Magelang, 3 September 2025 — Magelang kembali menjadi sorotan publik lantaran maraknya aksi klitih atau tindak kekerasan jalanan yang dilakukan remaja. Fenomena ini menimbulkan keresahan masyarakat karena merampas rasa aman di ruang publik, terutama pada malam hari. Kekhawatiran inilah yang menggerakkan Arya Bima Damar Aji Wicaksono, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang, untuk meneliti persoalan tersebut secara mendalam.
Dalam skripsinya berjudul “Tinjauan Hukum Pidana dan Kriminologi Terhadap Klitih di Magelang”, Arya Bima mencoba mengurai akar masalah, dampak sosial, serta bagaimana hukum pidana mampu memberikan solusi dalam menekan angka kenakalan remaja ini.
Tema penelitian yang dipilih bukan sekadar akademis, melainkan berangkat dari kegelisahan nyata di masyarakat. Arya Bima menyoroti bagaimana klitih menciptakan jurang antara harapan warga akan rasa aman dan kenyataan pahit yang mereka hadapi di jalanan. Bagi dirinya, penelitian ini merupakan upaya kecil untuk menghadirkan sumbangan pemikiran bagi aparat penegak hukum sekaligus masyarakat luas.
Adapun tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua sisi. Pertama, secara objektif Arya Bima ingin menganalisis dan mengetahui fenomena klitih dari perspektif hukum pidana dan kriminologi. Dengan kacamata tersebut, ia berharap bisa mengungkap mengapa aksi ini marak, faktor apa saja yang melatarbelakangi, serta sejauh mana hukum pidana dapat diterapkan untuk menanggulanginya.
Kedua, secara subjektif, penelitian ini juga menjadi sarana bagi Arya Bima untuk memperluas wawasan akademiknya, mengasah kemampuan menganalisis kasus hukum, serta melengkapi syarat akademis demi meraih gelar sarjana hukum .
Dari penelitiannya, Arya Bima menemukan bahwa aksi klitih di Magelang tidak bisa dilepaskan dari dynamics remaja yang sedang mencari identitas, tekanan lingkungan sosial, serta lemahnya pengawasan keluarga. Faktor-faktor ini, jika tidak ditangani sejak dini, bisa berujung pada perilaku kriminal yang lebih serius.
Dari sudut pandang hukum pidana, tindak klitih jelas termasuk kejahatan jalanan yang dapat dijerat dengan berbagai pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Namun, Arya Bima menekankan, sekadar mengandalkan penegakan hukum belum cukup. Diperlukan pendekatan kriminologi, yakni mempelajari akar penyebab dan mencegah kejahatan sebelum terjadi.
Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara aparat hukum, lembaga pendidikan, keluarga, dan masyarakat dalam mencegah klitih. Bagi Arya Bima, solusi terbaik bukan hanya menghukum pelaku, melainkan membangun kesadaran, memberi ruang aktivitas positif bagi remaja, serta memperkuat nilai-nilai sosial yang sehat.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya kebutuhan mendesak akan strategi pencegahan jangka panjang. Misalnya, pembinaan mental remaja, penyediaan kegiatan ekstrakurikuler yang menarik, hingga pembekalan keterampilan hidup yang dapat mengalihkan energi mereka ke hal produktif. Dengan cara ini, perilaku menyimpang yang selama ini menghantui jalanan Magelang bisa ditekan secara bertahap.
Dalam simpulannya, Arya Bima menegaskan bahwa klitih adalah cermin masalah sosial yang kompleks. Menanganinya tidak cukup dengan vonis pidana, tetapi juga lewat pendekatan yang menyeluruh, menyentuh ranah pendidikan, psikologi, hingga budaya masyarakat.
Penelitian yang dilakukan pada 2023 ini bukan hanya menambah khazanah akademik di bidang hukum pidana, tetapi juga diharapkan dapat menjadi masukan berharga bagi para aparat penegak hukum dan pemangku kebijakan di Magelang.
Seperti yang ditegaskan Arya Bima, “Penegakan hukum tanpa pencegahan hanyalah langkah reaktif. Pencegahan tanpa penegakan hukum juga akan tumpul.”
Skripsi ini pun menjadi bukti bahwa keresahan masyarakat bisa diolah menjadi karya ilmiah yang bernilai, bukan saja bagi kampus, tetapi juga bagi kehidupan sosial di sekitar kita. (ed: Adella)
sumber: repository UNIMMA
