Membongkar Siklus Budaya Perundungan Siber Lewat Film Budi Pekerti
11 August 2025

mimin

Magelang, 11 Agustus, 2025 – Perkembangan teknologi komunikasi, khususnya media sosial, telah membawa perubahan besar dalam interaksi masyarakat. Kehadiran internet memang membuka peluang positif, namun juga menyimpan sisi gelap: cyberbullying. Fenomena ini menjadi sorotan utama dalam penelitian Erna Candra Dewi yang menganalisis film Budi Pekerti karya Wregas Bhanuteja dengan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce.

Penelitian ini berangkat dari pandangan bahwa media, khususnya film, dapat merepresentasikan realitas sosial dan membentuk persepsi publik. Budi Pekerti, yang berlatar Yogyakarta di masa pandemi, mengangkat kisah Bu Prani, seorang guru Bimbingan Konseling yang viral karena terekam beradu argumen di pasar. Video tersebut, yang direkam dan disebarkan secara parsial, memicu hujatan netizen hingga berdampak pada karier dan kehidupan keluarganya.

Penelitian ini bertujuan mengungkap the culture cycle of cyberbullying dalam film tersebut. Dengan metode kualitatif deskriptif dan analisis semiotika Peirce, peneliti menelusuri tanda (ikon), objek, dan interpretasi yang muncul di 37 adegan film yang menggambarkan siklus budaya perundungan siber. Kerangka culture cycle mencakup empat unsur: ide, institusi, interaksi, dan individu.

Temuan Menarik: Ide, Institusi, Interaksi, Individu
Pada tahap ideas, film menunjukkan benturan nilai antara etika sosial dan perilaku individu. Adegan perselisihan di pasar menggambarkan nilai keadilan dan budaya mengantri yang dilanggar, serta respons pasif masyarakat yang lebih memilih merekam ketimbang melerai.

Di unsur institutions, sekolah tempat Bu Prani bekerja menjadi contoh lembaga yang terimbas efek viral. Tekanan publik membuat pihak sekolah mempertimbangkan sanksi, meski konteks kejadian sebenarnya tidak utuh. Hal ini menyoroti bagaimana institusi bisa terpengaruh opini warganet.

Tahap interactions tampak pada derasnya komentar netizen yang memicu cancel culture. Penyebaran informasi yang terpotong, framing media sosial, dan dorongan untuk viral membuat interaksi daring cenderung menghakimi. Peneliti menekankan bahwa media sosial mempermudah pembentukan opini kolektif, tetapi rentan memicu perundungan masif.

Akhirnya, di unsur individuals, film menyoroti dampak psikologis terhadap Bu Prani dan keluarganya. Stres, depresi, dan konflik internal keluarga menjadi konsekuensi nyata dari hujatan publik di dunia maya. Karakter lain, seperti Tita dan Muklas, turut mengalami tekanan, menunjukkan bahwa korban cyberbullying tak hanya individu utama, tapi juga lingkar terdekatnya.

Pesan Penting dan Relevansi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cyberbullying dalam film Budi Pekerti terbentuk dari interaksi kompleks antara nilai budaya, peran institusi, dinamika komunikasi daring, dan respons individu. Cancel culture menjadi fenomena dominan, di mana publik merasa berhak menghukum seseorang tanpa proses klarifikasi yang adil.

Penelitian ini juga mengungkap peran teknologi dalam mempercepat siklus ini: dari peristiwa kecil di dunia nyata, direkam, dipotong, diviralkan, hingga membentuk opini publik dan memengaruhi keputusan lembaga. Film ini memperlihatkan bagaimana opini yang terbentuk di dunia maya bisa menghancurkan reputasi, karier, bahkan kehidupan pribadi seseorang dalam hitungan jam.

Secara praktis, penelitian ini memberi pelajaran penting bagi pengguna media sosial untuk lebih bijak sebelum berkomentar atau membagikan informasi. Institusi juga diingatkan agar tidak gegabah mengambil keputusan hanya berdasarkan tekanan publik daring. Sementara bagi masyarakat, film ini mengajak untuk memahami konteks secara utuh sebelum menghakimi.

Dengan memanfaatkan teori semiotika Peirce dan konsep culture cycle, penelitian ini berhasil memetakan bagaimana perundungan siber bukan sekadar interaksi negatif di dunia maya, tetapi bagian dari pola budaya yang melibatkan banyak pihak. Budi Pekerti tidak hanya menawarkan hiburan, tetapi juga peringatan keras: di era digital, satu video bisa mengubah hidup seseorang selamanya. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA

Bebas Pustaka

Persyaratan Unggah Mandiri dan Bebas Pustaka Wisuda periode 84 bisa di lihat pada link berikut