Magelang, 03 September 2025 – Dunia pendidikan kembali menegaskan betapa pentingnya kepemimpinan seorang kepala madrasah dalam menciptakan suasana kerja yang sehat dan produktif. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Ida Dwi Astuti, mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Magelang, yang mengkaji peran kepala madrasah dalam meningkatkan iklim kerja di MIM Butuh 1 dan MIM Butuh 2 Kalikajar, Kabupaten Wonosobo.
Penelitian bertajuk “Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Peningkatan Iklim Kerja Madrasah” ini dilakukan pada 2021 dengan melibatkan kepala madrasah, guru, serta komite sekolah sebagai subjek penelitian. Metode kualitatif digunakan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi, sementara keabsahan data diuji melalui triangulasi.
Ida menjelaskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui empat hal pokok. Pertama, bagaimana kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan iklim kerja. Kedua, bagaimana bentuk peningkatan iklim kerja itu sendiri. Ketiga, faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dan keempat, upaya apa saja yang dilakukan kepala madrasah untuk menciptakan suasana kondusif.
Temuan utama menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala madrasah di kedua lembaga tersebut berjalan cukup baik, dinamis, dan berhasil menumbuhkan budaya kerja kondusif. Kepala madrasah menerapkan gaya kepemimpinan partisipatif dengan mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan persoalan. Para guru diberi ruang untuk mengembangkan kreativitas serta inovasi, sehingga muncul motivasi kerja yang lebih tinggi.
Selain itu, kepala madrasah juga berperan sebagai pencipta iklim kerja. Mereka berupaya menyediakan fasilitas pembelajaran, menyusun mekanisme kerja yang jelas, serta membangun komunikasi yang harmonis di lingkungan madrasah. Kehangatan budaya madrasah yang ditunjukkan melalui senyum, sapa, salam, dan sikap terbuka terbukti mendorong guru lebih ikhlas menjalankan tugas.
Ida mengidentifikasi sejumlah faktor yang memengaruhi terciptanya iklim kerja kondusif. Di antaranya adalah kepribadian, komunikasi, profesionalisme, serta kepemimpinan kepala madrasah. Kompetensi guru, serta kelengkapan sarana dan prasarana juga berperan besar. Dari semua faktor, komunikasi dinilai paling dominan. Hubungan yang efektif antara warga madrasah maupun dengan masyarakat sekitar terbukti memperlancar kegiatan serta memantau perkembangan lembaga.
Meski demikian, penelitian juga menemukan masih adanya kendala. Beberapa guru belum menunjukkan semangat kerja tinggi, sebagian kurang aktif berinteraksi dengan rekan sejawat, dan sarana prasarana masih terbatas. Kondisi ini menuntut kepala madrasah lebih giat melakukan supervisi, memfasilitasi pelatihan, serta mengupayakan kesejahteraan guru agar motivasi kerja meningkat.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, kepala madrasah melakukan sejumlah langkah. Mereka mengajukan pengadaan sarana dan prasarana secara bertahap melalui yayasan, melakukan perencanaan partisipatif bersama guru dan komite, serta membangun hubungan baik dengan orang tua siswa. Upaya ini dirancang tidak hanya untuk meningkatkan kualitas kerja guru, tetapi juga menjaga reputasi madrasah di tengah masyarakat.
Dalam simpulan penelitiannya, Ida memberi saran agar kepala madrasah terus mempertahankan pola komunikasi dan gaya kepemimpinan yang ada, sembari meningkatkan supervisi dan pelatihan berkesinambungan. Guru juga diharapkan aktif meningkatkan kompetensi, sementara pemerintah melalui pengawas pendidikan diminta memberi dukungan lewat seminar, workshop, dan bimbingan rutin.
Hasil penelitian ini menegaskan bahwa kepemimpinan kepala madrasah bukan hanya soal mengelola administrasi, tetapi juga seni membangun suasana kerja yang sehat, penuh kolaborasi, dan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Dengan kepemimpinan yang tepat, iklim kerja yang kondusif dapat tercapai, sehingga prestasi madrasah pun bisa terus ditingkatkan. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA
