Magelang, 16 Septemebr 2025 – Fenomena degradasi moral di kalangan generasi muda menjadi sorotan serius. Tawuran pelajar, penyalahgunaan narkoba, hingga sikap berani murid terhadap guru atau anak terhadap orang tua seolah menjadi potret buram pendidikan di Indonesia. Sebagai bangsa dengan mayoritas penduduk muslim, kondisi ini menimbulkan pertanyaan: mengapa nilai-nilai Islam belum sepenuhnya tercermin dalam perilaku sehari-hari?
Kegelisahan inilah yang mendorong Fadhil Khalid Harefa, mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Magelang, melakukan penelitian berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Hadis Jibril.” Ia menilai, hadis Jibril memuat inti ajaran Islam yang sangat relevan untuk mengatasi problem moral generasi masa kini.
Tujuan Penelitian: Menggali Nilai dan Relevansi Hadis Jibril
Dalam penelitiannya, Fadhil menetapkan dua tujuan utama. Pertama, mengungkap nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam hadis Jibril. Kedua, mengetahui relevansi nilai-nilai tersebut terhadap dunia pendidikan modern. Menurutnya, pemahaman dan penerapan nilai dalam hadis Jibril bisa menjadi solusi untuk menumbuhkan generasi yang berkarakter islami sekaligus berdaya saing di era global.
Metode: Kajian Pustaka dengan Analisis Isi
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif kepustakaan (library research). Data primer diambil dari hadis Jibril dalam Shahih Bukhari nomor 38, yang kemudian dianalisis dengan metode content analysis. Fadhil juga menelaah literatur terkait untuk memperkuat kerangka teoritis. Validitas data dijaga melalui ketekunan telaah pustaka serta dokumentasi.
Hasil: Empat Nilai Utama dalam Hadis Jibril
Fadhil menemukan bahwa hadis Jibril mengandung empat nilai pendidikan Islam yang fundamental:
- Keimanan (Aqidah) – mencakup keyakinan kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, serta takdir. Nilai ini menegaskan pentingnya dasar iman sebagai pondasi moral dan spiritual.
- Ritual Keagamaan (Ibadah) – mengajarkan tata cara beribadah yang benar, mulai dari syahadat, shalat, zakat, puasa, hingga haji. Ibadah dipandang bukan hanya ritual, tetapi sarana pembentukan karakter.
- Moralitas (Akhlak) – hadis Jibril menekankan pentingnya ihsan, yaitu berbuat baik seakan-akan melihat Allah, atau setidaknya yakin Allah selalu mengawasi. Konsep ini menjadi dasar pembentukan akhlak mulia.
- Kepercayaan terhadap Hari Akhir – keyakinan akan adanya kehidupan setelah mati menjadi pengingat agar manusia selalu bertindak hati-hati dan tidak terjebak pada budaya hedonis maupun perilaku konsumtif.
Relevansi: Solusi atas Dekadensi Moral
Menurut Fadhil, keempat nilai tersebut memiliki relevansi kuat dengan dunia pendidikan saat ini.
-
Nilai keimanan diperlukan untuk meneguhkan identitas spiritual generasi muda, yang kerap tergoda budaya sekuler.
-
Ritual keagamaan memberi kedisiplinan dan kesadaran akan kewajiban.
-
Moralitas menjadi benteng dari perilaku menyimpang yang marak di kalangan pelajar.
-
Kepercayaan terhadap hari akhir menjadi pengingat akan tanggung jawab moral atas setiap perbuatan
Ia menegaskan, pendidikan Islam harus menanamkan nilai-nilai tersebut tidak sekadar di ruang kelas, tetapi juga melalui teladan guru, pembiasaan ibadah, dan penguatan budaya religius di sekolah maupun masyarakat.
Implikasi: Fondasi Karakter Bangsa
Penelitian ini menyiratkan bahwa penerapan nilai-nilai hadis Jibril dapat menjadi fondasi karakter bangsa. Jika ditanamkan secara konsisten, generasi muda akan tumbuh dengan kesadaran iman yang kokoh, ibadah yang teratur, akhlak yang baik, serta pandangan hidup yang jauh dari hedonisme.
“Hadis Jibril memberikan kerangka utuh tentang bagaimana iman, Islam, dan ihsan harus terinternalisasi dalam pendidikan,” tulis Fadhil dalam kesimpulannya. Menurutnya, keberhasilan pendidikan bukan hanya menghasilkan lulusan cerdas secara intelektual, tetapi juga berintegritas spiritual dan moral.
Penutup
Melalui penelitiannya, Fadhil Khalid Harefa menegaskan kembali urgensi hadis Jibril sebagai rujukan pendidikan Islam. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bukan sekadar konsep teoretis, tetapi pedoman praktis untuk membentuk manusia berkarakter.
Di tengah tantangan globalisasi dan arus budaya yang kerap menjauhkan generasi dari nilai Islam, penelitian ini memberi pesan jelas: solusi ada pada kembali ke inti ajaran, menanamkan iman, ibadah, akhlak, dan kesadaran akhirat sejak dini. Itulah jalan menuju bangsa yang bermartabat dan beradab. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA