Magelang, 02 September 2025 -Di tengah meningkatnya kebutuhan energi industri dan persoalan lingkungan yang kian kompleks, seorang mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Magelang, Alfan Bahrul Alim, menghadirkan gagasan segar melalui penelitian skripsinya. Dengan judul “Analisis Kelayakan Pemanfaatan Limbah Kayu untuk Bahan Bakar Boiler (Studi Kasus di PT. Putra Albasia Mandiri)”, penelitian ini mengungkap potensi besar dari sesuatu yang selama ini dianggap tidak bernilai: limbah kayu.
Sebagaimana diketahui, industri pengolahan kayu hampir tidak bisa lepas dari masalah limbah. Proses produksi menghasilkan sisa berupa serbuk, potongan, maupun kulit kayu dalam jumlah besar. Bila tidak dikelola dengan baik, limbah tersebut hanya akan menumpuk dan menimbulkan masalah lingkungan. PT. Putra Albasia Mandiri, sebuah perusahaan pengolahan kayu, menghadapi kenyataan serupa. Dari data yang dihimpun pada September 2021, tercatat sebanyak 36,38 persen dari total bahan baku kayu yang digunakan berubah menjadi limbah produksi. Jumlah ini mencapai rata-rata lebih dari 72 meter kubik per hari.
Alfan melihat kondisi tersebut bukan sebagai masalah, melainkan peluang. Menurutnya, limbah kayu bisa dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar boiler, alat penting yang berfungsi menghasilkan uap panas untuk proses pengeringan kayu. Ia kemudian melakukan analisis menyeluruh dari tiga sisi: teknis, ekonomis, dan lingkungan.
Dari sisi teknis, hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah kayu memiliki nilai kalor cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan energi boiler. Mesin boiler di PT. Putra Albasia Mandiri yang berjenis fire tube boiler dengan kapasitas 14 ton per jam dapat beroperasi dengan baik menggunakan bahan bakar serbuk kayu serta potongan kayu hasil sisa produksi. Perhitungan efisiensi menunjukkan bahwa pemanfaatan limbah kayu mampu menjaga kinerja mesin secara stabil. Dengan ketersediaan limbah yang berlimpah, aspek teknis dinyatakan layak.
Selanjutnya, dari aspek ekonomi, Alfan menggunakan analisis finansial dengan indikator Net Present Value (NPV). Hasilnya, pemanfaatan limbah kayu sebagai bahan bakar boiler menghasilkan NPV positif. Artinya, proyek ini menguntungkan secara finansial dan layak untuk dijalankan. Dibandingkan penggunaan bahan bakar fosil, biaya operasional perusahaan dapat ditekan cukup signifikan. Tidak hanya menekan biaya produksi, pemanfaatan limbah ini juga menambah nilai ekonomis dari sisa kayu yang sebelumnya hanya menjadi beban.
Dari segi lingkungan, pemanfaatan limbah kayu memberikan manfaat ganda. Pertama, mengurangi volume limbah padat yang berpotensi mencemari lingkungan bila dibiarkan menumpuk. Kedua, mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang bersifat tidak terbarukan. Walaupun pembakaran kayu tetap menghasilkan emisi karbon dioksida, penelitian menunjukkan dampaknya masih lebih kecil bila dibandingkan dengan penggunaan solar atau batu bara. Dengan kata lain, langkah ini sejalan dengan upaya pengendalian emisi gas rumah kaca yang tengah didorong pemerintah.
Melalui penelitiannya, Alfan menyimpulkan bahwa pemanfaatan limbah kayu untuk bahan bakar boiler di PT. Putra Albasia Mandiri layak diterapkan. Dari aspek teknis, mesin dapat beroperasi dengan efisien. Dari aspek ekonomi, perusahaan memperoleh keuntungan finansial nyata. Dari aspek lingkungan, pemanfaatan limbah kayu membantu mengurangi pencemaran sekaligus mendukung program energi terbarukan.
Penelitian ini tidak hanya memberikan rekomendasi praktis bagi PT. Putra Albasia Mandiri, tetapi juga menyimpan pesan lebih luas. Di tengah isu krisis energi dan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan, temuan ini menjadi contoh bagaimana limbah dapat diubah menjadi sumber daya. Dengan inovasi sederhana namun tepat guna, industri dapat lebih hemat, ramah lingkungan, sekaligus mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.
Skripsi karya Alfan Bahrul Alim ini memberi inspirasi bahwa solusi untuk masalah lingkungan sering kali sudah ada di depan mata. Limbah kayu, yang semula hanya dianggap residu tak berguna, ternyata bisa menjadi energi alternatif yang murah, melimpah, dan berdaya guna tinggi. Dari Magelang, gagasan ini berpotensi menjadi model yang bisa diterapkan lebih luas di berbagai industri pengolahan kayu di Indonesia.
(ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA