Magelang, 08 September 2025 – Di tengah kesibukan masyarakat yang hidup dari hasil memulung, seorang peneliti muda, Dimas Fahreisy Yusuf, mencoba mengurai satu persoalan besar: bagaimana minat berwirausaha tumbuh pada kelompok masyarakat marjinal. Penelitian ini dituangkan dalam skripsinya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Magelang, berjudul “Pengaruh Jiwa Wirausaha, Akses Modal, Ekspektasi Pendapatan, dan Motivasi terhadap Minat Berwirausaha (Studi Kasus pada Kampung Kiringan Baru dan Kampung Candi Nambangan, Kota Magelang)”
Dimas berangkat dari keprihatinan terhadap masalah kemiskinan yang kerap membuat sebagian masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar. Profesi pemulung dipilihnya sebagai objek penelitian, karena kelompok ini rentan pada akses sumber daya dan peluang usaha. Bagi Dimas, meneliti mereka berarti memahami bagaimana semangat bertahan hidup dapat diarahkan menjadi peluang berwirausaha.
Penelitian ini secara khusus menguji empat faktor utama: jiwa wirausaha, akses modal, ekspektasi pendapatan, dan motivasi. Dimas ingin menjawab pertanyaan sederhana namun mendasar: faktor manakah yang paling berpengaruh dalam membentuk minat masyarakat untuk memulai usaha sendiri.
Dengan menggunakan metode kuantitatif, Dimas menyebarkan kuesioner kepada 72 responden yang seluruhnya merupakan pemulung dari Kampung Kiringan Baru dan Kampung Candi Nambangan Teknik purposive sampling dipilih untuk memastikan responden sesuai kriteria penelitian, yakni berusia di atas 18 tahun dan aktif bekerja sebagai pemulung. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan regresi linier berganda dengan perangkat lunak SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan temuan menarik. Jiwa wirausaha terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha. Artinya, ketika individu memiliki keberanian mengambil risiko, percaya diri, serta mampu berpikir kreatif, maka peluang mereka untuk beralih dari sekadar memulung menjadi wirausaha akan semakin besar
Hal serupa juga berlaku pada akses modal. Kemudahan memperoleh pinjaman atau dukungan finansial menjadi salah satu penentu minat berwirausaha. Bagi kelompok yang terbatas dalam ekonomi, tersedianya modal berarti kesempatan untuk melangkah ke usaha yang lebih produktif.
Namun, temuan Dimas mematahkan asumsi umum tentang ekspektasi pendapatan. Faktor ini justru tidak berpengaruh pada minat berwirausaha. Bagi pemulung, besarnya pendapatan yang diharapkan tidak serta-merta mendorong mereka membuka usaha. Hal ini menunjukkan bahwa niat berwirausaha lebih dipicu oleh faktor mental dan akses nyata, bukan oleh harapan keuntungan semata.
Demikian pula dengan motivasi. Walau dalam banyak literatur disebut penting, dalam penelitian ini motivasi pribadi ternyata tidak berpengaruh signifikan. Dimas menilai, kondisi ekonomi dan sosial yang serba terbatas membuat motivasi internal saja tidak cukup kuat tanpa didukung faktor lain.
Penelitian ini memberi dua manfaat besar. Secara teoritis, hasilnya dapat menjadi rujukan untuk penelitian lanjutan terkait kewirausahaan di kalangan masyarakat bawah. Sementara secara praktis, temuan ini bisa menjadi bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam merancang kebijakan pemberdayaan masyarakat. Dengan memperkuat jiwa wirausaha dan memperluas akses modal, peluang menciptakan iklim ekonomi yang lebih sejahtera akan semakin terbuka
Dari seluruh rangkaian penelitian, Dimas menyimpulkan bahwa membangun jiwa wirausaha dan memperluas akses modal merupakan kunci utama dalam menumbuhkan minat berwirausaha di kalangan pemulung. Sementara ekspektasi pendapatan dan motivasi pribadi, meski penting dalam konteks umum, ternyata tidak cukup kuat menjadi pendorong di lingkungan penelitian ini.
Dimas juga menyadari keterbatasan studinya. Penelitian hanya difokuskan pada komunitas pemulung, sehingga hasilnya belum tentu dapat digeneralisasi ke masyarakat luas. Karena itu, ia menyarankan penelitian berikutnya mencakup kelompok masyarakat lain agar gambaran faktor pendorong wirausaha semakin komprehensif
Penelitian ini tidak hanya memberi jawaban akademis, tetapi juga membawa pesan moral: di balik keterbatasan ekonomi, ada potensi besar yang bisa berkembang jika mental wirausaha diasah dan dukungan finansial diberikan. Seperti yang ditulis Dimas dalam mottonya, “Berbuat baiklah kepada siapapun, karena suatu saat hal baik itu akan datang membantu menyelesaikan masalahmu” (ed. Sulistya NG)
Sumber: repositori UNIMMA