Afif dalam kesimpulannya,”
Dengan temuan ini, Afif membuktikan bahwa inovasi digital mampu hadir sebagai solusi nyata atas masalah klasik masyarakat. Sampah yang tadinya dianggap beban, kini bisa diolah menjadi sumber daya baru, sepanjang dikelola dengan strategi yang tepat. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA