Magelang, 22 Agustus 2025 – Radikal bebas telah lama menjadi momok kesehatan modern. Molekul yang tidak stabil ini dapat merusak sel dan memicu berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes, dan penyakit jantung. Untuk menangkisnya, tubuh membutuhkan antioksidan, senyawa yang mampu menetralkan radikal bebas sebelum menimbulkan kerusakan serius.
Sebuah penelitian menarik dari Universitas Muhammadiyah Magelang mencoba menyingkap potensi daun Dadap serep (Erythrina subumbrans) sebagai sumber alami antioksidan. Penelitian yang dilakukan oleh Alfiyatu Rohmah ini menggabungkan dua pendekatan: skrining fitokimia secara kualitatif dan studi in silico (berbasis komputer) untuk memahami interaksi senyawa aktif di dalamnya dengan target protein tubuh.
Menelisik Senyawa Aktif di Balik Daun Hijau
Dalam tahap awal, peneliti mengekstrak daun Dadap serep menggunakan pelarut etanol. Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) kemudian digunakan untuk mengidentifikasi kandungan metabolit sekunder. Hasilnya, daun ini terbukti mengandung alkaloid, flavonoid, dan polifenol—tiga golongan senyawa yang sudah dikenal memiliki manfaat besar dalam dunia pengobatan herbal.
Keberadaan flavonoid menjadi sorotan utama. Senyawa ini sudah lama dikaitkan dengan aktivitas antioksidan yang mampu melindungi sel dari stres oksidatif. Menariknya, penelitian ini tidak hanya berhenti pada tahap laboratorium sederhana, tetapi juga melangkah lebih jauh dengan pendekatan komputasi.
Studi In Silico: Simulasi Interaksi Senyawa dengan Protein
Melalui metode molecular docking, peneliti menguji bagaimana flavonoid dari batang Dadap serep dapat berinteraksi dengan protein target antioksidan (kode PDB 7Z5X). Dari tujuh senyawa flavonoid yang diuji, 5-hydroxysosphoranone muncul sebagai kandidat paling menjanjikan.
Senyawa ini menunjukkan energi bebas Gibbs sebesar -104 Kkal/mol, angka yang lebih rendah dibanding kontrol positif asam askorbat (vitamin C) dengan nilai -69,7 Kkal/mol. Semakin rendah nilai energi bebas Gibbs, semakin stabil dan kuat ikatan antara senyawa dengan protein target. Artinya, kemampuan antioksidan 5-hydroxysosphoranone berpotensi lebih besar dibanding vitamin C.
Selain itu, senyawa ini membentuk ikatan dengan asam amino penting seperti metionin, glisin, dan leusin, yang memperkuat peranannya dalam mekanisme antioksidan. Dua senyawa lain, yakni abyssinone V dan erycristagallin, juga menunjukkan aktivitas yang kuat dengan nilai energi Gibbs mendekati -100 Kkal/mol.
Temuan ini memperkuat kepercayaan bahwa kekayaan hayati Indonesia menyimpan potensi besar sebagai sumber obat alami. Dadap serep, yang selama ini hanya dikenal masyarakat sebagai tanaman penurun panas secara tradisional, ternyata menyimpan harta karun senyawa bioaktif yang mampu melawan kerusakan akibat radikal bebas.
Bagi dunia farmasi, penelitian ini membuka jalan untuk pengembangan kandidat obat baru berbasis bahan alam, khususnya dari golongan flavonoid. Sementara bagi masyarakat, hasil ini memberikan bukti ilmiah bahwa tanaman lokal memiliki manfaat nyata bagi kesehatan dan layak dilestarikan.
Alfiyatu Rohmah dalam penelitiannya menyimpulkan dua hal penting: pertama, ekstrak etanol daun Dadap serep terbukti mengandung alkaloid, flavonoid, dan polifenol. Kedua, dari hasil docking, senyawa flavonoid 5-hydroxysosphoranone berpotensi menjadi antioksidan paling kuat, bahkan melampaui asam askorbat.
Hasil ini tentu masih memerlukan penelitian lanjutan, terutama uji in vitro dan in vivo untuk memastikan efektivitasnya pada organisme hidup. Namun, sebagai pijakan awal, penelitian ini menegaskan bahwa alam Nusantara masih menyimpan banyak rahasia yang dapat menjadi solusi bagi masalah kesehatan modern.
Dengan temuan semacam ini, bukan tidak mungkin di masa depan Indonesia mampu menghasilkan obat herbal inovatif yang tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga bernilai tinggi di pasar global. (ed. Sulistya NG)
sumber: repositori UNIMMA
