Magelang, 15 Agustus 2025 – Masalah kelancaran produksi Air Susu Ibu (ASI) masih menjadi tantangan bagi banyak ibu menyusui di Indonesia. Padahal, ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, mengandung gizi lengkap, antibodi, dan manfaat luar biasa bagi tumbuh kembang anak. Salah satu pendekatan non-obat yang kini mencuri perhatian adalah hypnobreastfeeding, metode relaksasi yang mengandalkan sugesti positif untuk meningkatkan produksi ASI.
Sebuah penelitian literature review yang dilakukan oleh Ulfaningsih, mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, mengupas tuntas pengaruh hypnobreastfeeding terhadap produksi ASI. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik ibu yang menjalani terapi, waktu dan teknik pelaksanaannya, instrumen pengukuran produksi ASI, serta perbandingan hasil sebelum dan sesudah intervensi.
Menggunakan data sekunder dari Google Scholar, penulis menyeleksi 487 artikel menjadi 8 studi layak tinjau yang memenuhi kriteria quasy experimental. Artikel-artikel ini mencakup responden ibu postpartum dari hari ke-0 hingga enam bulan setelah melahirkan, mayoritas berusia 20–35 tahun, dengan tingkat pendidikan menengah, dan sebagian besar adalah ibu primipara baik persalinan normal maupun sectio caesarea.
Cara Kerja dan Pelaksanaan
Hypnobreastfeeding dilakukan dengan memberikan afirmasi positif saat ibu berada dalam kondisi sangat rileks, misalnya melalui rekaman suara atau sugesti langsung dari pendamping. Afirmasi dapat berupa kalimat seperti, “ASI saya cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi saya” atau “Saya rileks dan bahagia saat menyusui.”
Mayoritas studi melaporkan pelaksanaan dua kali sehari, terutama pada fase taking hold (masa adaptasi awal ibu terhadap perannya). Suasana nyaman, dukungan keluarga, dan fokus pikiran positif menjadi kunci keberhasilan teknik ini.
Dari seluruh artikel yang direview, hasilnya konsisten: hypnobreastfeeding terbukti meningkatkan produksi ASI. Rata-rata kenaikan tercatat mencapai 20,85 ml/hari setelah intervensi. Efek ini dikaitkan dengan berkurangnya stres dan meningkatnya hormon oksitosin serta prolaktin—dua hormon utama yang memicu keluarnya ASI.
Selain peningkatan kuantitas, metode ini juga memberi dampak positif pada kondisi psikologis ibu. Ibu yang lebih rileks cenderung lebih percaya diri, jarang mengalami baby blues, dan mampu menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat dengan bayinya. Efek domino ini berujung pada bayi yang lebih tenang, jarang rewel, dan terpenuhi kebutuhan gizinya.
Mengapa Penting?
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, meski angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia meningkat—mencapai 71,58% pada 2021—masih banyak daerah dengan capaian di bawah rata-rata nasional. Faktor seperti stres, kurangnya dukungan, dan masalah teknik menyusui menjadi hambatan utama.
Metode hypnobreastfeeding menawarkan solusi yang murah, mudah dipelajari, dan tanpa efek samping, sehingga dapat diadopsi secara luas, baik oleh ibu rumah tangga maupun ibu bekerja.
Penelitian Ulfaningsih menegaskan bahwa hypnobreastfeeding bukan sekadar tren, tetapi intervensi ilmiah yang efektif. Delapan artikel yang direview secara konsisten menunjukkan peningkatan produksi ASI dengan p-value < 0,05, menandakan efek yang signifikan secara statistik.
Bagi masyarakat, metode ini bisa menjadi terapi tambahan yang membantu kelancaran ASI. Bagi tenaga kesehatan, hypnobreastfeeding dapat dijadikan opsi pendamping dalam pelayanan laktasi. Sementara bagi peneliti selanjutnya, kajian ini dapat menjadi pijakan untuk mengeksplorasi variasi teknik, durasi, dan kombinasi metode relaksasi lain demi hasil yang optimal.
Dengan kesederhanaan penerapan dan manfaat yang luas, hypnobreastfeeding berpotensi menjadi “senjata rahasia” bagi ibu-ibu Indonesia dalam memberikan nutrisi terbaik bagi generasi penerus bangsa. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA