Magelang, 03 September 2025 – Pandemi Covid-19 memaksa dunia pendidikan beradaptasi secara cepat. Tak terkecuali di tingkat pendidikan anak usia dini. Taman Kanak-Kanak (TK) Budi Mulia Dua Seturan, Sleman, Yogyakarta, menjadi salah satu lembaga yang mencoba bertahan dengan mengusung kurikulum berbasis Islamic Montessori. Upaya mereka kemudian dikaji secara mendalam oleh Sri Asih, mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Magelang, melalui tesis berjudul Evaluasi Manajemen Kurikulum Berbasis Islamic Montessori dengan Model EPIC (Evaluation Program for Innovative Curriculum).

Penelitian ini tidak hanya menyoroti bagaimana lembaga mampu mengelola pembelajaran daring selama program Belajar Dari Rumah (BDR), tetapi juga memberikan gambaran tentang sejauh mana efektivitas kurikulum Islamic Montessori dapat bertahan menghadapi krisis.

Sri Asih menegaskan, tujuan utama penelitiannya adalah mengevaluasi efektivitas manajemen kurikulum Islamic Montessori selama masa BDR. Evaluasi dilakukan menggunakan model EPIC, sebuah kerangka evaluasi kurikulum yang menekankan analisis lokal dan komprehensif. Ada tiga sasaran penting yang hendak dicapai:

1. Mengukur efektivitas manajemen kurikulum selama pandemi.
2. Menilai implementasi kurikulum Islamic Montessori dengan pendekatan EPIC.
3. Membandingkan hasil capaian dengan kriteria evaluasi yang telah ditetapkan, sekaligus memberikan rekomendasi untuk perbaikan ke depan.

Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dihimpun melalui wawancara virtual dengan kepala sekolah, wakil kurikulum, guru kelas, serta administrator. Observasi dan dokumentasi turut melengkapi data yang kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak Atlas.ti versi 7. Validitas dijaga melalui teori Creswell dengan triangulasi data, referensi, serta member check.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa poin penting yang layak dicatat:

1. Analisis EPIC: Pada variabel proses pembelajaran (instructional) dan kelembagaan (population/institutional), terdapat kesesuaian antara tujuan evaluasi dan kriteria capaian. Namun pada variabel behavior, hasilnya belum optimal. Indikator kognitif relatif terpenuhi, tetapi aspek afektif dan psikomotor masih jauh dari harapan. Misalnya, pembiasaan ibadah dan berbagi sulit terpantau saat belajar dari rumah. Demikian pula motorik kasar melalui senam tidak konsisten dilakukan anak, meskipun guru telah menyiapkan video pembelajaran.
2. Manajemen Kurikulum: Selama BDR, strategi pembelajaran menggabungkan metode sinkron (synchronous) melalui Zoom Meeting, serta metode asinkron (asynchronous) berupa video pembelajaran dan lesson kit.
3. Inovasi Guru: Pandemi justru memunculkan sembilan kompetensi baru yang dikuasai guru. Kreativitas guru dalam menyusun materi, mengedit video, hingga menyebarkan konten di YouTube menjadi catatan tersendiri dalam penelitian ini.
4. Respon Orang Tua: Survei menunjukkan tingkat kepuasan yang cukup tinggi. Lesson kit mendapat apresiasi tertinggi dengan angka kepuasan 92,2 persen, disusul video pembelajaran 88,3 persen, sementara pembelajaran melalui Zoom hanya mencapai 61 persen.

Sri Asih menekankan bahwa pandemi telah memberi peluang bagi sekolah untuk bertransformasi menuju pembelajaran virtual yang lebih luas. Dengan fasilitas memadai, TK Budi Mulia Dua Seturan bahkan dinilai berpotensi membuka kelas daring untuk anak usia dini di seluruh Indonesia, termasuk homeschooling berbasis Islamic Montessori.

Meski demikian, penelitian ini juga mencatat sejumlah keterbatasan. Observasi lapangan terbatas karena pandemi, sementara wawancara daring kerap terkendala jaringan. Selain itu, fokus penelitian masih sebatas satu lembaga sehingga generalisasi temuan masih terbatas.

Secara umum, penelitian Sri Asih membuktikan bahwa kurikulum Islamic Montessori mampu diimplementasikan dengan cukup baik meski dalam situasi darurat. Namun, pembiasaan nilai-nilai afektif dan keterampilan psikomotor anak tetap memerlukan perhatian ekstra, sebab aspek ini tidak mudah digantikan oleh pembelajaran daring.

Dengan demikian, temuan ini tidak hanya menjadi bahan refleksi bagi TK Budi Mulia Dua Seturan, tetapi juga memberikan inspirasi bagi lembaga PAUD lain dalam mengembangkan strategi kurikulum yang lebih adaptif dan inovatif. Pandemi memang membawa keterbatasan, tetapi juga membuka ruang lahirnya terobosan baru dalam dunia pendidikan anak usia dini di Indonesia. (ed. Sulistya NG)

Sumber: repositori UNIMMA