Magelang, 13 Agustus 2025 – Mutu pendidikan di sekolah kerap kali menjadi sorotan, terlebih dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang memegang peran penting dalam pembentukan karakter siswa. Penelitian terbaru yang dilakukan Muhsin, mahasiswa Program Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Magelang, mengungkap bagaimana latar belakang pendidikan dan profesionalisme guru berpengaruh signifikan terhadap manajemen penilaian pembelajaran PAI di SMP Negeri se-Kabupaten Wonosobo.
Penelitian ini berangkat dari fenomena di lapangan: masih adanya guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Di Wonosobo, beberapa guru bahkan memegang mata pelajaran yang berbeda dari disiplin ilmu yang ditempuhnya di bangku kuliah. Kondisi ini memunculkan kekhawatiran bahwa profesionalisme guru dapat menurun, dan pada gilirannya memengaruhi kualitas manajemen penilaian pembelajaran.
Muhsin merumuskan enam tujuan utama dalam penelitiannya. Pertama, mengetahui latar belakang pendidikan guru PAI di SMP Negeri Wonosobo. Kedua, memotret tingkat profesionalisme mereka. Ketiga, mengukur kualitas manajemen penilaian pembelajaran PAI yang diterapkan. Selanjutnya, menilai sejauh mana latar belakang pendidikan memengaruhi manajemen penilaian. Kelima, menganalisis pengaruh profesionalisme guru terhadap manajemen penilaian. Dan terakhir, melihat pengaruh gabungan dari kedua faktor tersebut.
Penelitian ini melibatkan 40 guru PAI sebagai sampel, diambil secara acak dari total populasi 107 guru yang mengajar di SMP Negeri di seluruh Kabupaten Wonosobo. Pengumpulan data dilakukan melalui angket, lalu dianalisis dengan metode kuantitatif menggunakan program SPSS 20.
Temuan penelitian ini cukup mencolok. Sebanyak 72,5% guru PAI memiliki latar belakang pendidikan yang sesuai, yaitu lulusan program studi Pendidikan Agama Islam. Latar belakang pendidikan ini memberikan sumbangan efektivitas sebesar 12,4% terhadap kualitas manajemen penilaian pembelajaran.
Sementara itu, profesionalisme guru menunjukkan pengaruh yang jauh lebih besar. Sebanyak 70% guru dinilai memiliki tingkat profesionalisme tinggi, dengan sumbangan efektif sebesar 62,7% terhadap manajemen penilaian. Angka ini menunjukkan bahwa profesionalisme guru menjadi faktor dominan dalam memastikan penilaian pembelajaran PAI berjalan optimal.
Dari sisi manajemen penilaian, 77,5% guru tergolong sangat baik dalam mengelola penilaian pembelajaran. Ini mencakup perencanaan penilaian, pelaksanaan evaluasi, pengolahan nilai, hingga pelaporan hasil belajar siswa.
Yang paling signifikan, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan dan profesionalisme guru secara bersama-sama memberikan pengaruh hingga 75,1% terhadap manajemen penilaian pembelajaran PAI. Angka ini membuktikan bahwa kombinasi antara kualifikasi akademik yang tepat dan profesionalisme tinggi adalah kunci keberhasilan dalam proses evaluasi pembelajaran.
Hasil penelitian ini memberi pesan kuat bagi para pengambil kebijakan pendidikan, khususnya di Wonosobo. Pemenuhan kualifikasi akademik yang sesuai bidang ajar bukan sekadar formalitas, tetapi berkontribusi nyata terhadap kualitas evaluasi belajar siswa. Namun, profesionalisme guru—yang mencakup kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional—ternyata memiliki pengaruh lebih besar.
Profesionalisme ini tidak hanya diukur dari kemampuan teknis mengajar, tetapi juga dari integritas, kedisiplinan, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi dengan kebutuhan peserta didik. Guru profesional mampu merencanakan penilaian secara matang, melaksanakan evaluasi dengan adil, serta menggunakan hasil penilaian sebagai dasar perbaikan pembelajaran.
Penelitian ini juga menjadi pengingat bahwa pelatihan berkelanjutan bagi guru PAI sangat penting. Peningkatan kompetensi tidak boleh berhenti pada sertifikasi, tetapi harus terus diasah melalui berbagai program pengembangan profesional.
Muhsin merekomendasikan agar pemerintah daerah dan dinas pendidikan lebih selektif dalam menempatkan guru sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Selain itu, perlu ada program pelatihan rutin untuk memperkuat profesionalisme guru, khususnya dalam manajemen penilaian pembelajaran.
Lebih jauh, sekolah diharapkan memberikan dukungan penuh kepada guru untuk menerapkan penilaian yang menyeluruh, mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sebagaimana diamanatkan dalam Kurikulum 2013.
Penelitian ini menegaskan bahwa mutu manajemen penilaian pembelajaran PAI di SMP Negeri Wonosobo sangat dipengaruhi oleh dua hal: latar belakang pendidikan yang sesuai dan profesionalisme guru. Walau keduanya penting, profesionalisme terbukti menjadi faktor yang lebih dominan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas guru melalui pendidikan yang tepat dan pembinaan profesionalisme harus menjadi prioritas utama demi terciptanya pendidikan agama yang berkualitas dan berkarakter. (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA