Magelang, 3 September 2025 – Dunia pendidikan tinggi tak hanya ditopang oleh mutu kurikulum dan kompetensi dosen, melainkan juga oleh kualitas layanan akademik yang diberikan kepada mahasiswa. Hal inilah yang menjadi fokus penelitian Bagas Rasyid Wicaksono, mahasiswa Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Magelang (UNIMMA).
Dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Service Quality Layanan Akademik terhadap Kepuasan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang”, Bagas mengangkat persoalan yang sering luput dari perhatian: bagaimana sebenarnya mahasiswa menilai kualitas layanan akademik yang mereka terima, khususnya dari sisi dosen sebagai garda terdepan pengajaran.
Tema Penelitian: Service Quality dalam Layanan Akademik
Tema penelitian ini berpusat pada konsep service quality atau kualitas layanan. Bagas menilai bahwa di era kompetisi perguruan tinggi, kepuasan mahasiswa menjadi indikator penting dalam menjaga reputasi dan mutu universitas. Dengan menggunakan metode analisis Servqual (GAP) serta pendekatan Importance Performance Analysis (IPA), penelitian ini mencoba memetakan celah antara harapan mahasiswa dengan kenyataan layanan akademik yang mereka rasakan.
Tujuan Penelitian: Mengukur Persepsi Mahasiswa
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa UNIMMA terhadap layanan akademik, terutama yang berkaitan dengan kinerja dosen. Bagas berharap hasil penelitiannya bisa menjadi masukan berharga bagi pihak universitas untuk meningkatkan mutu layanan, sehingga dapat mencetak lulusan yang tak hanya unggul secara akademis, tetapi juga merasa puas selama menempuh pendidikan.
Hasil Penelitian: Masih Ada GAP yang Perlu Diperbaiki
Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa atribut layanan dosen yang masih belum memenuhi ekspektasi mahasiswa. Dalam diagram kartesius kuadran I, misalnya, Bagas menemukan beberapa indikator dengan nilai gap negatif.
Beberapa catatan penting antara lain: dosen yang menjelaskan materi perkuliahan jelas dan mudah dipahami masih mendapat nilai gap -0,29; dosen mudah dihubungi untuk konsultasi akademik berada pada gap -0,1; dosen memberikan tanggapan baik atas pertanyaan mahasiswa juga -0,1; serta kemampuan dosen menerima kritik dan saran mahasiswa bahkan mencatat gap -0,4.
Angka-angka ini menandakan bahwa mahasiswa belum sepenuhnya puas dengan kualitas layanan akademik yang diterima, terutama terkait interaksi langsung dengan dosen. Dengan kata lain, ada ruang besar untuk perbaikan.
Rekomendasi dan Implikasi
Penelitian ini menegaskan bahwa kepuasan mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh kurikulum atau fasilitas, tetapi juga oleh kualitas komunikasi dan pelayanan dari para pengajar. Bagas menyarankan agar dosen lebih responsif terhadap pertanyaan, membuka diri terhadap kritik, serta meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan materi agar lebih mudah dipahami.
Bagi universitas, temuan ini bisa menjadi bahan evaluasi strategis. Dengan memperbaiki aspek-aspek yang masih dinilai kurang oleh mahasiswa, UNIMMA diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanannya sekaligus memperkuat kepercayaan mahasiswa terhadap institusi.
Penutup
Karya ilmiah Bagas Rasyid Wicaksono ini memberikan gambaran nyata tentang bagaimana mahasiswa menilai layanan akademik di kampus mereka. Penelitian ini menjadi alarm sekaligus peluang, bahwa perguruan tinggi perlu terus berbenah dalam hal pelayanan agar kepuasan mahasiswa dapat tercapai secara optimal. Karena pada akhirnya, kualitas layanan akademik bukan hanya soal administrasi, tetapi juga tentang membangun pengalaman belajar yang bermakna. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA