Magelang, 03 September 2025 – Pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal 2020 mengubah drastis wajah pendidikan Indonesia. Sekolah dasar, termasuk SD Muhammadiyah Inovatif Pujotomo di Magelang, terpaksa melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) demi menekan laju penyebaran virus. Namun praktik belajar daring ini memunculkan problem baru: materi yang tersebar di WhatsApp, tugas yang dikumpulkan via berbagai aplikasi, hingga nilai kuis yang tercecer tanpa arsip rapi. Guru kesulitan merekap, siswa bingung mencari materi lama, sementara orang tua harus berjibaku mendampingi anak di tengah keterbatasan gawai.
Dari persoalan inilah, Dio Laksmana Sakti, mahasiswa Program Studi Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Magelang, mengangkat penelitian skripsinya yang bertajuk “Prototyping Web E-Learning dengan Asynchronous untuk Pembelajaran Siswa Kelas 1 SD.” Penelitian ini bertujuan merancang sebuah platform e-learning berbasis web yang mampu mengintegrasikan materi, tugas, kuis, hingga laporan nilai dalam satu sistem.
Latar Belakang: Sistem yang Tersebar dan Tidak Terkelola
Melalui observasi dan wawancara dengan Proboningrum, S.Pd. selaku wali kelas I, serta Nur Alviyana, S.Pd. dari tata usaha sekolah, Dio menemukan bahwa 80–90 persen orang tua sebenarnya cukup siap secara teknologi. Namun masalah muncul pada manajemen pembelajaran. Materi kerap dikirim dalam bentuk dokumen atau video melalui WhatsApp, kuis dikerjakan lewat aplikasi Quizziz, dan tugas video diunggah ke YouTube. Akibatnya, data tercecer, sulit dilacak, dan rawan hilang. Guru harus bekerja ekstra menilai dan merekap secara manual, sementara siswa kehilangan jejak tugas dan nilai.
Tujuan: Merancang Platform Terpadu
Dari situ Dio merumuskan tujuan penelitiannya, yakni:
-
Membangun sistem pembelajaran online e-learning asynchronous berbasis web untuk siswa kelas I.
-
Menghasilkan rancangan prototyping yang sesuai dengan konsep asynchronous, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri tanpa terikat waktu tetap.
Asynchronous dipilih karena cocok untuk anak-anak usia sekolah dasar, memungkinkan mereka mengakses materi kapan saja sesuai ketersediaan pendampingan dari orang tua.
Metode: Prototyping dan Uji Coba
Metodologi yang dipilih adalah prototyping, yaitu membuat rancangan awal sistem, kemudian diuji, diperbaiki, dan disempurnakan sesuai masukan pengguna. Dio merancang sistem menggunakan PHP (CodeIgniter framework) dengan basis data MySQL, serta memvisualisasikan alur melalui diagram UML (use case, activity, sequence, dan class diagram).
Sistem dirancang memiliki tiga aktor utama: guru, siswa, dan admin. Guru dapat mengunggah materi, memberi tugas, membuat kuis, sekaligus memasukkan nilai. Siswa bisa mengunduh materi, mengumpulkan tugas, serta langsung melihat hasil kuis. Sementara admin bertugas mengelola data sekolah, guru, dan siswa.
Hasil: Sistem Teruji dan Efektif
Prototipe yang dibangun diuji menggunakan dua pendekatan. Pertama, blackbox testing untuk memastikan semua fungsi berjalan tanpa error. Hasilnya, sistem dinyatakan bekerja dengan baik. Kedua, User Acceptance Test (UAT) yang melibatkan tiga kelompok pengguna: admin, guru, dan siswa kelas I. Tingkat kepuasan mencapai 97% untuk admin, 91% untuk guru, dan 93% untuk siswa. Angka ini menunjukkan bahwa sistem memenuhi kebutuhan semua pihak.
Dengan adanya platform ini, proses belajar menjadi lebih terstruktur. Guru tak lagi harus mengandalkan berbagai aplikasi terpisah. Siswa bisa mengakses materi dengan mudah, mengumpulkan tugas secara rapi, dan memperoleh nilai secara transparan. Orang tua pun lebih terbantu dalam mendampingi anak belajar.
Manfaat Lebih Luas
Selain memberikan solusi praktis bagi SD Muhammadiyah Inovatif Pujotomo, penelitian Dio Laksmana Sakti juga memberi kontribusi teoretis bagi pengembangan e-learning di tingkat sekolah dasar. Model asynchronous yang ia rancang berpotensi diterapkan di sekolah-sekolah lain, khususnya yang menghadapi kendala serupa saat pembelajaran jarak jauh.
Dalam kesimpulannya, Dio menegaskan bahwa prototipe e-learning asynchronous yang dibangun efektif meningkatkan efisiensi pembelajaran dan layak untuk diimplementasikan lebih luas. Ia juga memberi saran agar pengembangan selanjutnya dapat menambahkan fitur-fitur lanjutan, seperti integrasi video conference atau analitik pembelajaran, sehingga sistem menjadi lebih komprehensif. Dengan penelitian ini, Dio membuktikan bahwa inovasi sederhana namun tepat sasaran bisa menjadi jawaban atas problem pendidikan dasar di era digital. Sebuah langkah kecil dari Magelang, namun memberi gambaran besar tentang arah transformasi sekolah dasar menuju pembelajaran yang lebih modern, terukur, dan inklusif. (ed-AIS)
Sumber: Repository UNIMMA