Magelang, 21 Mei 2025 — Di tengah kekhawatiran masyarakat terhadap penggunaan bahan berbahaya dalam makanan, sebuah penelitian dari mahasiswi D3 Farmasi Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), Ismi Raudlatul Ahyani, membawa angin segar. Penelitian bertajuk “Identifikasi Senyawa Boraks dengan Analisa Kualitatif pada Bakso yang Dijual di Pasar Rejowinangun dan Pasar Gotong Royong” berhasil mengungkap bahwa tidak ditemukan kandungan boraks pada seluruh sampel bakso yang diuji dari kedua pasar tersebut.
Boraks, atau natrium tetraborat, merupakan bahan tambahan pangan yang dilarang penggunaannya karena berbahaya bagi kesehatan. Meski demikian, bahan ini masih sering digunakan oleh oknum produsen nakal demi meningkatkan keawetan dan kekenyalan produk makanan seperti bakso.
Dalam penelitiannya, Ismi menggunakan pendekatan deskriptif eksperimental dengan menguji tujuh sampel bakso dari pedagang di dua pasar tradisional di Kota Magelang. Proses pengujian dilakukan menggunakan metode analisa kualitatif yang meliputi uji kertas tumerik, uji nyala api, uji pengendapan AgNO3, dan kromatografi lapis tipis (KLT).
Hasil yang diperoleh cukup melegakan. Dari seluruh pengujian yang dilakukan di Laboratorium Farmasi UNIMMA, ketujuh sampel dinyatakan negatif mengandung boraks. Tak satu pun sampel menunjukkan indikasi keberadaan zat berbahaya tersebut, baik melalui perubahan warna pada kertas tumerik, nyala api berwarna hijau, endapan putih di uji AgNO3, maupun titik noda pada KLT yang sejajar dengan standar boraks.
Ismi menjelaskan bahwa meskipun secara fisik beberapa bakso memiliki ciri khas bakso berboraks—seperti tekstur lebih kenyal dan warna lebih cerah—tetapi secara ilmiah tidak ditemukan senyawa boraks dalam kandungan sampel yang diuji. “Pengujian ini penting untuk mengedukasi masyarakat bahwa tidak semua bakso dengan ciri-ciri fisik mencurigakan pasti mengandung boraks,” ujarnya.
Penelitian ini tidak hanya berdampak pada perlindungan konsumen, tetapi juga memberi kontribusi bagi pengawasan kualitas pangan lokal. Menurut apt. Alfian Syarifuddin, M.Farm, salah satu dosen pembimbing penelitian ini, pendekatan yang digunakan Ismi sangat relevan dengan kondisi nyata di lapangan. “Ini contoh riset terapan yang langsung menyentuh masalah masyarakat dan menjadi bentuk pengabdian mahasiswa,” tambahnya.
Selain untuk kalangan akademik, hasil penelitian ini juga ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku usaha makanan. Masyarakat diimbau untuk lebih selektif dalam memilih produk olahan dan memahami risiko penggunaan bahan kimia terlarang. Bagi pedagang, penelitian ini dapat menjadi pengingat penting bahwa menjaga kualitas dan keamanan pangan justru meningkatkan kepercayaan konsumen.
Karya ini menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata mahasiswa UNIMMA dalam upaya menjaga kesehatan masyarakat melalui pendekatan ilmiah. Ismi berharap hasil penelitiannya dapat menjadi inspirasi untuk riset lanjutan, misalnya mengkaji daya simpan atau metode deteksi bahan berbahaya lainnya dalam pangan.
Penelitian ini juga mempertegas komitmen UNIMMA dalam mencetak lulusan farmasi yang tidak hanya unggul dalam teori, tetapi juga aktif melakukan penelitian yang aplikatif dan berorientasi pada solusi nyata di masyarakat.