Cedera Tersembunyi di Balik Epilepsi: Hasil Penelitian di Puskesmas Pakis
28 August 2025

Admin perpustakaan

Magelang, 28 Agustus 2025 – Epilepsi, penyakit saraf yang kerap dipandang sebelah mata, masih menjadi persoalan serius di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Penyakit ini bukan sekadar masalah medis, tetapi juga menyangkut stigma sosial, tekanan psikologis, hingga beban ekonomi. Serangan kejang yang datang tiba-tiba sering kali membuat penderita berisiko mengalami cedera, baik ringan maupun berat. Fenomena inilah yang mendorong Agus Puji Santoso, mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk melakukan penelitian berjudul Gambaran Cedera pada Klien Epilepsi di Puskesmas Pakis.

Dalam latar belakang penelitiannya, Agus menyoroti tingginya angka penderita epilepsi di Indonesia yang diperkirakan mencapai 700 ribu hingga 1,4 juta kasus. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 ribu kasus baru muncul setiap tahunnya. Ironisnya, masyarakat masih sering mengaitkan epilepsi dengan mitos, seperti kutukan, kerasukan, atau penyakit menular, sehingga banyak penderita enggan mencari pertolongan medis. Akibatnya, banyak pasien tidak mendapat penanganan yang tepat, bahkan berisiko mengalami cedera berulang.

Agus menegaskan, cedera akibat kejang epilepsi bukan sekadar luka fisik. Ia dapat menimbulkan trauma mendalam, membatasi aktivitas sosial, bahkan mengancam nyawa. Kejadian-kejadian tragis, seperti lidah tergigit, luka bakar karena jatuh ke dekat api, atau tenggelam akibat kehilangan kesadaran, masih sering ditemukan. Fakta inilah yang mendorong penelitian di Puskesmas Pakis, Kabupaten Magelang, sebagai salah satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menangani penderita epilepsi.

Penelitian yang dilakukan pada Mei hingga Juni 2024 ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan total 45 responden. Semua pasien epilepsi yang berobat di Puskesmas Pakis selama periode tersebut dijadikan sampel. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang memuat identitas, riwayat penyakit, serta pengalaman cedera akibat serangan kejang.

Hasil penelitian Agus menunjukkan temuan yang cukup mencengangkan. Dari 45 responden, sebanyak 39 orang (86,7%) mengalami cedera ringan, sementara 42 responden (40,8%) menderita cedera pada jaringan mukosa, seperti luka di bibir atau lidah akibat tergigit. Meski jarang berakibat fatal, angka ini membuktikan bahwa mayoritas pasien epilepsi tidak lepas dari risiko cedera fisik setiap kali serangan terjadi.

Jenis cedera lain yang ditemukan termasuk luka lecet, luka bakar, bahkan kasus tenggelam. Temuan ini sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa lebih dari 40 persen penderita epilepsi pernah mengalami cedera saat kejang. Trauma yang paling banyak terjadi adalah cedera jaringan lunak, disusul cedera kepala, gigi, hingga patah tulang.

Menurut Agus, temuan ini harus menjadi perhatian tenaga kesehatan. “Cedera akibat kejang sebenarnya bisa dicegah, asalkan lingkungan dibuat aman dan masyarakat memiliki pemahaman yang benar tentang epilepsi,” tulisnya dalam simpulan penelitian. Edukasi kepada keluarga dan masyarakat dianggap penting, mengingat sebagian besar pasien mendapat serangan di rumah. Sayangnya, pengetahuan yang minim dan masih kuatnya mitos membuat pertolongan pertama sering tidak sesuai standar.

Penelitian ini tidak hanya menampilkan data angka, tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang keseharian pasien epilepsi di pedesaan. Mereka kerap dibatasi aktivitasnya karena takut kambuh di tempat umum. Tak jarang, penderita lebih memilih mengurung diri di rumah agar terhindar dari ejekan maupun risiko jatuh di jalan.

Agus berharap hasil penelitiannya bisa menjadi dasar bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Pakis untuk meningkatkan program edukasi dan pencegahan cedera. Bagi masyarakat luas, penelitian ini juga membuka mata bahwa epilepsi bukanlah penyakit kutukan, melainkan kondisi medis yang dapat dikelola dengan pengobatan dan dukungan lingkungan.

Di akhir penelitiannya, Agus menekankan bahwa penderita epilepsi berhak mendapatkan hidup yang aman dan layak tanpa harus dibayang-bayangi rasa takut terhadap cedera maupun stigma sosial. Ke depan, ia mendorong penelitian lanjutan dengan jumlah responden lebih besar agar strategi pencegahan dapat dirumuskan secara lebih komprehensif.

Penelitian sederhana dari seorang mahasiswa keperawatan ini mengingatkan kita bahwa di balik angka-angka medis, ada manusia yang berjuang melawan keterbatasan. Cedera pada klien epilepsi bukan sekadar luka fisik, tetapi juga cermin dari masih rendahnya pemahaman kita terhadap penyakit ini. Dengan pendekatan yang lebih manusiawi, harapannya penderita epilepsi bisa menjalani hidup lebih aman, sehat, dan bermartabat. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut

  • VIPBET88 menjadi situs judi bola online terpercaya yang menawarkan kenyamanan bermain via mobile serta layanan resmi untuk setiap member.
  • VIPBET88 menjadi pilihan tepat situs SBOBET88 online terpercaya dengan keamanan tinggi, layanan profesional, dan bonus eksklusif setiap hari.
  • VIPBET88 adalah link terbaru dari situs judi bola online resmi dari provider sbobet88 yang merupakan agen taruhan bola terbaik tahun 2025 memiliki ratusan pilihan game judi bola yang dapat dimainkan.
  • VIPBET88 merupakan pusat judi bola online resmi Sbobet88 dengan akses link terbaru, fitur modern, dan layanan profesional sepanjang waktu.