Magelang, 15 Agustus 2025 – Permasalahan kedisiplinan siswa di sekolah bukanlah isu baru. Meski berbagai aturan dan sanksi telah diterapkan, masih banyak siswa yang melanggar tata tertib. Fenomena ini juga terjadi di MAN 1 Magelang, salah satu madrasah terbesar di wilayahnya dengan jumlah siswa mencapai 1.562 orang. Data semester ganjil tahun ajaran 2023/2024 mencatat 59% siswa melakukan pelanggaran setiap hari, mulai dari datang terlambat, tidak memakai atribut lengkap, hingga merokok di lingkungan sekolah.
Melihat kondisi tersebut, Prissianingsih, mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Magelang, melakukan penelitian yang menguji efektivitas teknik self management untuk menurunkan perilaku tidak disiplin siswa. Fokusnya, membantu siswa mengatur diri sendiri agar mematuhi tata tertib sekolah tanpa paksaan dari luar.
Penelitian ini melibatkan enam siswa yang memiliki catatan pelanggaran cukup tinggi, lebih dari 40 poin, berdasarkan buku pantauan tata tertib sekolah. Dengan metode eksperimen Single Subject Research desain A-B-A, perilaku siswa diukur sebelum intervensi (A1), selama intervensi (B), dan setelah intervensi (A2).
Dalam tahap awal, peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan siswa, guru BK, wali kelas, guru mata pelajaran, dan satpam sekolah. Temuan awal menunjukkan masalah kedisiplinan dipicu berbagai faktor, mulai dari kebiasaan begadang, pengaruh teman, hingga minimnya kontrol diri. Sanksi yang diberikan sekolah, seperti membersihkan lingkungan, sering dianggap ringan sehingga tidak efektif mencegah pelanggaran berulang.
Intervensi yang diberikan berupa pelatihan self management mencakup empat tahap utama:
- Menyusun Area Perilaku – Siswa mengidentifikasi masalah kedisiplinan pribadi dan menetapkan target perubahan.
- Pemantauan Diri (Self Report) – Selama 21 Desember 2023 hingga 8 Januari 2024, siswa mencatat perilaku mereka setiap hari, baik di sekolah maupun di rumah.
- Evaluasi Diri – Siswa merefleksikan perilaku yang berhasil diubah dan yang masih sulit dihindari.
- Reward & Punishment – Siswa yang berhasil mempertahankan disiplin diberi penghargaan, sementara yang melanggar mendapat hukuman sesuai kesepakatan.
Hasilnya cukup signifikan. Perilaku tidak disiplin berkurang pada semua subjek. Misalnya, salah satu siswa (YWH) yang sebelumnya kerap terlambat dan tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, hanya menyisakan dua pelanggaran setelah intervensi, dengan persentase penurunan mencapai 75%. Bahkan ada yang menurun hingga 80%. Penurunan terbesar terlihat pada perilaku terlambat, bolos pelajaran, merokok di sekolah, dan tidak memakai atribut lengkap.
Data percent agreement antara guru mata pelajaran dan wali kelas juga menunjukkan penurunan konsisten pada seluruh subjek. Semakin kecil persentasenya, semakin efektif intervensi dilakukan. Teknik ini terbukti mampu memotivasi siswa untuk mengontrol perilaku mereka, mengatur waktu, dan memprioritaskan kegiatan positif.
Peneliti menyimpulkan bahwa self management efektif mengurangi perilaku tidak disiplin dan dapat menjadi alternatif solusi bagi sekolah. Ia merekomendasikan agar guru BK mengintegrasikan teknik ini dalam layanan konseling, dan sekolah memberi pelatihan serupa bagi seluruh guru. “Kedisiplinan adalah pintu awal menuju keberhasilan akademik maupun non-akademik siswa. Dengan mengatur diri sendiri, siswa tidak hanya patuh pada aturan, tapi juga membentuk karakter yang kuat,” tulisnya.
Bagi penelitian selanjutnya, disarankan waktu intervensi diperpanjang hingga minimal satu bulan untuk melihat konsistensi perubahan perilaku. Diharapkan, langkah ini dapat memperkuat budaya disiplin di sekolah, menciptakan lingkungan belajar yang efektif, efisien, dan menyenangkan bagi semua pihak. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA