Magelang,11 September 2025 Fenomena manipulasi laporan keuangan masih terus menghantui dunia bisnis. Sejumlah kasus besar, dari skandal Toshiba hingga persoalan pelaporan PT Inovisi Infracom dan PT Envy Technologies di Indonesia, membuktikan bahwa praktik manajemen laba bukan sekadar teori, melainkan realitas yang merugikan banyak pihak. Atas dasar itu, Elisa Sherina Febrianti, mahasiswi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Magelang, melakukan penelitian bertajuk “Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, Ukuran Perusahaan, Asimetri Informasi, dan Profitabilitas terhadap Manajemen Laba”.
Latar Belakang
Dalam penelitian ini, Febrianti menyoroti adanya konflik keagenan (agency conflict) antara pemilik dan manajer perusahaan. Pemilik menginginkan kesejahteraan lewat laba yang tinggi, sementara manajemen kerap terdorong mencari keuntungan pribadi. Perbedaan kepentingan inilah yang membuka celah terjadinya manajemen laba, yaitu tindakan menaikkan, menurunkan, atau meratakan laba demi kepentingan tertentu.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016–2020 memperlihatkan bahwa masih ada perusahaan sektor perdagangan jasa dan investasi yang tidak melaporkan laporan keuangan tepat waktu. Keterlambatan itu kerap dikaitkan dengan adanya praktik rekayasa laba. Dari sinilah penelitian Febrianti menemukan relevansinya.
Tujuan Penelitian
Ada lima fokus utama dalam penelitian ini:
- Menguji pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba.
- Menilai sejauh mana kebijakan hutang mendorong manipulasi laporan.
- Melihat peran ukuran perusahaan dalam menekan atau memicu praktik tersebut.
- Mengetahui hubungan asimetri informasi dengan kecenderungan rekayasa.
- Menguji pengaruh profitabilitas terhadap praktik manajemen laba.
Metodologi
Febrianti menggunakan metode regresi linear berganda dengan sampel perusahaan perdagangan jasa dan investasi yang terdaftar di BEI selama lima tahun (2016–2020). Teknik purposive sampling dipakai agar sampel yang diambil benar-benar sesuai dengan tujuan penelitian. Variabel yang diuji meliputi kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ukuran perusahaan, asimetri informasi, serta profitabilitas.
Hasil Penelitian
Temuan utama penelitian ini menarik perhatian:
-
Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan kata lain, meski manajer memiliki saham di perusahaan, hal itu tidak otomatis membuat mereka menahan diri dari praktik manipulasi.
-
Kebijakan hutang terbukti berpengaruh positif. Perusahaan dengan rasio hutang tinggi cenderung lebih rentan melakukan manajemen laba demi menjaga citra di mata kreditur maupun investor.
-
Ukuran perusahaan berpengaruh negatif. Perusahaan besar, karena sorotan publik dan pengawasan regulator yang ketat, relatif lebih hati-hati sehingga peluang melakukan rekayasa laba lebih kecil.
-
Asimetri informasi tidak terbukti berpengaruh signifikan. Meski secara teori manajer memiliki informasi lebih banyak daripada pemegang saham, kondisi ini tidak selalu mendorong manipulasi laba.
-
Profitabilitas juga tidak berpengaruh. Tinggi rendahnya laba tidak otomatis mendorong manajemen untuk merekayasa laporan.
Kesimpulan
Dari hasil tersebut, Febrianti menyimpulkan bahwa faktor paling menentukan adalah kebijakan hutang dan ukuran perusahaan. Semakin tinggi hutang, semakin besar peluang terjadinya manajemen laba. Sebaliknya, semakin besar ukuran perusahaan, semakin kecil kemungkinan manipulasi dilakukan.
Penelitian ini memberi implikasi penting. Bagi investor, kewaspadaan ekstra diperlukan saat menganalisis perusahaan dengan beban hutang besar. Bagi regulator, pengawasan perlu difokuskan pada perusahaan berskala kecil karena kelompok ini lebih berisiko melakukan manipulasi. Bagi akademisi, temuan ini membuka ruang penelitian lanjutan untuk menggali faktor lain seperti tata kelola perusahaan atau kepemilikan institusional.
Penutup
Melalui penelitian ini, Elisa Sherina Febrianti berhasil menghadirkan bukti empiris yang memperkaya literatur akuntansi di Indonesia. Ia menegaskan bahwa praktik manajemen laba tidak bisa dilihat hanya dari faktor kepemilikan saham atau besarnya laba, melainkan lebih erat kaitannya dengan keputusan pendanaan dan skala perusahaan. Penelitian ini menjadi pengingat bahwa transparansi laporan keuangan bukan hanya soal angka, tetapi juga tentang integritas dan keberlangsungan perusahaan. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA