Discharge Planning, Strategi Efektif Tingkatkan Kesiapan Pasien Diabetes: Kajian Halima Nur Aisya
1 September 2025

Admin perpustakaan

Magelang, 01 September 2025 – Jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia terus melonjak dari tahun ke tahun. Data International Diabetes Federation (IDF) mencatat 10,3 juta orang di Indonesia hidup dengan diabetes, dan diprediksi akan meningkat hingga 16,7 juta pada 2045. Lonjakan kasus ini menempatkan diabetes sebagai salah satu masalah kesehatan utama yang tak hanya membebani pasien, tetapi juga sistem kesehatan.

Kondisi ini menjadi perhatian serius Halima Nur Aisya, mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang. Dalam skripsinya berjudul Pelaksanaan Discharge Education atau Discharge Planning pada Penderita Diabetes Mellitus: Literature Review (2022), Halima menyoroti peran penting discharge planning sebagai strategi untuk mempersiapkan pasien sebelum pulang dari rumah sakit agar mampu merawat dirinya secara mandiri.

Menurut Halima, banyak pasien diabetes yang kembali ke rumah sakit tidak lama setelah dirawat, lantaran kurang memahami tata laksana penyakitnya di rumah. Keterbatasan informasi mengenai diet, aktivitas fisik, penggunaan obat, hingga tanda bahaya komplikasi membuat pasien rentan kambuh. Oleh sebab itu, discharge planning dipandang sebagai jembatan yang menghubungkan perawatan di rumah sakit dengan keberlanjutan perawatan di rumah.

Penelitian ini menggunakan metode literature review. Halima menelusuri lebih dari 16 ribu artikel dari basis data internasional—Google Scholar, PubMed, dan ScienceDirect. Dari jumlah tersebut, hanya lima artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan dianalisis lebih lanjut.

Tujuan utama kajian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana pelaksanaan discharge planning pada penderita diabetes mellitus, menilai model atau metode yang digunakan, mengevaluasi efektivitasnya, serta mengidentifikasi parameter yang dipakai untuk mengukur keberhasilan.

Hasil telaah menunjukkan bahwa dari lima artikel terpilih, satu menggunakan metode LIMA, satu lagi menerapkan metode DPDM (Discharge Planning for Diabetes Mellitus), sementara tiga lainnya tidak menyebutkan model secara spesifik.

Metode DPDM terbukti efektif meningkatkan kesiapan pasien pulang. Melalui pendekatan ini, pasien dibekali modul berisi panduan detail mengenai pengelolaan diabetes. Modul tidak hanya dijelaskan selama perawatan, tetapi juga dapat dibawa pulang sehingga menjadi pegangan praktis bagi pasien dan keluarga. Keunggulannya, pasien lebih aktif bertanya, memahami risiko, serta memiliki pedoman tertulis yang memudahkan penerapan perawatan mandiri.

Sementara itu, metode LIMA juga memberikan dampak positif. Dengan melibatkan pasien dan keluarga, mengidentifikasi kebutuhan, dan melakukan perencanaan bertahap sejak masuk hingga hari kepulangan, model ini meningkatkan aspek personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan sosial pasien. Hasilnya, pasien lebih siap pulang dan percaya diri dalam mengelola penyakitnya di rumah.

Adapun parameter yang digunakan dalam menilai efektivitas discharge planning meliputi SDSCA (Summary of Diabetes Self-Care Activities), tingkat pengetahuan pasien, angka kekambuhan hiperglikemia, serta RHDS (Readiness for Hospital Discharge Scale). Semua indikator ini menunjukkan adanya peningkatan setelah pasien mendapatkan discharge planning.

Dalam kesimpulannya, Halima Nur Aisya menegaskan bahwa berbagai metode discharge planning memberi dampak baik bagi pasien diabetes mellitus. Namun, menurut analisisnya, metode DPDM dengan parameter SDSCA dinilai paling tepat untuk diterapkan, karena lebih terstruktur, praktis, dan berfokus pada peningkatan kemandirian pasien.

Penelitian ini tidak hanya memberi kontribusi akademis, tetapi juga menjadi rekomendasi nyata bagi tenaga kesehatan. Halima menekankan pentingnya komitmen rumah sakit dalam menjalankan discharge planning secara konsisten, bukan sebatas formalitas. Dengan edukasi yang tepat, pasien dapat menghindari kekambuhan, mengurangi angka rawat ulang, serta meningkatkan kualitas hidup.

Karya Halima Nur Aisya sekaligus mengingatkan bahwa keberhasilan perawatan pasien diabetes tidak berhenti di ruang rawat inap. Justru tantangan sesungguhnya dimulai ketika pasien pulang ke rumah. Dan di titik inilah, discharge planning menjadi kunci untuk memastikan pasien benar-benar siap menghadapi kesehariannya dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut