Magelang, 04 September 2025 – Diabetes mellitus (DM) masih menjadi salah satu masalah kesehatan serius di Indonesia. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati peringkat keempat jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia, setelah India, Tiongkok, dan Amerika Serikat. Luka akibat komplikasi diabetes, yang dikenal sebagai ulkus diabetik, kerap menimbulkan masalah besar. Luka sulit sembuh, rentan infeksi, hingga berujung amputasi, menjadi momok menakutkan bagi penderita.

Kondisi ini mendorong Zini Puspitasari, mahasiswi Program Studi D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk meneliti alternatif perawatan luka yang lebih efektif. Melalui karya tulis ilmiah berjudul “Aplikasi Modern Dressing Hydrocolloid terhadap Penyembuhan Luka pada Pasien Diabetes Mellitus”, Zini berupaya menunjukkan bagaimana balutan modern hydrocolloid dapat mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan membuktikan efektivitas balutan hydrocolloid sebagai bagian dari asuhan keperawatan pada pasien DM. Balutan modern ini dirancang untuk menciptakan lingkungan luka yang lembab, menjaga kelembaban jaringan, sekaligus melindungi luka dari kontaminasi bakteri. Prinsip moist wound healing inilah yang diyakini mampu mempercepat proses regenerasi jaringan dibandingkan balutan konvensional.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dalam bentuk studi kasus terhadap dua pasien diabetes dengan luka di kaki. Selama dua minggu, peneliti memberikan perawatan luka dengan prosedur standar: luka dibersihkan menggunakan larutan NaCl, dikeringkan, lalu ditutup dengan balutan hydrocolloid. Perawatan dilakukan setiap dua hari sekali, dan perkembangan luka dipantau menggunakan instrumen pengkajian Bates-Jensen Wound Assessment Tool.

Selain kondisi luka, Zini juga mencatat respons pasien terkait rasa nyeri, kenyamanan balutan, serta kadar gula darah sewaktu sebagai indikator tambahan.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbaikan signifikan. Luka yang awalnya berukuran cukup besar dengan banyak cairan, secara bertahap mengecil dan mengering. Pertumbuhan jaringan granulasi meningkat hingga 100%, menandakan pembentukan jaringan baru berjalan optimal. Tingkat epitelisasi atau pembentukan kulit baru juga mencapai lebih dari 75%, memperlihatkan tanda penyembuhan yang jelas.

Pasien melaporkan luka terasa lebih nyaman, nyeri berkurang, dan balutan hydrocolloid tidak menempel pada jaringan luka, sehingga tidak menimbulkan trauma baru saat diganti. Selain itu, perawatan luka yang konsisten turut membantu menurunkan kadar gula darah pasien ke arah lebih stabil, terutama dengan dukungan edukasi diet dan gaya hidup sehat.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini, balutan modern hydrocolloid terbukti efektif dalam mempercepat penyembuhan luka pada pasien diabetes mellitus. Tidak hanya memperbaiki kondisi luka secara klinis, tetapi juga meningkatkan kenyamanan pasien serta menurunkan risiko infeksi.

Zini Puspitasari menyimpulkan, penggunaan hydrocolloid dapat menjadi pilihan utama dalam praktik perawatan luka modern. “Balutan ini tidak hanya menciptakan lingkungan yang lembab dan melindungi luka, tetapi juga membantu regenerasi jaringan lebih cepat. Dengan demikian, amputasi dapat dicegah bila luka dirawat secara tepat,” tulisnya dalam laporan penelitian.

Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan bagi tenaga kesehatan untuk mulai beralih dari metode balutan tradisional menuju balutan modern yang lebih efektif. Bagi penderita diabetes, temuan ini membawa harapan baru agar luka kronis bukan lagi ancaman yang mengurangi kualitas hidup mereka.(ed : fatikakh)

Sumber : repositori UNIMMA