Magelang, 3 September 2025 – Kebiasaan mencuci tangan yang selama pandemi Covid-19 gencar digaungkan pemerintah ternyata memiliki cerita menarik ketika diteliti lebih dekat di lingkungan kampus. Uswah Khasanah, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA), mengangkat tema ini dalam penelitian berjudul “Gambaran Praktik Hand Hygiene pada Warga Kampus 2 Universitas Muhammadiyah Magelang.”
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena meningkatnya kebutuhan menjaga kebersihan tangan sebagai salah satu protokol kesehatan utama untuk mencegah penyebaran virus. WHO bahkan jauh sebelum pandemi telah merekomendasikan hand hygiene sebagai langkah sederhana namun efektif mencegah penyakit menular. Namun, di lapangan, tidak semua individu konsisten melakukannya sesuai prosedur. Dari sinilah Khasanah merasa perlu untuk memotret sejauh mana kesadaran warga kampus terhadap kebiasaan sederhana ini.
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui gambaran praktik hand hygiene warga di Kampus 2 UNIMMA. Secara khusus, Khasanah ingin mengidentifikasi karakteristik responden, macam praktik kebersihan tangan yang digunakan, serta menilai apakah tindakan tersebut dilakukan sesuai prosedur.
Dengan pendekatan deskriptif kuantitatif dan desain cross sectional, Khasanah menyebarkan kuesioner kepada 252 responden yang terdiri dari mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, hingga petugas keamanan, kebersihan, dan parkir. Jumlah mahasiswa mendominasi sampel, yakni 233 orang atau 92,5 persen. Dari sisi usia, mayoritas responden berada pada rentang 18–25 tahun, sedangkan dari jenis kelamin, perempuan lebih banyak yakni 66,7 persen.
Hasil penelitian menunjukkan fakta menarik: 76,6 persen responden (193 orang) melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan penggunaan hand sanitizer sesuai prosedur. Praktik yang benar didefinisikan sebagai pelaksanaan 9–15 langkah hand hygiene yang tercantum dalam modul keperawatan FIKES UNIMMA. Dengan demikian, sekitar tiga perempat warga kampus terbukti telah membiasakan perilaku bersih sesuai standar kesehatan.
Lebih rinci, ditemukan bahwa mahasiswa dari Fakultas Ilmu Kesehatan lebih disiplin dibandingkan fakultas lain. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan yang dekat dengan ilmu kesehatan serta mayoritas berjenis kelamin perempuan yang lebih peduli terhadap kebersihan. Sebaliknya, sebagian mahasiswa dari fakultas teknik yang didominasi laki-laki masih ada yang belum melaksanakan prosedur secara urut. Sementara itu, petugas kebersihan cenderung lebih rajin mencuci tangan karena sifat pekerjaannya yang sering bersentuhan dengan benda kotor, meski tidak selalu sesuai prosedur lengkap.
Adapun petugas keamanan lebih memilih penggunaan hand sanitizer yang praktis, mengingat ketersediaannya di pos jaga. Dosen dan tenaga kependidikan relatif patuh pada prosedur, meski intensitasnya tidak setinggi mahasiswa FIKES. Fakta-fakta ini menunjukkan adanya variasi pola praktik hand hygiene berdasarkan latar belakang, pekerjaan, dan kebiasaan harian responden.
Penelitian ini juga menyoroti bahwa meski fasilitas di UNIMMA sudah memadai—mulai dari tempat cuci tangan di setiap gedung hingga ketersediaan hand sanitizer—tantangan tetap ada. Tidak semua warga kampus memanfaatkan fasilitas tersebut secara konsisten. Khasanah pun menyarankan agar hasil penelitian ini menjadi bahan evaluasi, tidak hanya bagi individu, tetapi juga pihak kampus untuk memperkuat edukasi.
Dalam kesimpulannya, Khasanah menegaskan bahwa sebanyak 77 persen responden termasuk kategori “mempraktikkan dengan benar,” sehingga kebiasaan menjaga kebersihan tangan sudah cukup baik di lingkungan Kampus 2 UNIMMA. Namun, ia mengingatkan bahwa praktik ini tidak boleh berhenti hanya sebagai tren pandemi. Kebersihan tangan seharusnya menjadi budaya jangka panjang untuk menekan angka penularan berbagai penyakit menular.
Lebih jauh, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi banyak pihak. Bagi mahasiswa dan warga kampus, temuan ini bisa menjadi bahan refleksi untuk lebih disiplin menjaga kebersihan tangan. Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian dapat menjadi acuan dalam mengembangkan pembelajaran maupun kebijakan kesehatan kampus. Bahkan bagi masyarakat luas, penelitian ini menegaskan bahwa hand hygiene adalah kebiasaan sederhana yang terbukti menyelamatkan.
“Dengan praktik hand hygiene, kita tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga orang lain di sekitar kita,” tulis Khasanah dalam saran penutup penelitiannya. Pesan ini terasa relevan, mengingat kebersihan tangan akan selalu menjadi tameng pertama dalam melawan berbagai ancaman kesehatan, bukan hanya Covid-19. (ed: noviyanti)
sumber : repository UNIMMA