Magelang, 21 Februari 2025 — Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, masih menjadi salah satu penyakit paling umum dan berbahaya di Indonesia. Tak hanya membutuhkan pengobatan jangka panjang, penyakit ini juga berisiko menyebabkan komplikasi serius seperti stroke, gagal ginjal, dan serangan jantung. Menjawab tantangan tersebut, mahasiswa D3 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), Rezaldi Gunawan, menghadirkan solusi alternatif berbasis bahan alami: rebusan daun seledri.
Dalam karya tulis ilmiahnya, Rezaldi meneliti efek rebusan daun seledri (Apium graveolens) dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penelitian dilakukan dalam bentuk studi kasus pada dua pasien dengan tekanan darah tinggi. Hasilnya menunjukkan penurunan tekanan darah yang signifikan setelah konsumsi rutin rebusan daun seledri selama 7 hari.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya angka prevalensi hipertensi di Indonesia yang mencapai 55,2% (Riskesdas 2018). Tak sedikit masyarakat yang kesulitan mengakses pengobatan farmakologis karena biaya atau efek samping obat. Oleh karena itu, penggunaan bahan herbal seperti daun seledri menjadi alternatif yang menarik, karena aman, terjangkau, dan minim efek samping.
“Daun seledri mengandung apigenin, apiin, flavonoid, kalsium, serta magnesium yang berperan sebagai vasodilator alami,” jelas Rezaldi. Senyawa-senyawa tersebut membantu melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan pembuangan cairan berlebih melalui urin, sehingga efektif menurunkan tekanan darah.
Dalam implementasinya, pasien diminta untuk mengonsumsi rebusan daun seledri dua kali sehari, masing-masing 100 ml pada pagi dan sore hari. Rebusan dibuat dari 40 gram daun seledri yang direbus dalam 400 ml air bersih selama 15 menit. Setelah dingin, air rebusan diminum sesuai jadwal selama tujuh hari berturut-turut.
Hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan penurunan bertahap dari tekanan darah awal pasien yang berada di kisaran 165/89 mmHg menjadi 140/90 mmHg di hari ketujuh. Pasien juga melaporkan berkurangnya gejala seperti pusing, nyeri tengkuk, dan gangguan tidur.
Selain memberikan rebusan seledri, Rezaldi juga memberikan edukasi tentang hipertensi, mengajarkan cara pembuatan ramuan herbal, serta melakukan evaluasi berkala melalui pengukuran tanda-tanda vital. Pendekatan ini tak hanya berfokus pada aspek pengobatan, tetapi juga pada pemberdayaan pasien agar dapat merawat dirinya secara mandiri.
Dosen pembimbing, Ns. Nurul Purborini, S.Kep., MS., Ph.D., menyampaikan apresiasinya atas inisiatif Rezaldi. “Penelitian ini mencerminkan perpaduan antara ilmu keperawatan modern dan kearifan lokal yang berbasis herbal. Ini sangat penting dalam konteks pelayanan kesehatan promotif dan preventif di masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, penelitian ini juga menegaskan pentingnya pendekatan non-farmakologis dalam penanganan hipertensi. Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pengobatan alami, penelitian seperti ini menjadi rujukan penting bagi tenaga kesehatan, mahasiswa, dan keluarga pasien.
Dengan didokumentasikan dan tersedia secara terbuka melalui Perpustakaan UNIMMA, karya ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi peneliti, mahasiswa, serta masyarakat umum dalam memahami potensi pengobatan tradisional sebagai bagian dari strategi pengendalian penyakit kronis.
Rebusan daun seledri bukan hanya ramuan warisan leluhur, tetapi juga solusi masa kini yang telah dibuktikan melalui pendekatan ilmiah. Melalui penelitian ini, UNIMMA kembali menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat langsung bagi kesehatan masyarakat.