Magelang, 29 Agustus 2025 – Di tengah arus modernisasi pendidikan yang semakin menekankan capaian akademik, muncul kesadaran bahwa pembentukan karakter tak kalah penting dari sekadar nilai rapor. Hal ini tergambar jelas dalam penelitian yang dilakukan oleh Agus Budiyanto, yang menyoroti bagaimana kebijakan kepala madrasah di MI Muhammadiyah Kecamatan Kalikajar memainkan peran vital dalam mengembangkan karakter siswa melalui hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi.
Penelitian ini berangkat dari keprihatinan bahwa pendidikan formal sering kali hanya mengutamakan ranah kognitif, sementara pembentukan akhlak dan budi pekerti siswa kerap terpinggirkan. Budiyanto kemudian menelusuri lebih jauh strategi kepala madrasah dalam menyeimbangkan capaian akademis dan pendidikan karakter melalui pendekatan yang tidak tertulis dalam kurikulum resmi, namun hadir nyata dalam keseharian siswa.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengungkap bagaimana kebijakan kepala madrasah dapat dirancang dan diterapkan untuk membentuk karakter siswa secara berkesinambungan. Fokusnya terletak pada aspek manajerial, implementasi kegiatan, hingga evaluasi yang mendukung terciptanya suasana pendidikan berkarakter.
Dalam hasil penelitiannya, Budiyanto mendapati bahwa kepala madrasah MI Muhammadiyah Kalikajar menjalankan berbagai kebijakan strategis. Pertama, dengan menciptakan budaya disiplin sejak dini. Hal ini diwujudkan melalui aturan berpakaian, kedisiplinan waktu, hingga sikap sopan santun dalam lingkungan sekolah. Kedua, kepala madrasah menekankan pentingnya keteladanan guru. Para guru didorong untuk tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi contoh nyata perilaku yang mencerminkan nilai-nilai Islami seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kesederhanaan.
Selain itu, penelitian ini juga menyoroti kebijakan penguatan kegiatan ekstrakurikuler sebagai media pembentukan karakter. Kegiatan keagamaan seperti tadarus, shalat berjamaah, dan pengajian rutin dijadikan sarana untuk menanamkan nilai spiritual, sedangkan kegiatan sosial dan kebersamaan antar siswa dimanfaatkan untuk melatih rasa empati dan solidaritas. Menariknya, kepala madrasah juga memberi ruang bagi pengembangan minat dan bakat siswa sehingga mereka mampu menyalurkan energi positifnya dalam kegiatan yang bermanfaat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hidden curriculum tidak hanya sebatas aturan tidak tertulis, tetapi hadir dalam berbagai aktivitas sekolah yang membentuk kebiasaan. Dari cara guru menyapa siswa, penegakan tata tertib, hingga penciptaan iklim sekolah yang religius, semuanya menjadi bagian dari strategi tersembunyi yang efektif dalam menginternalisasikan nilai karakter.
Budiyanto menekankan, kebijakan kepala madrasah di Kalikajar terbukti memberi dampak signifikan pada perilaku siswa. Mereka menjadi lebih disiplin, terbiasa beribadah, menghargai sesama, serta memiliki motivasi belajar yang lebih kuat. Dengan kata lain, pendidikan karakter di MI Muhammadiyah Kalikajar tidak hanya berjalan secara formal dalam mata pelajaran, tetapi meresap dalam keseharian siswa berkat kepemimpinan kepala madrasah yang visioner.
Lebih jauh, penelitian ini memberi pesan penting bagi dunia pendidikan: kepala sekolah atau kepala madrasah memegang peran sentral dalam menentukan arah pendidikan karakter. Kebijakan yang diambil, meski tidak tertulis dalam kurikulum nasional, justru menjadi ruh dalam mendidik siswa agar tidak hanya pintar, tetapi juga berakhlak.
Dengan menutup hasil penelitiannya, Budiyanto menegaskan bahwa hidden curriculum merupakan strategi efektif dalam pendidikan karakter. Melalui kebijakan kepala madrasah yang terencana, konsisten, dan berorientasi pada keteladanan, siswa dapat tumbuh menjadi pribadi yang seimbang antara kecerdasan intelektual dan moral. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA