Gambaran Pasien Program Rujuk Balik di Magelang, Studi Ahmad Amirudin
2 September 2025

Admin perpustakaan

Magelang, 02 September 2025 – Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dijalankan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) telah menjadi garda terdepan dalam menjamin akses kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satu program unggulannya adalah Program Rujuk Balik (PRB), yang diperuntukkan bagi pasien penyakit kronis dalam kondisi stabil namun tetap membutuhkan pengobatan jangka panjang di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP).

Program ini penting karena dapat menekan biaya pelayanan kesehatan, sekaligus memastikan pasien mendapat perawatan berkesinambungan. Namun, bagaimana sebenarnya gambaran pasien PRB di lapangan? Pertanyaan inilah yang coba dijawab oleh Ahmad Amirudin, mahasiswa Program Studi Diploma III Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang, lewat penelitiannya yang dilakukan pada tahun 2022.

Dalam karya tulis ilmiahnya, Ahmad mengangkat tema “Gambaran Pasien Program Rujuk Balik (PRB) yang Terdaftar di Puskesmas Kabupaten Magelang Tahun 2020”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi pasien PRB, tingkat keaktifan mereka dalam kontrol rutin, hingga jenis penyakit kronis yang paling banyak diderita.

Metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Ahmad memanfaatkan data sekunder dari 223 pasien PRB yang tercatat di dua puskesmas di Kabupaten Magelang, yakni Puskesmas Tempuran dan Puskesmas Kajoran 1. Data dikumpulkan pada September 2021 dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel.

Hasil penelitian mengungkap sejumlah fakta penting. Pertama, pasien perempuan mendominasi jumlah peserta PRB, yakni sebesar 67 persen, jauh lebih tinggi dibanding laki-laki. Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan perempuan lebih rentan terserang penyakit degeneratif, terutama pada usia 40–60 tahun, saat memasuki masa menopause.

Kedua, penyakit kronis yang paling banyak diderita pasien PRB adalah Diabetes Melitus dan Hipertensi. Menariknya, persentase keduanya sama, yakni 48 persen. Sementara itu, ada pula pasien dengan kombinasi Diabetes dan Hipertensi, meski jumlahnya lebih kecil, hanya sekitar 3 persen.

Ketiga, dari sisi keaktifan pasien dalam menjalani kontrol, ditemukan adanya perbedaan signifikan antara dua puskesmas. Di Puskesmas Tempuran, tingkat keaktifan pasien mencapai 79 persen, menunjukkan banyak pasien rutin melakukan kontrol dan mengambil obat sesuai jadwal. Sebaliknya, di Puskesmas Kajoran 1 tingkat keaktifan hanya 37 persen. Secara keseluruhan, rata-rata keaktifan pasien PRB di kedua puskesmas mencapai angka 60 persen.

Perbedaan ini menunjukkan adanya faktor yang memengaruhi kepatuhan pasien, seperti dukungan keluarga, tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya, serta kualitas pelayanan di puskesmas. Ahmad menekankan, pasien yang tidak rutin memeriksakan diri berpotensi mengalami komplikasi serius, bahkan meningkatkan risiko kematian akibat penyakit kronis.

Pentingnya Dukungan dan Edukasi

Penelitian ini juga menegaskan peran penting keluarga dan tenaga kesehatan. Pasien yang rutin kontrol umumnya mendapat dukungan untuk hadir ke puskesmas dan menjalani terapi secara teratur. Sebaliknya, pasien yang kurang mendapat dukungan seringkali absen, entah karena lupa jadwal kontrol atau tidak ada yang mengantar.

Ahmad menyoroti perlunya edukasi berkelanjutan mengenai PRB, baik kepada pasien maupun masyarakat luas. Puskesmas sebagai garda depan pelayanan kesehatan diharapkan dapat memperkuat fungsi “gatekeeper”, sehingga pasien lebih percaya dan rutin melakukan pengobatan di fasilitas tingkat pertama.

Dari hasil penelitiannya, Ahmad Amirudin menyimpulkan bahwa:

  • Pasien PRB di Kabupaten Magelang didominasi perempuan (67%).

  • Penyakit terbanyak adalah Diabetes Melitus dan Hipertensi (masing-masing 48%).

  • Keaktifan pasien bervariasi antar puskesmas, dengan Puskesmas Tempuran menunjukkan hasil lebih baik dibanding Kajoran 1.

Sebagai rekomendasi, Ahmad mendorong pemerintah dan fasilitas kesehatan untuk:

  1. Meningkatkan edukasi mengenai pentingnya kontrol rutin bagi pasien PRB.
  2. Mempermudah akses layanan, misalnya dengan menambah titik layanan atau sistem jemput bola bagi pasien yang kesulitan hadir.
  3. Mengembangkan program homecare bagi pasien yang tidak mampu datang ke puskesmas, sehingga terapi tetap berjalan.
  4. Mendorong penelitian lebih lanjut dengan metode wawancara atau kuesioner untuk menggali alasan di balik ketidakpatuhan pasien.

Melalui penelitiannya, Ahmad Amirudin berhasil memberikan gambaran nyata mengenai kondisi pasien PRB di Kabupaten Magelang. Temuan ini tidak hanya penting bagi kalangan akademisi, tetapi juga bagi pemerintah daerah dan masyarakat. Harapannya, hasil penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi sekaligus pijakan untuk memperkuat layanan kesehatan, terutama bagi penderita penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut