Magelang, 03 September 2025 – Perpustakaan sering disebut sebagai jantung universitas. Di sanalah mahasiswa, dosen, hingga masyarakat umum mencari sumber pengetahuan. Namun, tak banyak yang menyadari bahwa kehadiran pengunjung juga bagian penting dalam tata kelola sebuah perpustakaan. Catatan presensi bukan sekadar administrasi, melainkan sumber data untuk evaluasi layanan.
Masalahnya, sistem presensi konvensional kerap memunculkan hambatan. Inilah yang melatarbelakangi penelitian Raka Yosyach Pratama, mahasiswa Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA). Dalam skripsinya berjudul “Sistem Informasi Presensi Pengunjung Perpustakaan UNIMMA”, Raka merancang sebuah solusi digital berbasis teknologi Radio Frequency Identification (RFID) yang terintegrasi dengan aplikasi web.
Dari Buku Tamu ke Sistem Pintar
Selama ini, Perpustakaan UNIMMA menerapkan dua metode. Anggota perpustakaan menggunakan barcode, sedangkan non-anggota wajib mengisi buku tamu. Cara ini terbukti tidak efisien. Barcode mudah gagal membaca pola garis yang memudar, sementara buku tamu membutuhkan rekap manual yang menyita waktu dan tidak ramah lingkungan.
Melihat kondisi itu, Raka berinisiatif membangun sistem presensi yang lebih praktis, cepat, dan ramah data. “Presensi seharusnya tak sekadar catatan, melainkan sistem informasi yang terintegrasi dengan database,” ujarnya dalam laporan penelitian.
Tujuan dan Pendekatan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah merancang model rekayasa perangkat lunak (software engineering) untuk sistem presensi perpustakaan berbasis web dengan dukungan RFID. Sistem ini diharapkan mampu menggantikan metode manual dan barcode, sekaligus memperbaiki efisiensi layanan.
Raka memilih metode Rapid Application Development (RAD), sebuah pendekatan yang mengutamakan prototipe cepat, iterasi, dan masukan langsung dari pengguna. RAD dinilai tepat karena dapat menghemat waktu dan biaya tanpa mengurangi kualitas sistem.
Rancangan dan Implementasi
Secara teknis, sistem dibangun menggunakan framework CodeIgniter. Aplikasi web menyediakan fitur login admin, daftar pengunjung, log presensi otomatis, hingga grafik statistik kunjungan per jurusan.
Pada sisi perangkat keras, penelitian ini mengandalkan modul RFID ID-12 yang terhubung dengan mikrokontroler ATMega328p. Perangkat ini berfungsi membaca data dari kartu identitas mahasiswa maupun kartu anggota perpustakaan, lalu mengirimkan hasilnya ke database.
Dengan desain ini, pengunjung cukup memindai kartu untuk tercatat secara otomatis. Admin perpustakaan bisa langsung mengakses data kunjungan tanpa repot merekap manual.
Hasil Uji Coba
Pengujian dilakukan untuk memastikan sistem bekerja dalam berbagai kondisi. Hasilnya, modul RFID ID-12 mampu membaca data dengan jarak maksimum 12 cm. Hambatan dari kertas, polimer, dan kayu tidak mengganggu, namun aluminium dan besi dengan ketebalan lebih dari 4 cm membuat pemindaian gagal. Selain itu, sudut pemindaian juga memengaruhi jarak baca serta jeda waktu respon.
Dari sisi perangkat lunak, aplikasi berbasis CodeIgniter terbukti responsif. Tampilan antarmuka sederhana namun dinamis, dan kompatibel dengan perangkat mobile. Fitur pencarian, tambah-hapus data, hingga visualisasi grafik membuat pengelolaan data pengunjung lebih praktis dan rapi.
Manfaat Nyata
Penelitian ini memberikan manfaat ganda. Secara teoritis, ia memperkaya literatur tentang penerapan RFID dalam sistem presensi pendidikan. Secara praktis, ia menawarkan solusi nyata bagi Perpustakaan UNIMMA dalam memperbaiki sistem kehadiran pengunjung.
Bagi mahasiswa, sistem ini memudahkan presensi dengan sekali pindai. Bagi pengelola, data kunjungan tersedia secara real-time dan lebih akurat.
Kesimpulan dan Harapan
Raka menyimpulkan bahwa integrasi RFID dengan aplikasi web mampu mengatasi keterbatasan sistem konvensional. Meski begitu, ia memberi catatan penting: hambatan aluminium dan interferensi frekuensi perlu kajian lebih lanjut, termasuk penempatan receiver agar tidak terganggu.
“Harapannya, sistem ini bisa dikembangkan lebih luas, tidak hanya di perpustakaan, tetapi juga untuk manajemen presensi di berbagai fasilitas kampus,” tulisnya.
Inovasi ini membuktikan, dari ruang perpustakaan kampus di Magelang, lahir sebuah gagasan sederhana namun berdampak besar: menjadikan presensi bukan sekadar tanda hadir, melainkan sistem informasi cerdas yang memperkuat tata kelola pendidikan.(ed : fatikakh)
sumber : repositori UNIMMA